WAHYU DAN TIO BAROMETER

WAHYU EKO UTOMO

Lomba yang Sukses, Bukan Berarti Karena Tidak Ada Kritik dan Komplain

Kita tentu sering membaca narasi seperti ini, “lomba berlangsung sukses besar, semua peserta puas, tidak dijumpai adanya komplain … .“ Benarkah sebuah lomba disebut sukses harus karena bersih atau bebas dari suatu komplain sekecil apa pun?

Wahyu Eko Utomo, pendiri dan ketua Barometer Indonesia, menyatakan tidak sepakat dengan asumsi atau anggapan di atas. “Pertama, secara realita hampir tidak mungkin situasi seperti itu benar-benar nyata terjadi. Sangatlah sulit dan saya kira nyaris tidak mungkin kita bisa memuaskan semua orang, apalagi bila event itu kolosal, diikuti burung-burung yang secara kualitas mumpuni dan merata. Perbedaan tafsir soal mana burung yang layak juara, sangat mungkin terjadi.”

 

 

Kedua, narasi seperti itu juga terasa sekali nuansa “kehumasan” yang jadul dan pongah. “Jadi kita bisa merasakan sekali tendensi untuk melebih-lebihkan keunggulan suatu event atau EO, dan berupaya menyembunyikan kekurangan yang ada. Narasi itu kan menggambarkan sesuatu yang sudah mendekati sempurna, hal yang secara fakta susahlah bisa kita jangkau.”

Diakui oleh Wahyu, memang ada sejumlah lomba yang secara umum dan sepintas terlihat lancar, damai, nyaman, tidak terlihat komplain yang mencolok. Event-event semacam ini tentu jadi harapan bagi semua pihak, apakah itu EO, team juri, hingga para peserta.

 

SAMPAI SESI AKHIR, PESERTA HAMANGKU-NING YK TETAP PENUH

 

“Kalau kita mau menggali dan pasang kuping lebih lebar, sebenarnya banyak juga yang secara bisik-bisik nggerundel, tapi memang karena berbagai alasan tidak mau mengungkapkan secara terbuka. Gerundelan atau curhatan itu, sebagian besar karena kurang puas dengan penjurian, ada juga yang kurang puas dengan layanan panitia lainnya, misalnya masalah pemesanan tiket entah kurang cepat, berbelit, tertukar, atau soal hadiah yang dianggap tidak sesuai dengan pengharapan si peraih juara. Beragam sekali kan problem dalam suatu lomba.”

Mengapa narasi suatu lomba yang seakan bebas komplain dan kritik kerap dikumandangkan dan “diminta” oleh para EO? “Banyak EO atau penyelenggara lomba yang beranggapan bila komplain, kritik, dan semacamnya itu suatu aib yang harus disembunyikan. Maka mereka jadi sensi dan mudah baper bila lomba yang awalnya dinarasikan seperti itu, eh besoknya mungkin ada postingan di medsos di luar kendali yang isinya tidak mencerminkan hal tersebut.”

 

TOPSONG dengan bangga memperkenalkan TOPSONG PREMIUM kemasan baru dengan botol, dengan tambahan pengaman. Infomasi, hubungi 0813.2941.0510.

 

Menurut Wahyu, menganggap komplain, kritik, dan semacamnya itu sebuah aib yang harus disembunyikan, adalah mindset yang keliru. “Untuk jaman kekinian, pola pikir seperti itu harus mulai ditinggal, kalau ingin maju dan bisa terus beradaptasi dengan perkembangan.”

Itu sebabnya, sejak awal didirikan, Barometer Indonesia pun didisain menjadi EO yang terbuka terhadap kritik, masukan, apa pun bentuknya, bagaimana pun cara menyampaikannya. “Kritik atau masukan yang disampaikan dengan nyinyir pun Insya Allah tidak akan membuat kami jadi baper. Akan kita tampung, kita serap, kemudian kita telaah, bisa jadi apa yang disampaikan oleh si pengkritik atau bahkan si nyinyir itu secara prinsip benar, mungkin saja ada di pihak kami yang ada kekurangan atau keliru.”

 

 

Tentu sebuah kritik atau masukan, akan lebih efektif dan mengena bila disampaikan secara langsung. Bisa ketika masih di lapangan, atau melalui telepon, whatsapp, atau sarana komunikasi lainnya. “Cara itu bisa lebih interaktif, bisa disertai diskusi, tukar pikiran, saling menyampaikan pandangan dan fakta, kesimpulan mungkin juga akan lebih cepat. Kalau memang di pihak kami yang keliru, tak perlu malu mengakui, meminta maaf, dan mencoba memberikan solusi terbaik.”

Begitulah yang terjadi di sejumlah event yang baru saja digelar oleh Barometer Indonesia, seperti ketika berkolaborasi dengan Garasi Arena dalam event Hamangku-ning Ngayogyakarta. “Banyak apresiasi, pujian, dan kemudian memberikan julukan sebagai salah satu event kami yang paling berhasil. Namun kami juga tetap terbuka bila selama lomba tersebut, masih ada yang memberikan masukan, kritikan, atau semacam komplain.”

 

 

Sejumlah kritik dan masukan, atau komplain, disampaikan secara langsung dengan cara yang santun, sepintas tentu tidak terlihat oleh publik. “Sekali lagi, adanya komplain, kritik, masukan, apakah itu yang disampaikan secara langsung dengan santun, atau diposting lewat media sosial, sama sekali tidak akan membuat kami jadi baper, menunjukkan rasa marah pada yang bersangkutan, dan semacamnya. Itu semua menurut kami tidak akan mengurangi penilaian bila suatu event secara umum memang dinilai berhasil atau sukses.”

Dalam kesempatan terpisah, Bambang Dewa juga pernah mengutarakan hal yang sama, tapi lebih mengarah pada penjurian. Seringkali, lomba yang tampak mulus dan tampak seperti tidak ada komplain, digambarkan sebagai event yang fair play.

 

BAMBANG DEWA, LOMBA TANPA KOMPLAIN BELUM TENTU FAIR PLAY DAN SEBALIKNYA

 

“Faktanya, bagi mereka yang benar-benar tahu dan paham penjurian, sebuah event yang tampak adem ayem, belum tentu secara penjurian itu fair play. Sebaliknya, dalam suatu event yang kita lihat ada sejumlah komplain yang tampak serius, juga belum tentu karena event tersebut tidak fair play. Mereka yang kurang paham, apalagi yang tidak melihat secara langsung jalannya lomba, kerap ikut terbawa atau terseret atau tergiring ikut memberikan penilaian pada event-event yang tampak ‘banyak protes’.”

Sebagaimana disebutkan Wahyu, Bambang juga menyebut sejumlah event yang para peserta, meskipun mungkin kurang puas, tetapi cenderung memilih diam dan “legawa”. Itu harus diakui juga karena kepiawaian pihak EO, mungkin karena pintar mengolah dan mengelola secara entertainmen, pengamanan yang benar-benar ketat, atau juga sebelumnya sudah membatasi peserta yang bisa ikut, hanya untuk mereka yang benar-benar siap mengikuti kesepakatan siap menang dan siap menerima tanpa syarat bila ternyata tidak atau belum menang.” [maltimbus]

 

Burung yang sebelumnya bunyi tiba-tiba MACET dan memBISU? Berikan MONCER-1 selama beberapa hari, lihat perbedaannya dalam 5-7 hari, dijamin langsung JOSS kembali.

 

BROSUR SRAGEN BANGKIT PBI SRAGEN:

 

BROSUR PELANGI FIESTA PBI KLATEN:

 

 

BROSUR TRIBUT TO TOBIL FEAT RI:

 

BROSUR GANGGA CUP PBI SKUKOHARJO:

 

Hati-hati, makin gencar beredar produk PALSU! Pastikan anda mendapatkan produk SUPER-N asli. Jangan ragu memastikan kepada kios/toko, minta ditunjukkan kardus yang ASLI adalah seperti di bawah ini. Perhatikan juga warna, bentuk, dan ciri BOTOL SUPER-N yang asli.

KATA KUNCI: wahyu eko utomo

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp