SAMBUTAN BANG BOY DI SUATU LOMBA BnR

BANG BOY BNR

Ada “Wartawan” Jadi Tukang Bisik ke Juri Untuk Juarakan Burung

Ada hal menarik saat Bang Boy hadir dan berkesempatan bicara di Rakerda BnR Jateng, Sabtu 5 Januari 2019 di Hotel Surya Yudha Banjarnegara. Ia blak-blakan mengungkapkan alasan sesungguhnya kenapa melarang “wartawan” masuk arena lomba.

“Orang tahunya kan karena saya baper video itu jadi alat protes, karena juri jadi terganggu. Itu salah, sesungguhnya bukan sama sekali. Kalau cuma ngadepin protes mau pakai cara apa pun, itu sudah biasa lah. Tapi ini ada hal yang jauh lebih serius,” ujarnya.

Ketika EO seperti BnR membuat sistem yang ketat agar peserta tidak ada lagi cara memberitahu para juri nomor gantangannnya, ternyata para peserta punya banyak akal. “Dulu awal-awal sekali ada BnR, kita punya yang namannya Dewan Pengawas. Kenapa itu akhirnya saya buang, karena ternyata justru Dewa Pengawas juga ikut main, yang ikut mengarahkan juri memenangkan burung tertentu. Makanya saya likuidasi itu lembaga.”

 

 

Burung tidak mau maksi, atau terserang penyakit mulai serak, tiba-tiba suara tidak keluar, atau kurus/nyilet, nyekukruk, hingga snot dan tidak kunjung sembuh? Banyak kicaumnia mania yang sudah merasakan khasiat setelah memakai asupan tertentu, sayangnya mereka cenderung merahasiakannya. Simak kisah para kicaumania yang dalam berupaya mengembalikan perfoma burung, atau menyembuhkan burung dari sakit hingga mau juara lagi. KLIK DI SINI.

 

Di BnR kan, juri dan korlap baru keluar arena setelah lapangan steril dari peserta. Sementara untuk kelas tertentu yang prestis nomor gantangan baru kita bagikan 2 sesi sebelumnya. “Jadi para pemain yang biasa main mengkondisikan burung juga kebingungan. Lalu, siapa orang yang masih punya akses ke dalam lapangan bahkan nyaris ke semua titik, ya para wartawan itu. Tidak sekadar masuk arena lomba, wartawan juga bisa masuk ruang juri entah sekadar ikut ngobrol, numpang minum kopi, masuk ruang rekap.”

Bang Boy mengaku mengamati dengan cukup seksama sepak terjang para “wartawan” itu. Ternyata sambil pegang-pegang kamera, bisa di dalam ruang juri, atau menunggu juri di pintu keluar, kadang juga saat di arena sambil pura-pura mengambil gambar, lantas membisikkan sesuatu kepada para juri.

 

BANG BOY BERSAMA PESERTA RAKERDA BnR JAWA TENGAH DI BANJARNEGARA

 

“Ingat yang saya maksud itu “wartawan” dalam tanda kutip loh. Modal rompi, bawa kamera, lebih ke main video, tapi kita sendiri baik secara pribadi maupun medianya tidak tahu. Produk jurnalistiknya seperti apa, kita ndak pernah baca dan lihat. Kita di BnR juga tidak anti kritik. Kalau media mengkritik kita, sekeras apa pun, pasti kita apresiasi. Tapi dari mereka kritik juga tidak ada tuh.”

Boy pun mencoba mengajak kita untuk untuk memperhatikan dan mengamati, orang-orang yang mengaku dari media dan nenteng-nenteng kamera itu juga tidak terus menerus di dalam lapangan, masuk hanya pada sesi tertentu ketika burung yang dikawal ikut lomba. Jadi keberadaannya memang karena orderan dari pemain tertentu. Kalau cuma datang untuk merekam sebenarnya tidak ada masalah, tetapi orang tertentu itu ternyata juga dijadikan striker oleh si pemain untuk menjadi pembisik ke para juri.”

 

 

Boy juga memastikan bila ia punya bukti, bukan asal nuduh. “Bagaimana saya bisa mengatakan punya bukti? Beberapa juri yang “ketangkap”, setelah kita interogasi, akhirnya mengakui bila yang memberitahu atau membisikkan nomor gantangannya memang dari orang-orang yang mengklaim sebagai orang media bermodalkan nenteng-nenteng kamera itu.”

Dengan dasar itu, maka dirinya mulai ketat dan keras membatasi akses “media” dan “wartawan” yang model seperti itu. “Mohon maaf, untuk even Road to Gebyar Anis Merah Nusantara di Banjarnegara ini pun, kita melarang media sampai masuk ke arena, apalagi ikut-ikutan masuk ruang juri entah sekadar numpang ngopi atau duduk-duduk ngobrol. Selain petugas tidak boleh berbaur ke ruang juri. Mau mantau dan semacamnya, silakan tapi dari luar saja.”

 

 

Boy juga menduga, praktik seperti ini tidak hanya terjadi di even-even BnR, tetapi juga sudah jamak terjadi di even-even yang digelar oleh EO lainnya. “Bukan menduga, sebenarnya malah memastikan. Tetapi EO lain yang kebijakan mereka sendiri, sebaliknya kalau di BnR juga kita sendiri yang menentukan aturannya.”

Namun, Boy menegaskan tidak bermaksud mengkambinghitamkan peran wartawan atau media. “Saya tidak mengingkari, kami BnR juga belum sempurna, masih terbus berbenah. Yang jadi pembisik itu tak hanya mereka yang mengaku dari “media” itu. Secara internal, bisa juga dari pengurus BnR sendiri di semua tingkatan, atau dari panitia, punya peluang juga untuk bermain. Entah itu mbisikin burung sendiri, atau milik temannya. Karena itu sesungguhnya kami juga butuh peran dan kerjasama dengan media, terutama para wartawan yang secara langsung ada di lapangan. Tapi yang media beneran, bukan datang untuk mengawal pemain dan burung tertentu.”

 

KATA KUNCI: bang boy pembisik juri wartawan pembisik rakerdja bnr jawa tengah road to gebyar anis merah banjarnegara

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp