NEGOSIASI MR. KAFREED & IWAN CAHAYA. MUNDUR DAN BERDAMAI

AKM CUP 1 AMBARAWA #2

Lagi, Peserta Bursa Menolak Menjual Burungnya

Awal tahun ini, kita tercuri perhatiannya oleh curhatan Fery Yong yang hendak membeli burung bursa di Plaza Cup Semarang, tapi si empunya mendadak membatalkan menjual. Di AKM Ambarawa, kasus serupa kembali terjadi. Perlu sanksi yang bisa memberi efek jera.

Padahal, aturan main bursa di mana-mana relatif sama, peserta bursa itu wajib menjual bila ada yang berminat. Harga maksimalnya sudah ditentukan, artinya calon peserta sudah bisa menakar sendiri apakah burungnya siap dilepas dengan harga sebesar itu. Bila merasa burungnya punya harga di atas yang ditentukan panitia, ya jangan diturunkan di kelas tersebut.

Sebab kalau calon pembeli sudah sepakat dengan harga maksimal, berarti tidak perlu ada tawar menawar, langsung deal. Kalau calon pembeli mencoba menawar lebih rendah dari harga maksimal, barulah terjadi negosiasi. Bila tidak ada kesepakatan, barulah jual-beli batal secara sah, tanpa melanggar dan mencederai aturan bursa.

 

 

PERSAINGAN MAKIN SENGIT DAN KETAT. Hanya burung yang mau tampil ngotot, maksimal, stabil, dan menunjukkan kualitasnya yang bisa unggul. Berikan Moncer1, asupan paten para juara dari Super Kicau Grup yang terpercaya.

 

Kewajiban menjual sesungguhnya berlaku untuk semua peserta kelas bursa, menang atau kalah. Peserta bursa haruslah diartikan bahwa ia memang punya niatan menjual, bukan sekadar memburu hadiah lombanya. Begitu ada yang minat pada burungnya, ia seharusnya senang dan berupaya bagaimana caranya supaya bisa deal. Begitulah logika yang bisa kita terima.

Bila ada pemilik yang membatalkan atau menolak menjual, ada beberapa hal jadi penyebab. Bisa jadi, sejak awal memang punya modus kurang baik. Ia punya burung bagus yang harganya di atas harga maksimal, tapi sengaja “menyelundupkan” untuk diikutkan kelas bursa supaya peluang menangnya besar, karena musuhnya relatif lebih ringan.

 

 

Bisa pula si pemilik khilaf tidak memperhatikan bahwa yang ia ikuti adalah kelas bursa. Atau, ia baru sadar burungnya ternyata sangat bagus saat tampil di kelas bursa, sehingga ia pun nekad pasang badan untuk membatalkan saat ternyata ada yang berminat.

Alasan khilaf mungkin bisa diterima bila si pemilik kita ketahui memang benar-benar pemain baru dan pemula yang mungkin baru merasakan ikut lomba agak besar. Tapi, saat ini hampir semua gantangan kelas latber pun membuka kelas bursa.

 

ATURAN LOMBA. PERLU LEBIH KERAS AGAR ADA EFEK JERA

 

Beberapa gantangan memberikan sanksi cukup berat, misalnya ada yang mewajibkan si pemilik burung membayar denda 10 kali hadiah juara 1. Jadi misalnya juara 1-nya satu juta, ia kena denda 10 juta rupiah. Ada pula yang memberikan sanksi atau denda ringan-ringan saja, hanya membatalkan hadiah kejuaraan yang ia peroleh.

Nah kasus seperti ini kembali terjadi di Ambarawa Kicau Mania Cup, Minggu 11 Maret yang lalu. Dalam aturan yang termuat di brosur, sanksi untuk peserta bursa yang melanggar kesepakatan menjual burungnya cukup ringan, hanya pembatalan hadiah. Sementara bila deal, panitia mengenakan tarif 10 persen.

Salah satu burung yang kemudian diketahui bernama Arjuna, diminati oleh Hokky Karfeed dari Salatiga saat turun di kelas Class Anniversary. Kebetulan, Arjuna merebut juara 1. Ini adalah kelas bursa dengan harga maksimal 50 juta.

 

MR. KARFEED, LANJUTKAN PERBURUAN KE SOEHARTO CUP

 

Mr. Karfeed langsung sepakat dengan harga maksimal 50 juga. Ternyata, pemilik yang kemudian diketahui bernama Iwan Cahaya, urung atau menolak menjualnya. Ada sedikit kehebohan karenanya. Lalu terjadi negosiasi yang cukup alot.

Pada akhirnya, Mr. Karfeed mengalah dan mundur, memilih damai. “Dibilang kesal dan jengkel, tentu saja. Ini untuk yang kedua kali saya ngalami seperti ini. Sebelumnya juga pernah di even latpres.”

Untuk kasus di Ambarawa Kicau Mania Cup 1, Mr. Karfeed kebetulan kenal cukup baik dengan pemilik, Iwan Cahaya. “Jadi ya sudahlah, mundur ndak apa-apa. Orang harusnya sadar dan paham aturan bursa, kalau sudah ikut jadi peserta ya harus siap dijual kalau ada yang berminat. Mau juara atau tidak, kalau ada yang suka dan sama-sama cocok harga yang harus dilepas. Kalau seperti ini saya sudah siap dengan harga maksimal, harusnya langsung deal tanpa perlu tawar menawar,” tandasnya.

 

 

Mr. Karfeed pun mengatakan, bila terjadi lagi untuk yang ketiga kalinya, ia akan ngotot untuk mempertahankan haknya bisa membeli si burung dan memilikinya. Ia pun berharap panitia berusaha lebih keras dalam mensosialisasikan aturan main kelas bursa, dan memberikan sanksi yang lebih berat dan memberikan efek jera kepada mereka yang melanggar.

Secara formal, setiap peserta yang sudah mau membeli tiket dan menurunkan burungnya, dianggap sudah mengetahui dan menyetujui aturan main yang berlaku. Jadi apa pun alasannya, ia seharusnya bisa sepenuhnya tunduk pada aturan yang sudah ditetapkan oleh panitia.

 

 

Untuk diketahui saja, Mr. Karfeed adalah pemilik Hokky Chan, salah satu burung love bird handal yang cukup disegani. Sejumlah jago pelapis sebenarnya juga sudah ia miliki, seperti Raja Gilas dan Nona Hokky. Namun, Mr. Karfeed merasa belum cukup dan ingin memperkuat lagi amunisinya.

Pada 11 Maret kemarin, ia sebenarnya ingin menurunkan jagoannya di Piala Presiden Jokowi, namun sedikit terlambat memesan tiket sehingga sudah tidak kebagian. “Akhirnya memilih di sini yang lebih dekat. Besuk rencana ke Soeharto Cup dan Road to Kambing Hitam, selain menurunkan burung juga kembali hunting calon jago baru.”

KATA KUNCI: ambarawa kicau mania cup hokky chan mr hokky karfeed kelas bursa love bird hm soeharto cup road to kambinga hitam cup 3

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp