JOENEDI MULYONO, KEPALA DESA PONGGOK. BANYAK WARGA SUKA BURUNG, PERLU DIBERI WADAH

KAMPUNG BURUNG DI DESA PONGGOK

Impian Baru Pak Lurah Joned

Kampung burung? Inilah sesuatu yang ingin dibangun dan dikembangkan di desa Ponggok, Polanharjo, Klaten. Setelah kesohor karena jadi destinasi wisata, kini bermimpi mengembangkan Kampung Burung, yang berbasis pada penangkaran sebagai penggerak ekonomi baru.

Di Ponggok, sudah ada Kampung Wisata, yang antara lain membawahi Umbul Ponggok, kini juga menjadi salah satu tulang punggung ekonomoi warga di sini. Meski dikelola oleh masyarakat, namun sangat inovatif, kekinian, dan profesional.

Hal inilah yang membuat orang terus berdatangan ke sini. Di saat akhir pekan, apalagi liburan, dalam sehari ribuan orang yang datang melancong. Pengelolanya, Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), masuk dalam jajaran yang terbaik di Indonesia. Beberapa saat yang lalu, ibu menteri Keuangan Sri Mulyani sampai berkenan meninjau lokasi ini.

 

 

UMBOL PONGGOK, DIKELOLA PROFESIONAL OLEH MASYARAKAT. (DOK. ISTIMEWA)

 

Selain itu, juga ada Kampung Nila. Seperti namanya, ini jelas menunjuk pada kampung yang menjadi basis perikanan. Sebagai desa yang mendapat karunia dengan berlimpah air, sudah seharusnya bila masyarakat di sini juga memanfaatkannya semaksimal mungkin, antara lain dari bidang perikanan.

Kini, Joenedi Mulyono, Kepala Deso Ponggok, juga melirik potensi lainnya, burung. “Salah satu alasan kami membuka lomba burung di halaman Balai Desa ini, ya karena ada keinginan untuk mengembangkan kawasan baru bernama Kampung Burung, selain untuk mempromosikan destinasi wisata yang sudah ada,” ujarnya di sela-sela gelaran Umbul Ponggok Award, Minggu 21 Januari 2018.

Kampung Burung, akan berbasis pada penangkaran atau peternakan burung berkicau. Di Klaten, sudah ada desa lainnya yang selama ini juga cukup dikenal karena banyak warganya yang jadi peternak burung. Misalnya Jimbung dengan jalak surennya.

 

BERSAMA AGUS KOMANDO DAN FERRY R, PANITIA LOMBA BURUNG

 

“Jadi masyarakat bisa membudidayakan burung-burung yang punya nilai ekonomi, seperti jalak, murai batu, cucak rawa, kenari, love bird, dan lainnya. Intinya, agar ada mata pencaharian baru untuk masyarakat di sini yang benar-benar kelak bisa jadi andalan,” ujarnya di sela-sela gelaran Kontes Umbul Ponggok Award, Minggu 21 Januari 2018.

Ditambahkannya, tidak semua masyarakat bisa tertampung dalam wadah atau bidang yang sudah ada, seperti di Kampung Wisata dan Kampung Nila. “Tentunya semua akan lebih maksimal kalau ditangani dengan dasar rasa suka. Di sini juga banyak masyarakat kami yang suka burung, maka dari itu kita ingin mengembangkan agar hobi mereka juga bisa tersalur secara lebih terarah, masyarakat bisa mendapatkan penghasilan dari sesuatu yang mereka sukai,” imbuhnya.

Dari gelaran lomba itu, masyarakat diharapkan juga bisa melihat dari dekat geliat dan potensi ekonomi di balik hobi burung berkicau. “Setelah tahu dan lihat sendiri, kok burung bisa semahal itu misalnya, kita berharap hal itu bisa memotivasi secara langsung, bukan hanya dari cerita orang atau katanya saja.”

KATA KUNCI: umbul ponggok award agus komando fery ruhananto bnr solo raya niko kni hengki walet duta angkasa pura cup pyramid cup jogja basori klaten data juara umbul ponggok joenedi mulyono kampung burung kampung nila

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp