BERGURU MERAMU LOMBA KEPADA ABAH TATUK

ABAH TATUK KEPADA H. MHB

Konsep dan Teknis Lomba SMM Itu Sederhana dan Mudah, Tinggal EO-nya Mau Apa Tidak

Senin (13/12) malam, H. Muh. Hidayat Batubara (MHB) bertamu ke kediaman Abah Tatuk di Surabaya. Beliau ingin “berguru” tentang konsep dan teknis lomba SMM, seperti bagaimana menjalankan lomba tanpa teriak, penjurian tanpa Korlap, dan lainnya.

Secara keseluruhan, H. MHB menyebut event yang digelar oleh SMM sangat luar biasa dan layak untuk ditiru oleh EO-EO lainnya. “Kok bisa ya lomba benar-benar tanpa teriak, kok bisa ya para juri menilai tanpa perlu diawasi oleh Korlap, kita sebagai peserta pun hormat dan bisa menerima apa pun keputusan juri.”

H. MHB mengaku sangat penasaran dan pengin tahu isi dapurnya. “Siapa tahu bisa diterapkan di Sumatera sana, biar kita juga bisa ikut maju. Ini garis besar tujuan bertamu ke Abah Tatuk, ketua SMM,” terang H. MHB saat dikonfirmasi burungnews.com.

 

 

 

Kepada tamunya, Abah Tatuk pun kembali menceritakan awal mula atau latar belakang berdirinya SMM yang baru genap 1,5 tahun. “Kami-kami sesama penggemar murai batu kan sering kumpul di sela-sela mengikuti lomba, kadang keluarlah semacam curhat. Merasa sudah memilih burung yang kualitasnya sebaik-baiknya, harga juga tidak murah, tetapi ketika dibawa lomba, kalahnya seperti bukan burung lawan burung.”

Dari situ muncul pemikiran membuat semacam perkumpulan untuk membuat kontes khusus murai, tapi pesertanya terbatas, mesti jadi anggota dulu. “Kami ingin bikin lomba dari kita, oleh kita, untuk kita. Kira-kira begitu,” jelas Abah Tatuk.

Kenapa ada ide pembatasan dengan syarat anggota atau member. Dikatakan oleh Abah Tatuk, supaya lebih mudah dalam mengontrol kesepakatan dan komitmen. “Kita para anggota harus punya visi dan komitmen yang sama, ayo burung kita diturunkan dan diadu, tetapi dengan kesepakatan harus dinilai secara apa adanya. Di antara anggota yang jadi peserta tidak boleh ada yang mencoba mengintervensi juri dengan cara apa pun.”

 

 

Kesepakan lain, para peserta/member harus bersedia tertib dan sopan, tidak boleh saling tunggu saat menggantang, tidak boleh teriak. Harus mau menerima apa pun keputusan juri. “Itu contoh garis besar kesepakatan ya. Yang sepakat dengan ini, boleh jadi anggota. Kemudian kita cari juri-juri yang kompeten, sekaligus juga punya visi yang sama dengan kita.”

Lomba awalnya dibuat khusus untuk member saja, ya bisa dibilang sebagai ajang kumpul-kumpul di antara murai batu mania di Surabaya dan sekitarnya. Ternyata para anggota merasa nyaman dan memuaskan. Kabar gelaran terbatas ini pun cepat menyebar lewat media sosial.

 

ABAH TATUK MEMBERIKAN CENDERAMATA PIALA KETUA SMM KEPADA H MHB

 

Lalu, yang belum jadi anggota juga pengin ikut “numpang” menggantangkan. Dari sini kemudian ada istilah rekom, belum jadi anggota tapi mendapat rekomendasi. Syarat bisa mendapatkan rekom pun harus mau berkomitmen seperti yang sudah lebih dulu jadi anggota.

Kalau sampai mencederai komitmen, ya konsekuensinya dicoret, tidak boleh ikut lagi lomba di SMM. “Ini salah satu yang bisa menjelaskan kenapa peserta di SMM bisa tertib, langsung menggantang, langsung keluar, dan tidak ada yang teriak. Sebelum jadi anggota atau mendapat rekom, harus sepakat dengan aturan main di sini. Mohon maaf, kalau yang kita tahu ketika lomba sering bersikap ‘urakan’, ngamuk ketika kalah, protes dengan cara mengarah ke anarkis, ya tidak kita kasih rekom.”

Teknis penjurian pun kemudian terus diperbaiki, hingga seperti yang dilihat pada gelaran Piala Ketua SMM (12/12). “Kenapa tak perlu Korlap, karena kita sudah percaya dengan kemampuan dan integritas para juri. Juri harus bisa menilai burung secara mandiri, juga membuat keputusan secara mandiri, tidak boleh saling komunikasi, tanpa intervensi dari siapa pun. Tiap juri harus bertanggungjawab sendiri atas pilihan dan keputusannya.”

 

Apapun problem "bunyi" pada burung Anda, dari mulai MACET sampai hanya mau tampil angot-angotan, berikan MONCER-1, tunggu beberapa hari, langsung JOSS.

 

Itu sebabnya di SMM tak perlu Korlap, juga di lapangan harus steril dari yang tidak berkepentingan.  “Jangankan peserta, atau media yang di event lain mungkin masih dapat dispensasi, di SMM kemarin bahkan kami panitia dan pengurus dari level anggota sampai struktur tertinggi seperti saya sebagai Ketua SMM pun tidak boleh ada yang di dalam, semua hanya bisa mantau dari luar pagar.”

Soal pakem seperti apa burung murai yang dianggap layak juara, sebenarnya tidak harus sama. Secara teknis, tiap EO punya aturan dan cara sendiri. Menurut Abah Tatuk, itu tidak masalah.

“Pada dataran teknis, apa yang dilakukan oleh SMM adalah mencoba membuat lebih mudah. Mudah diterapkan, juga mudah dipahami oleh peserta.  Kalau bisa mudah, kenapa harus dipersulit. Kalau bisa cepat, kenapa harus lama.”

 

BARU... TOPSONG PREMIUM, mengandung enzim alami serangga, burung lebih gacor, daya tahan lebih tinggi. Tersedia TOPSONG PREMIUM ANIS MERAHMURAI BATUHWAMEY (PREMIUM GOLD), LARK / BRANJANGANMINI PELETBEO.

Segera dapatkan di kios langganan Anda, buktikan perbedaannya.

 

Abah Tatauk kemudian mencontohkan,  ketika sejak sebelum event Anniversary pada bulan Juni yang lalu, mulai menerapkan penghitungan atau perumusan ajuan juri dengan papan besar sehingga bisa dilihat semua orang. “Konsepnya hanya ingin membuka saja yang tadinya tertutup. Kalau kita memang punya niat untuk jujur dan fairplay, tidak perlu risih kan untuk terbuka.”

Menggunakan perangkat sederhana dan mudah diperoleh di mana saja (papan tulis besar), apa yang diajukan juri bisa terlihat, bagaimana menghitung ajuan juri juga bisa dilihat. “Kalau sampai salah menghitung juga akan ketahuan. Kalau ada yang mau memaksakan menyusupkan burung yang awalnya tidak diajukan juri misalnya, juga ketahuan. Ini teknis yang saya kira mudah diterapkan oleh siapa pun, juga mudah dipahami dan diterima oleh para peserta.”

Menurut Abah Tatuk, EO yang ingin mengadopsi sistem yang berlaku di SMM, tidak harus mengubah pakem. “Misal aturan siapa burung yang berhak dapat nominasi. Tidak harus sama dengan SMM. Yang perlu hanya aturan itu dibuka supaya semua tahu, termasuk para peserta. Terpenting, proses menentukan siapa yang berhak dapat nominasi juga diperlihatkan.”

 

PESERTA, MEDIA, PANITIA, PENGURUS, HARUS DI LUAR SAAT PENJURIAN BERLANGSUNG

 

Dengan keterbukaan itu, peserta juga tahu bahwa proses yang dilakukan itu benar, sesuai dengan aturan yang dibuat oleh si EO. “Selama ini yang sering kita lihat, kalau ada yang protes, kan baru mencoba menunjukkan catatan rekapnya. Tapi bagaimana proses sampai muncul catatan rekap itu, kita kan tidak tahu. Inilah yang direformasi oleh SMM.”

Abah Tatuk pun mengakui, apa yang dilakukan oleh SMM, boleh jadi bukan ide orisinil atau yang sungguh-sungguh baru. “EO lain mungkin juga pernah terbersit ide itu, setidaknya tahu bagaimana caranya membuat lomba yang lebih terbuka dan fairplay. Bedanya, kami mau dan berani mengeksekusi, yang lain mungkin masih mikir-mikir, masih kawatir dengan risikonya. Misalnya, kekawatiran bagaimana kalau ada juri yang kurang cakap dan seterusnya.”

Memang salah satu syarat menggunakan model juri tanpa Korlap seperti yang diberlakukan SMM, juri yang bertugas harus punya kemampuan atau kecakapan yang berimbang. “Tapi soal SDM juri, saya kok berkeyakinan hampir semua EO yang ada juga punya seabreg juri dengan kemampuan yang mumpuni. Jadi hanya soal kemauan dan nyali saja.”

 

TWISTER GOLD, salah satu pakan burung yang disebut paling cocok untuk murai batu, hwamey, anis merah, kacer oleh para kicaumania yang sudah mencoba dan kemudian terus memakainya, termasuk untuk jenis burung pemakan serangga lainnya. Tersedia juga TWISTER SEAWEED, ANTI STRES, MASTER, serta TWISTER TROTOLAN untuk meloloh pemakan serangga dan TWISTER BUBUR untuk meloloh pemakan bijian.

INGAT! Sekarang sudah tersedia kupon/voucher hadiah langsung tanpa diundi dalam kemasan semua varian TWISTER (burung berkicau, lovebird, perkutut, merpati) dan/atau NICE (anjing, kucing). Dapatkan ratusan hadiah menarik seperti kompor gas, kulkas, TV LCD, sepeda MOTOR, hingga MOBIL baru. Berlaku sampai 31 Desember 2021. (Kupon yang baru diterima setelah 31 Desember, tetap berlaku, hadiah bisa diurus lewat kios/agen tempat membeli pakan tersebut)

 

Abah Tatuk dan kawan-kaan yang tergabung dalam SMM, kebetulan mau dan bernyali untuk melakukan semua proses itu dengan terbuka tanpa ada yang ditutup-tutupi. “Ini semua, seperti yang dilihat di Piala Ketua SMM, nyata bukan hanya retorika, atau sekadar gimik.”

Kesimpulannya, Abah Tatuk mencoba menggarisbawahi bila konsep yang dijalankan oleh SMM sebenarnya lebih mudah ketimbang yang selama ini dijalankan oleh EO lain. “Kalau konsep kami dianggap baik dan jadi inspirasi, lalu coba diadopsi dengan sejumlah penyesuaian, tentu kami ikut senang dan bangga. Semuanya tentu kembali kepada EO masing-masing.”

 

PERTAMA di Surabaya dan Jawa Timur, lomba menyediakan DUA UNIT MOBIL! Siapkan jagoan Anda, tiket A dan B @ hanya 2,5 juta (36-G). Untuk brosur lengkapnya, KLIK DI SINI.

 

Menerima penjelasan dari Abah Tatuk, H. MHB pun merasa lebih paham sekarang. “Sudah punya gambaran apa yang kira-kira bisa diadopsi dan diterapkan di Sumut. Mungkin belum semua, butuh sejumlah penyesuaian, paling tidak konsep keterbukaan dan teknis yang dibuat mudah itu menurut saya sangat menarik.”

Di akhir pesamuan, Abah Tatuk pun memberikan cenderamata untuk H. MHB. “Terimakasih sekali ini cenderamata yang luar biasa. Kenang-kenangan lain yang tak ternilai harganya adalah apa yang tadi dijelaskan tentang kosep lomba SMM. Saya benar-benar merasa berguru pada orang yang tepat, semoga jadi ilmu yang bermanfaat insya Allah kami kembangkan lagi di Sumatera Utara sana,” ujar H. MHB sambil berpamitan. [singgih, maltimbus]

BROSUR & AGENDA LOMBA TERDEKAT, KLIK DI SINI

 

KATA KUNCI: abah tatuk h. mhb smm

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp