SUASANA KELAS LOVE BIRD FEKTER

IKPBS SOLO #1

Kelas Love Bird Fekter, Perlu Atau Tidak?

Hadirnya kelas Love Bird fekter di Saturday Open Spesial IKPBS Solo mendapat respon positif dari love bird lover Solo Raya. Meski lebih ramai dan diminati, ternyata kehadiran kelas ini masih menimbulkan pro dan kontra. Benarkah diperlukan dan akan kembali menggairahkan kelas love bird secara umum?

Setelah sekian lama vakum, kontes Saturday Open Spesial IKPBS Solo yang dilaksanakan pada Sabtu, 28 Juli 2018 berlangsung ramai dan meriah. Dibukanya kelas Love Bird fekter terbukti menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta terbukti nyaris penuhnya semua gantangan di kelas ini.

Latar belakang dibukanya kelas ini adalah mencoba merespon kondisi kelas love bird secara umum yang cenderung mulai sepi, tidak lagi seramai dan semeriah tahun-tahun yang lalu. Salah satu penyebabnya, karena banyak pemilik love bird yang tidak punya cukup nyali bila menjumpai musuh yang bertipe konslet.

 

 

M. ADRIAN BF. GADING BORONG JUARA

 

Love bird konslet adalah tipe yang tidak peduli kondisi musuh di sampingnya begitu digantang langsung bunyi terus dengan jeda sebentar. Bahkan seandainya tidak ada musuh pun tetap akan bunyi dengan perfoma yang relatif sama. Tipe konslet ini secara teknis memberikan peluang menang yang lebih besar.

Artinya, kalau love bird mania lainnya hanya punya tipe biasa atau kemudian disebut tipe fekter, peluang untuk menangnya jadi sangat kecil. Hampir pasti akan kalah. Kalau sudah tahu akan kalah, ya buat apa datang ke lomba. Ikut lomba itu, karena yakin punya peluang bisa mencuri juara.

 

 

Dengan pola pikir seperti di atas, mereka yang belum memiliki love bird konslet, memilih untuk tidak melanjukan lomba bila tahu di lapang ada musuh yang konslet. Memilih hanya jadi penonton saja, atau mlipir, pergi dan berpindah ke gantangan lain yang memberi peluang menang lebih besar.

Salah satu yang mendorong dibukanya kelas ini, adalah Itok ILS.  Harapannya, kelas love bird bisa kembali ramai dan bergairah, setelah membuat kelas khusus dengan tingkat persaingan yang lebih berimbang.  Berikut beberapa pendapat terkait dibukanya kelas fekter.

 

ANDI GBU. LOVE BIRD FEKTER PERNAH BERJAYA DI MASANYA

 

Andi GBU, salah satu pemain love bird kawak asal Mojosongo mengungkapkan kegembiraannya dengan dibukanya kelas ini. “Saya pribadi cocok dengan diadakannya kelas love bird fekter. Dulu-dulu kan love bird fekter pernah berjaya, kalau saya pribadi suka. Ada kelas fekter dan campuran,” ungkapnya.

Meski batasan fekter sendiri masih sedikit sumir, Ia berpendapat kalau love bird fekter adalah love bird yang kelihatan, baik dari gaya maupun suara. “Kalau bunyi itu burung kelihatan, baik dari paruh maupun kibasan ekor, apalagi volume. Kalau yang konslet atau non fekter itu kan biasanya volume agak kurang,” jelasnya.

 

PETHOEX. 50% GANTANGAN DI SOLO SUDAH BUKA KELAS FEKTER

 

Pendapat senada diungkapkan oleh Pethoex, pemilik love bird Ling Ling yang juga merasa cocok dengan adanya kelas ini. Bahkan Ia berangggapan kehadiran kelas fekter akan lebih diminati dan menjadi trend ke depan mengingat kekuatan yang lebih merata dan juaranya bukan itu-itu saja.

“Kalau dihitung-hitung mungkin lebih dari 50 % gantangan di Solo mulai buka kelas fekter. Kalau nggak gitu, sekalinya ketemu burung konslet biasanya langsung pindah semua,” terangnya. Bahkan, Ia merasa perlunya mengadopsi sistem penilaian stik untuk lebih memudahkan pantauan dan pengecekan nilai.

 

FAUZI. PERLUNYA PENYEMPURNAAN PEMBAGIAN KELAS AGAR TAK RANCU

 

Sebagai salah satu punggawa Solo Barometer Love Bird, Fauzi bahkan mewacanakan adanya kelas Love Bird fekter Paruh Merah dan Paruh Putih dibanding kelas PAUD atau Balibu yang dianggap lebih rancu. “Ini untuk menyempurnakan pembagian kelas, karena kelas PAUD atau Balibu itu rancu. Kenyataannya di dalamnya masih banyak burung-burung yang usianya sudah lewat,” terangnya.

Meski maksud dan tujuan dibukanya kelas fekter bagus, pendapat berbeda diungkap oleh Mahendra, punggawa Papa Muda SF yang merasa sepinya kelas love bird akhir-akhir ini ada beragam faktor. “Sepi itu karena apa? Apa karena fekter non fekter, banyaknya komplen, atau banyaknya EO. Takutnya jika kebanyakan kelas, nanti malah jadi seperti kenari. Kebanyakan kelas malah jadi sepi,” ungkapnya.

 

MAHENDRA. AGAR KELAS LOVE BIRD RAMAI, PERLU KESADARAN EO DAN PEMAIN

 

Untuk membuat kelas love bird kembali ramai, perlu adanya kesadaran dari masing-masing EO maupun penggantang. “Yang ditakuti kan konslet, yang punya konslet ya harus sadar diri, kalau burungnya sudah stabil mainnya ya di even seperti ini, seperti ini. Yang punya fekter juga jangan terlalu takut karena udah ada pakem. Durasi love bird fekter itu juga mewah, durasi kerja juga penting. Jadi, jangan mendikotomi keduanya, karena keduanya memiliki peluang yang sama,” lanjutnya.

Betet, mekanik Kedung Mulyo SF yang selama ini dikenal mempunyai beberapa koleksi love bird konslet juga merasa tak perlu pemisahan kelas fekter dan non fekter. “Ndak perlu pemisahan, nanti ndak sepi. Ndak ada pemasukan,” ungkapnya sambil tersenyum.

 

BETET. NDAK PERLU ADA PEMISAHAN, NANTI MALAH SEPI. NDAK ADA PEMASUKAN

 

Meski sejauh ini Kedung Mulyo SF telah melakukan pengklasifikasian amunisi-amunisinya untuk gelaran nasional, regional maupun lokal, Ia mengaku juga sudah menyiapkan materi-materi baru bertipe fekter untuk meramaikan kelas ini. “Kita ngikuti apa maunya teman-teman saja,” lanjutnya.

Kalau menurut kalian gimana?

 

DATA JUARA IKPBS SOLO, SABTU 28 JULI 2018 LIHAT DI SINI

AGENDA DAN BROSUR LOMBA LIHAT DI SINI

 

KATA KUNCI: ikpbs fekter konslet

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp