KEKE, DEKAT DAN AKRAB DENGAN SEMUA KALANGAN KICAUMANIA

GRANDPRIX MURAI BATU HPBI BANDUNG

Murai 19 Kelas, Maksimal 36-G, Kelas Utama Sold Out

Ini benar-benar event yang secara khusus didisain bisa memenuhi protokol kesehatan, tanpa mengurangi prestis dan kenyamanan. Bukan semata jumlah gantangan yang dibatasi, juga jenis burungnya. Sesuai tajuknya, lebih menekankan pada murai batu, ditambah selingan branjangan dan hwamey.

Itulah inovasi dan gebrakan yang ingin dipersembahkan oleh Keke bersama HPBI Bandung, Minggu 20 Desember 2020 di gantangan Pasar Segar Taman Kopo Indah 2, Bandung.

Keke ingin membuat lomba yang benar-benar nyaman, tetapi tetap berkualitas. Orang yang datang tidak terlalu banyak, mengurangi kerumunan, tetapi tetap berkesan sebagai lomba yang prestis.

 

 

KEKE, MASIH SERING DIMINTA MEMBANTU GELARAN EO LAIN

 

“Karena kondisi saat ini memang membuat kita juga harus menyesuaikan diri. Sebenarnya simpel, saya yakin semua EO juga tahu dan bisa menjalankannya. Masalahnya, bagaimana kita sebagai EO harus bisa menahan diri, itu memang tidak mudah.”

Apa yang dimaksud Keke ‘bisa menahan diri’? Menurutnya, adalah bagaimana dalam membuat kemasan tidak perlu jor-joran dalam membuka kelas dan jenis burung. Artinya, jumlah gantangan atau peserta per sesi dibatasi, jenis burung dibatasi, demikian pula kelas / sesi. “Intinya, tidak perlu mengejar profit berlebihan, kira-kira asal semua biaya tertutupi, ada sedikit lebih, cukuplah.”

Nah, rupanya itulah yang kemudian terwujud dalam kemasan Grandprix Murai Batu. Sesuai namanya, pada dasarnya event ini lebih menekankan pada jenis murai batu saja. Total ada 19 kelas murai, termasuk di dalamnya dua kelas murai Borneo dan dua kelas murai ekor hitam.

 

 

Kelas lain sekadar tambahan untuk selingan. Kali ini, Keke memilih pada jenis branjangan sebanyak 5 kelas dan hwamey 2 kelas. Peserta dua kelas ini selama ini dikenal tertib dan santun. Total hanya akan memainkan 26 kelas/ sesi.

Dengan jumlah kelas sebanyak itu, semua kelas maksimal dibatasi hanya 36 peserta, khusus kelas Grandprix tiket 1 juta, hanya main 25-G. Lomba akan dimulai tepat jam 09.00 tanpa molor-molor menunggu penumpang, ditargetkan jam 17.30 sudah rampung semua.

“Dengan hanya membuka murai batu saja, plus branjangan dan hwamey, jumlah orang yang datang pastinya lebih terbatas. Kita akan menyediakan kursi di dalam sebanyak 36, dikasih nomor gantangan. Jadi tiap burung ada perwakilan yang boleh masuk, duduk di kursi sesuai nomor gantangan. Kursi sudah kita atur dalam jarak yang aman.”

 

 

Jarak pagar atau kursi untuk peserta dengan burung yang digantang hanya 3 meter saja. Dengan jumlah burung hanya maksimal 36, pasti bisa terpantau dengan baik apakah oleh yang duduk di dalam pagar atau yang memantau dari luar pagar.

“Karena peserta sudah kita fasilitasi tempat duduk di dalam lapang dengan jarak cukup dekat dengan burung, tentu mereka harus tertib, tidak boleh teriak. Dengan demikian juri bisa menilai dengan teliti, tanpa merasa tertekan. Hasilnya akan lebih bagus.”

Menurut Keke, sehebat apa pun juri, kalau para peserta tidak tertib, berteriak keras, apalagi bila burung sampai penuh di atas 50 ekor, pasti akan terganggu, bisa kehilangan fokus, dan bisa salah dalam menentukan burung juara. Untuk hasil terbaik, selain menyesuaikan dengan situasi pandemi, peserta di event Grandprix ini semua kelas dibatasi maksimal 36-G.

 

 

Bagaimana dengan mereka yang menyaksikan dari luar pagar? Keke memastikan protokol dasar atau standar tetap diberlakukan, bukan hanya yang menonton dari luar pagar, bahkan juga yang sedang berada di pedok-pedok istirahat.

“Mulai kewajiban memakai masker, rajin mencuci tangan di titik-titik yang sudah kami siapkan, dan jaga jarak benar-benar akan coba kita terapkan sebaik mungkin. Sampai durasi lomba pun secara sadar sudah kita rencanakan bisa selesai jam 17.30.”

Harga tiket pun sudah diukur sedemikan rupa agar tidak mengurangi prestis atau gengsi, di sisi lain juga tetap bisa terjangkau oleh semua kalangan. “Kicaumania itu kan dari berbagai kalangan, kita ingin bisa merangkul semuanya. Kita ingin menjadi wadah pemersatu, semua kalangan bisa datang dan berpartisipasi, dengan tetap mematuhi protokol untuk kepentingan kesehatan dan keselamatan bersama.”

 

DUA KELAS DENGAN SANGKAR WAJIB SUDAH SOLD OUT

 

Menariknya, meskipun event ini masih 3 pekan lagi, namun banyak tiket yang sudah ludes, terutama untuk kelas-kelas utama wajib sangkar. Kelas lain pun tinggal menyisakan sedikit tiket saja. Dus, bila Anda adalah murai batu mania sejati yang ingin merasakan aura persaingan yang ketat dan mendebarkan, prestis, tetapi tetap nyaman dengan penilaian yang terjaga fairplay, harus cepat-cepat pesan tiket.

“Banyak pemain-pemain top dari Jabodetabek dan Jawa Barat yang sudah pesan tiket. Untuk kelas hwamey dan branjangan dipastikan juga meriah karena kami melibatkan komunitas.”

 

BROSUR DAN JADWAL GRANDPRIX MURAI BATU HPBI BANDUNG, KLIK DI SINI

 

Yang di desa, di kota. Yang ikut lomba atau sekadar didengar suaranya di rumah. Dari generasi ke generasi sudah memakai TOPSONG.

 

Hari gini belum pakai TWISTER? Segera merapat di kios-kios / agen terdekat, bila belum ada mintalah untuk menyediakan, biar Anda dan para kicau mania lainnya lebih mudah mendapatkannya. Coba dan buktikan kualitasnya, dan berikan respon melalui hotline 08112663908.

KATA KUNCI: grand prix murai batu hpbi bandung keke

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp