TRI MARGONO ALIAS LOWOK BERSAMA BURUNG YANG DITITIPKAN PADANYA

TERKAIT KASUS ITE YANG MEMBELITNYA

Tri Margono (Lowok) Bicara Blak-Blakan

Nama Tri Margono alias Lowok menjadi perbincangan kicaumania setelah pelaporan atas dirinya terkait komentar dia di facebook mulai disidangkan.  Siapa sebenarnya Lowok, apa yang melatarbelakangi komentarnya, dan apa upaya yang akan dilakukan. Kepada burungnews, ia bicara blak-blakan.

Burungnews menemui Lowok di kediamannya, kawasan Babarsari, Sleman Yogyakarta. Ia baru saja selesai merawat sejumlah burung. Sambil mengisap sebatang rokok, ia mulai berujar, labih banyak dalam bahasa Jawa sehingga obrolan menjadi lebih akrab.

“Banyak teman-teman kicaumania mengira saya punya banyak burung, karena kalau pas kontes sering bawa beberapa burung yang berganti-ganti. Padahal saya satu pun burung tidak punya. Ini semua burung orang lain yang dipercayakan pada saya buat merawat.”

 

 

KE JOGJA ISTIMEWA? Pastikan pulang dengan cenderamata paling istimewa. Bisa didapatkan di lokasi lomba. Agar dapat kepastian bisa kebagian, bisa pre order dari sekarang di 0852.5863.4229

 

Saat burungnews mulai menanyakan soal kasus hukum yang menimpanya, mukanya terlihat sembab, matanya berkaca-kaca menahan tangis.

“Saya sendiri bingung, tidak tahu kenapa bisa seperti ini. Kejadiannya kan sudah lama sekali, sudah lupa, sampai ada panggilan dari polisi belum begitu lama ini. Sebelum ada pemanggilan, saya dan beberapa yang katanya ikut melaporkan seperti mas Teddy dan Angga sudah sering ketemu dan ngobrol akrab, sudah seperti tidak terjadi apa-apa. Karena itu mereka juga bilang ke saya ikut bingung, dan meminta saya untuk sabar menghadapinya,” ujarnya memulai cerita.

“Saya ini orang tidak punya dan bodoh, bisanya ya hanya menerima saja,  apa-apa yang terjadi ya memang suka tidak suka harus saya hadapi. Sekarang saya hanya mikirin keluarga saya, terutama anak saya. Lha sekarang saat saya ada dan berada di samping mereka saja, untuk makan kasarnya hanya Senin – Kamis, apalagi nanti saat saya tidak ada di sampingnya.”

 

MASA DEPAN lomba burung akan mengarah pada hasil breeding yang mengenakan ring. Hal ini seiring dengan kesadaran pada penghobi yang mulai meninggalkan burung tangkapan alam, di saat yang sema juga regulasi dari pemerintah akan semakin ketat dalam melindungi alam habitat burung.

TOPSONG, pedulu dengan perkembangan breeding burung lokal. Tersedia Top Grit for breeding, asinan halus yang cocok baik untuk breeding bahkan burung lomba. Meningkatkan produktivitas, mengurangi risiko cacat pada anak seperti kaki pengkor.

TOPSONG BREEDING, pakan khusus untuk breeding baik indukan maupun anakan. Produktivitas bisa tetap terjaga bagus apa pun kondisinya, seperti saat sulit atau bahkan tanpa EF seperti jangkrik dan kroto sekali pun. Bagus untuk loloh piyik/baby, saat dibasahi sangat halus, tidak ada butiran kasar/kristal yang bisa membahayakan piyi.Lebih sehat dan tidak gampang mati, cebat bongsor. 

HOTLINE 0813.2941.0510

 

Ketika sampai menyebut anak, tangis dari Lowok akhirnya meledak. Ia tak kuasa lagi menahan. Kedua tangannya ditangkupkan menutup kedua matanya yang bercucuran air mata sambil sesenggukan.

“Anak saya mas, sebenarnya dulu keterima di SMA Favorit, SMA 3. Tapi hati saya tak sampai, saya rumangsa orang kecil, orang miskin. Kalau di sana teman-temannya kan anak orang gede-gede. Nanti bagaimana kalau dia juga minder. Makanya terus saya bujuk supaya di sekolah biasa saja yang dekat rumah, asal negri, yang biaya tejangkau, berangkat jalan kaki juga sampai. Akhirnya dia mau.  Anak saya ngomong, kalau nanti dapat ranking minta dibelikan komputer. Saya iyakan. Terus setelah rapor keluar anak saya memang dapat ranking, tapi saya belum bisa memenuhi janji untuk membelikan komputer, malah memberikan hadiah masalah seperti ini yang membuat malu padanya.”

Lowok lalu berusaha menguatkan dan membesarkan hati keluarganya, termasuk anak-anaknya. “Saya katakan pada mereka, bapakmu memang lagi kena kasus. Mungkin karena apes, yang penting Bapak tidak mencuri, tidak berbuat kriminal, tidak merugikan oran lain, dan selama ini selalu berusaha memberikan rejeki yang halal untuk menghidupi keluarga. Jadi jangan terlalu bersedih dan berkecil hati kalau suatu saat terjadi apa-apa. Gusti Allah tidak tidur.”

 

MUSIM LOMBA SUDAH DIMULAI, BURUNG ANDA MASIH ANGIN-ANGINAN? Berikan Moncer1, asupan para juara dari Super Kicau Grup. Khasiatnya nyata, aman dari efek samping.

 

Saat burungnews menanyakan awal mula dia jadi ikut dalam pusaran komentar-komentar di face book, Lowok lantas menjelaskan. “Sebenarnya saya secara pribadi tidak kenal akrab dengan mas Heroe. Saya juga tidak berteman di face book. Tidak tahu kenapa dan oleh siapa saya lupa, waktu itu tiba-tiba ada yang nyolek saya sehingga saya terpancing jadi ikut-ikutan komentar. “

Ada pun dengan Restu Bhumi, terlapor lainnya, Lowok mengaku lebih tidak tahu lagi. Lowok baru benar-benar paham dan tahu orangnya, ya saat pemeriksaan. “Jadi antar kami bertiga sesama terlapor, dalam keseharian sebenarnya tidak saling kenal akrab. Kalau dengan mas Heroe, saya hanya tahu orangnya saja, tapi tidak pernah berbincang, baru beberapa hari lalu dia menemui saya dan ngobrol langsung bertatap muka.”

Dalam keseharian termasuk di gantangan burung, banyak yang menyebut Lowok adalah sosok yang pendiam bahkan cenderung tertutup, jarang terlihat menyapa rekan-rekannya sesama kicaumania. “Iya mas, saya akui itu. Sebab saya terus terang minder kalau ketemu orang yang saya anggap lebih tinggi dari saya, lebih berada, lebih pinter. Saya hanya pekatik saja. Saya juga masih pemula.”

 

 

Soal ukuran pemula, Lowok mengakui baru sekitar setahunan main burung. Mulanya ternak kenari-kenari kecil. “Saya jual anakan dari kenari lokal, katakan laku 150an ribu. Kan itu ya bisa dibilang habis buat beli pakan, terus bagaimana ada sisa buat keluarga.  Lalu mencoba memaster burung.  Hasil memaster itu akhirnya dibeli teman, lalu dibeli lagi sama yang lain, hingga akhirnya ada yang juara di Jawa Timur sana. Suatu saat orang itu telpon saya, bilang terimakasih dapat burung bagus dari saya, minta ijin bolehkan suatu saat main ke rumah. Tentu saya menyilakannya.”

Suatu saat orang Jawa Timur itu betul-betul datang ke rumahnya. “Saya benar-benar grogi waktu itu mas, merasa kedatangan tamu orang kaya. Senang sekali juga, waktu itu ia menyukai beberapa burung masteran saya dan membelinya. Awal-awal ikut kontes, dulu hanya ikut yang Papburian. Lalu beberapa orang mulai menitipkan burung ke saya, termasuk indukan dari jenis yang bongsor, bukan lagi kenari kecil lokalan.”

Lowok mengaku sengaja hanya fokus ke kenari, dan benar-benar mempelajarinya. Kini ia merasa beruntung karena bisa mengatasi beragam masalah pada kenari yang sakit atau rusak, yang orang lain sudah menyerah. Beberapa burung bagus eks juara even-even besar, ada yang pernah juara di Piala Raja juga, yang kemudian rusak juga diserahkan kepadanya.

 

SUDAH DISETING, KENCENG, MALAH NABRAK-NABRAK?  Itu salah satu tanda burung Anda Over Birahi (OB). Jangan kawatir, atasi dengan Bio Drop.

 

“Beberapa kenari milik teman yang rusak, setelah yang bersangkutan menyerah, dan teman-teman lain juga menyerah tak bisa mengatasi, lalu diserahkan ke saya. Alhamdulillah sudah mulai pulih. Dulu juga begitu ada burung lain yang rusak, setelah saya rawat mau tampil lagi dan juara lagi.”

Lowok mengaku, sejak sering mengikuti even-even di lapangan besar di luar Papburi, ketenangan hidupnya mulai sering terusik.

“Begini ya, saya ikut kontes, apakah itu latber atau latpres, kan bawa burung orang yang  dititipkan, setelah saya anggap dalam kondisi yang benar-benar siap untuk lomba. Saya cari uang buat beli tiketnya sudah perjuangan luar biasa. Bisanya beli sesi awal yang murah dulu. Ada harapan, kalau di sesi awal masuk, dapat hadiah, ada ‘balen’ dari uang tiket, pikirnya bisa buat beli tiket kelas berikutnya.”

Di gantangan, Lowok melihat burung yang ia gantangkan tampil bagus, secara kualitas pun begitu. “Saya juga tak hanya melihat burung yang saya gantang saja. Saya bandingkan pula pesaing atau musuh-musuhnya. Saat saya yakin burung saya lebih bagus, tapi sangat sering juri memilih burung lain yang menurut saya baik penampilan maupun kualitasnya ada di bawah burung yang saya gantang. Jadi kegeraman karena hal-hal seperti itu sudah seperti numpuk di dada.”

Begitulah, sampailah suatu saat, 26 Juni 2016 yang lalu, Lowok membaca postingan komplain terhadap lomba burung di gantangan Tlogorejo yang di tag ke akunnya. “Saat itu saya tidak ikut lomba, saya tidak berada di lapangan saat kejadian. Tapi saya merasa protes itu kok seakan mewakili juga yang sudah lama jadi uneg-uneg dan membebani pikiran. Saya jadi ikut emosi. Makanya saya nyerocos yang kemudian dipermasalahkan itu.”

 

 

Selanjutnya, obrolan dengan Lowok disajikan dalam bentuk wawancara:

Burungnews: “Apa itu benar komentar dari pak Lowok sendiri? Kalau dari hanya baca komentar waktu itu, kesan orang terhadap pak Lowok itu kasar dan galak banget loh. Nuwun sewu, sebagian orang mungkin juga menafsirkan pak Lowok itu orangnya kok seperti kemaki-lah kesannya,?”

Lowok: Sambil mengusap kening dan tampak sedih, “Waktu itu mungkin emosi sesaat. Kalau diingat-ingat dan dipikir lagi, sekarang juga jadi bingung, kenapa waktu itu saya kok ikut-ikutan njegur berkomentar ngoyo woro seperti itu. Kadang terpikir apa ada orang yang sengaja pengin ‘njegurkan’ saya. Saya memang bodoh, tidak mikir panjang, itu memang saya akui. Pikirnya itu ya hanya obrolan biasa seperti dalam kehidupan sehari-hari. Setelah selesai ngobrol ya sudah rampung, besuk kalau ketemu lagi ganti ngomong soal lain.”

 

Burungnews: “Pak Lowok tahu, postingan itu termasuk beragam komentarnya, terutama yang dikeluarkan pak Lowok, lalu tersebar luas dan menjadi perbincangan banyak orang. Sebagian mendukung, sebagian menyayangkan karena ucapan yang dianggap terlalu kasar dan tidak pantas?”

Lowok: “Ya saya akhirnya tahu. Saya sebenarnya juga sudah merasa bersalah, dan sangat menyesali.”

 

Burungnews: “Menurut Dicko, pak Lowok baru benar-benar berusaha menemui Dicko belum lama ini, setelah kasusnya kembali mencuat dan pak Lowok dipanggil untuk pemeriksaan di kepolisian?”

Lowok: “Ya, saya beberapa kali berusaha menemui Dicko tapi tidak ketemu. Itu memang setelah cukup lama sejak kejadian. Sebenarnya sejak awal sudah ingin menemui, tapi tidak ada keberanian. Maksudnya saya minder, karena merasa Dicko itu kan lebih tinggi, lebih berada dari saya. Kalau yang mengantar hanya  sesama pekatik, sungguh saya memang tidak berani. Baru belum lama ada sahabat yang menurut saya yang memang berada, yang suka titip burung ke saya,  mau ngantar. Saya pun berangkat ke rumahnya, tapi Dickonya selalu tidak ada.”

 

Burungnews: “Akhirnya sudah ketemu dengan Dicko dan kawan-kawan selaku pelapor?”

Lowok: “Ya sudah, setelah saya jadi tersangka. Saya juga ngomong apa adanya pada Dicko. Kalau di awal-awal kenapa saya tidak langsung menemuinya untuk minta maaf bukan karena saya merasa tidak salah sehingga tidak mau minta maaf, merasa benar sendiri, tapi semata karena tidak ada keberanian karena minder itu. Ya Dicko bilang seharusnya tidak perlu minder segala karena kita kan sama-sama. Tapi ya tetap saja itu sulit ngilanginnya, kalau orang sudah dasar dari sononya punya rasa minderan seperti saya, ya tetap saja ada, sulit dihilangkan.”

 

Burungnews: “Selain itu, apa yang Anda sampaikan pada Dicko?”

Lowok:  “Ya pokoknya sudah ngomong apa adanya juga. Saya ini orang kecil, kere, bodoh, seandainya ada orang yang mau ‘mblesekke’ sedalam apa pun ya bisanya hanya pasrah. Pasrah sama yang kuwasa, yakin gusti tidak sare (tidur, red). Saya juga sudah minta maaf kepada Dicko, Teddy, dan semuanya lah yang merasa tidak berkenan atas komentar saya. Harus minta maaf dengan cara seperti apa yang diinginkan supaya mau menerima maaf saya, akan saya lakukan. Misal saya harus bersimpuh menyembah kakinya, akan saya lakukan, apa pun, asal kasus ini cepat selesai. Sekarang saya hanya ingin hidup tenang, ngurus keluarga, mikirkan anak agar bisa selesai sekolah.  Saya sudah terima jadi orang bodoh dan melarat, sekarang tinggal berharap pada anak supaya bisa rampung sekolah, agar tidak bodoh seperti saya.”

 

Burungnews: “Pak Lowok bilang sebelum kasus ini kembali mencuat dan dipanggil oleh Polisi, sudah sering ketemu dan ngobrol seperti biasa dengan beberapa teman Dicko, seperti Teddy dan Angga?”

Lowok: “Iya, dengan Teddy dan Angga sudah sangat dekat. Ketemu  Teddy di beberapa even dan sering ngobrol. Karena Teddy yang memulai mengajak ngobrol. Kalau saya mendahului pasti minder tidak berani. Demikian pula dengan Angga, malah sudah beberapa kali datang main ke rumah sini.”

 

Burungnews: “Apa saja yang dibicarakan?”

Lowok:   “Ya ngobrol biasa saja, soal burung, soal kenari. Teddy suka ngomong beberapa burung yang pernah saya rawat katanya bagus. Setelah kasus ini mencuat, Teddy dan Angga juga sudah ngomong dari hati ke hati. Mereka bilang sebenarnya juga bingung. Bahkan saat akan menandatangani surat di kepolisian, apa itu namanya BAP atau apa, juga ngabari saya, minta maaf karena katanya ini harus dilakukan. Saya bilang nggak apa-apa. Saya percaya Teddy dan Angga jujur kepada saya karena  karena terlihat kan dari raut mukanya. Adem, tidak ada menyiratkan wajah dendam.”

 

Burungnews: “Apa upaya atau rencana berikut dari Pak Lowok”

Lowok: “Bingung mas sebenarnya, ya pasrah saja, berusaha sabar dan jalani proses, menganggap ini memang lelakon yang harus saya jalani. Kemarin saat sidang juga sempat ditanya, apa saya mau pakai jasa pengacara. Saya jawab, bagaimana mau mbayarnya, wong buat makan saja selama ini ibaratnya hanya Senin-Kamis. Sekarang hanya berusaha meyakinkan pada keluarga, terutama anak, seandainya yang terjelek harus  terjadi, untuk tidak terlalu berkecil hati, jangan sampai ikut minder karena malu sama tetangga, sama teman sekolah, dan lainnya. Karena bapak tidak mencuri, tidak korupsi, tidak kriminal, tidak merugikan apalagi melukai orang lain. Harus diambil hikmahnya memang, saya harus ngaku ini memang karena kebodohan, jadi bisa terbawa arus, terbawa emosi hingga tidak terkendali. Saya sedang berusaha ‘mapanke ati” agar bisa menerima kenyataan ini, sehingga bisa menjalaninya dengan ketenangan. Sekali lagi, sekarang yang saya cari hanya hidup tenang. Sejak dulu saya tidak ingin terkenal kok, termasuk di dunia burung yang jadi mata pencaharian saya. Hidup saya sepenuhnya hanya untuk mengabdi bagaimana caranya menghidupi keluarga terutama agar anak-anak bisa rampung sekolah.”

 

 

PENJELASAN HEROE POERWANTO

Sementara itu, terkait berita yang ditulis oleh burungnews sebelumnya, Heroe Poerwanto sebagai salah satu yang namanya ikut disingung memberikan penjelasan:

Saya ingin meluruskan dan melengkapi kronologi awal yang sudah dimuat di burungnews.com, agar pembaca punya gambaran yang lebih lengkap dan berimbang.

Postingan pertama komplain atas even itu adalah saya yang mengeluarkan, sementara itu Resthu Bumi dan pak Lowok adalah pihak yang memberikan atau menambahkan komentar.

Soal pernyataan yang dikeluarkan burungnews baik itu keterangan yang ditulis di facebook saat share, maupun dalam tubuh berita. Disebutkan bahwa kalau mau komplain terhadap hasil lomba, seharusnya langsung ke team juri di lapangan, bukan ke peserta lain, apalagi dilakukan di medsos.

Saya jelaskan dan garisbawahi, di lapang begitu rampung penilaian saya sudah langsung komplain ke ruang juri, protesnya bahkan terhitung keras. Karena tanggapan dari team juri /EO waktu itu tidak memuaskan, masih meninggalkan ganjelan, maka saya teruskan dengan memposting uneg-uneg di akun face book. Komplainnya juga saya tujukan ke EO, bukan ke peserta lain.

Setelah postingan itu, saya sudah ketemu dengan Ipul selaku EO penyelenggara lomba BnR Tlogorejo waktu itu, sudah saling meminta maaf, dan masalah antara saya sebagai peserta yang melakukan protes dan EO penyelenggara lomba yang diprotes, sudah clear, sudah rampung.

Saya kemudian menyadari  postingan saya telah memicu banyak komentar dan tanggapan yang kemudian meluas dan melebar, hingga akhirnya sampai menyudutkan peserta lain. Postingan pun segera saya hapus, saya juga langsung menemui Dicko dan teman-teman lain untuk klarifikasi dan meminta maaf karena postingan yang kemudian berkembang liar.

Saat ini kami terus berusaha melakukan mediasi antara kami bertiga di satu pihak dan Dicko dan kawan-kawan di pihak lain, agar masalah ini bisa selesai dengan sebaik-baiknya. Sebab ini kan hanya hobi, seharusnya tidak jadi rumit seperti ini.

Apa pun, kami menyadari sebelumnya telah telah berbuat sesuatu yang baik langsung atau tidak langsung akhirnya menimbulkan masalah, dan dari hati yang paling dalam juga ingin meminta maaf kepada siapa pun yang merasa kurang berkenan.

Dari melihat kejadian lain di luar kasus ini, kami melihat kasus ini juga harus menjadi pelajaran bersama , untuk semua saja yang berkaitan dengan dunia hobi burung, mulai EO (panitia, team juri, keamanan), peserta, juga media yang menurut kami harus bisa menjembatani dan berimbang, sehingga informasinya juga bisa lebih memberikan manfaat untuk kemajuan dunia hobi burung.

 

KATA KUNCI: protes hasil lomba di face book dicko bimo aprianto teddy bks damar jogja penerapan uu ite pertama di dunia kicaumania restu bhumi heroe poerwanto tri margono alias lowok

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp