JURI, KORLAP, TIDAK BOLEH SALING KOMUNIKASI. AJUAN HARUS MANDIRI

SOLAR CUP 1 PATI

Memahami Silobur Transparan Terbuka, Perbedaannya dengan Nominasi Terbuka + Vidio

Solar Cup 1 Pati, Minggu 26 Januari 2020, benar-benar menjadi pengalaman baru bagi Ki Samuri, MC atau pembawa acara lomba burung paling kondang dan fenomenal. Untuk pertama kalinya, ia melihat secara langsung penilaian Silobur. Kenapa ia menyebut sebagai yang terbaik?

 “Saya pernah bertugas di hampir semua EO. Saya baru pertama kali melihat langsung model Silobur di event ini. Jujur, saya berani mengatakan dari sistem atau teknik menilainya ini yang terbaik yang pernah saya lihat,” begitu Samuri beberapa kali mengungkapkan secara terbuka melalui pengeras suara di tengah-tengah jalannya lomba.

 

 

KI SAMURI, PERTAMA KALI BERTUGAS DI SILOBUR. KAGUM DENGAN AJUAN TERBUKA

 

Namun, Samuri juga mencoba memberikan kesimpulan dan penilaian atas apa yang ia amati. Ia melihat ada syarat yang cukup berat agar sistem ini bisa berjalan baik.

“Butuh SDM yang mumpuni. Bagaimana tidak, juri tidak boleh komunikasi satu sama lain, apalagi koordinasi. Pun dengan korlap atau di sini dinamai Supervisi. Semua mengajukan nilai secara mandiri, dan ajuannya nanti akan terlihat oleh semua peserta. Kalau ajuan sendirian, tidak ada teman juri lain yang mengajukan, kan malu.”

 

TELO saja bisa sembuh, apalagi cuma sakit "biasa". Di saat perubahan musim dari kemarau menuju penghujan seperti sekarang, juga sangat baik untuk mencegah dan menjaga agar burung tetap sehat dan selalu dalam kondisi fit, siap tempur. Bisa diberikan secara rutin 2-3 hari sekali sesuai kebutuhan. LEMAN'S, satu-satunya obat burung dengan formula + vitamin.

Lemans bisa dibeli lewat bukalapak, tokopedia, atau hubungi 08113010789, 0822.4260.5493 (Jatim Tapalkuda), 0813.2880.0432 (Jogja dan sekitar), 0815.4846.9464 (Solo Raya dan sekitar), 0813.2799.2345 (Banyumas dan sekitar)

 

Solar Cup 1 pesertanya meriah. Kelas murai batu dan cucak hijau, bahkan selalu penuh. Ketika tidak penuh, paling hanya kosong satu gantangan saja. Sepanjang lomba dari awal sampai akhir, nyaris tak ada komplain.

Begitulah Silobur, yang memproklamirkan diri sebagai Transparan – Terbuka. Lantas, apa bedanya dengan sistem nominasi terbuka yang selama ini lebih banyak dikenal dan diterapkan oleh sejumlah EO?

 

H. YOGI DAN H. PINCUK. KESEMPATAN DIALOG SALING BERI MASUKAN

 

Pada sistem nominasi terbuka, ajuan diberikan dengan menuliskan pada secarik kertas, yang kemudian diserahkan kepada team perumus. Termasuk ajuan dari korlap. Setelah hasil rumusan jadi, barulah diumumkan dan ditancapi bendera nomiasi.

Para juri yang bertugas di sistem nominasi terbuka, acapkali juga masih bisa saling berkomikasi dan berkoordinasi. Terkadang, beberapa kicaumania juga mempertanyakan karena ada juri yang menancapkan koncer A sendirian, juri lain memberikan koncer B pun tidak.

Waktu perumusan yang memakan waktu begitu lama, seringkali hampir sama atau bahkan bisa lebih lama dari jalannya nenilaian itu sendiri. Apa yang terjadi?

 

Yang di desa, di kota. Yang ikut lomba atau sekadar didengar suaranya di rumah. Dari generasi ke generasi sudah memakai  TOPSONG.

 

Sudah jadi rahasia umum, saat merumuskan yang terjadi bukan hanya menghitung atau merekap ajuan, tapi juga masih ada diskusi dan “perdebatan”. Misalnya, salah satu korlap mengusulkan ajuan baru, pada saat yang sama juga mencoret sebagian ajuran para juri, meski ajuannya itu hampir dari semua juri yang ada.

Memang kemudian ada EO yang melarang korlap mencoret ajuan juri. Sebab ajuan adalah wewenang juri, pun dengan juara yang nanti akan dipilih. Bahkan, ketika temuan atau ajuan dari korlap, ternyata tidak ditemuan atau diajukan oleh semua juri. Kalau sampai salah pilih, para juri juga yang harus mempertanggungjawabkan.

 

H. YOGI CEK PROSES KOMUNIKASI/SINKRONISASI SUPERVISI PADA JURI

 

Tetapi, perdebatan untuk memasukkan ajuan baru agar dapat nominasi, menghapus sebagian ajuan juri, dan sebangsanya, semua itu sangat mungkin terjadi. Sebab, semua proses itu berlangsung dalam forum tertutup yang tidak diketahui oleh para peserta atau pihak lain. Kita yang berada di luar lingkaran, tidak tahu persis apa yang sedang dilakukan oleh team perumus. Bahkan para juri pun hanya pasif menunggu nominasi hasil rumusan diumumkan.

Hal berbeda yang diberlakukan di Silobur. Ajuan para juri diajukan secara terbuka dengan menancapkan bendera ajuan (di Solar Cup, pakai bendera warja hijau). Bendera ajuan jumlahnya adalah kelipatan 5 + 2. Jadi, misalnya peserta full 60 gantangan, tiap juri diberi jatah bendera Ajuan maksimal 14.

 

 

Korlap yang di Silobur disebut sebagai Supervisi, berjumlah 3 orang, tidak bisa 2 atau 4, supaya saat voting karena perbedaan pendapat, ada yang “menang”. Supervisi punya jatah ajuan separuh dari jatah ajuan juri. Bila peserta penuh 60, ajuan dari Supervisi adalah 7. Ajuan supervisi tidak dalam bentuk bendera, tetapi ditulis, lalu nantinya dirumuskan terlebih dahulu.

Baik juri maupun supervisi, akan keliling memantau burung secara mandiri, tidak boleh saling komunikasi apalagi koordinasi. Jadi, ajuannya adalah murni pilihan masing-masing.

“Fokus supervisi dan juri agak beda, meski sama-sama keliling memantau burung. Supervisi lebih fokus mencari burung yang layak koncer, karenanya jumlah ajuannya lebih sedikit,” ujar Yogi Prayogi, founder Silobur yang menyempatkan diri hadir ke Solar Cup.

 

 

Ajuan korlap (tertulis, bukan bendera yang ditancapkan) yang berlaku adalah apabila satu burung diajukan oleh 3 orang. Yang hanya dapat 2 dan 1 ajuan dicoret. Hasil ajuan dari supervisi ini yang kemudian akan disingkronkan dengan ajuan juri. Sinkronisasi ini dimaksudkan, agar jangan sampai ada burung bagus yang lepas dari ajuan atau nominasi.

Setelah proses ini selesai, para juri kemudian mancapkan bendera ajuan masing-masing. Kalau peserta penuh, akan mengajukan sampai 14 burung. Semua mata melihat bendera ajuan yang ditancapkan oleh juri. Burung yang mendapatkan 6 bendera ajuan (diajukan oleh semua juri), akan diganti dengan bendera nominasi (di Soloar Cup, bendera warna kuning).

 

CH BONEX MILIK BAGAS, DUA KALI JUARA 1

 

Selanjutnya wewenang para juri yang akan memutuskan mana yang berhak atas koncer A dan B. Tidak ada kewajiban memberikan koncer pada burung yang mendapat ajuan dari korlap. Juri pada prinsipnya bebas memilih, asal burung itu sudah dapat bendera nonimasi (ajuan full 6 bendera).

“Kalau ada juri yang menancapkan ajuan pada burung yang kurang layak, akan tereliminasi dengan sendirinya, kalau tidak didukung oleh ajuan 5 juri yang lain. Kan syarat dapat nominasi dan berpeluang meraih koncer harus dapat 6 bendera ajuan,” terang H. Pincuk, supervisi Silobur asal Pati yang dikawasan Pantura sangat disegani.

 

 

 

Proses perumusan ajuan menjadi lebih cepat, karena benar-benar hanya menghitung bendera ajuan, tidak ada lagi diskusi, perdebatan, apalagi usulan menambah ajuan atau mencoret ajuan dari juri.

“Nyatanya, sistem yang sangat terbuka ini, sejauh ini baru Silobur yang berani menerapkannya,” tandas H. Pincuk lagi.

Meskipun sistem ini di atas kertas bisa disebut paling ideal, atau “terbaik” di antara sistem yang pernah dilihat langsung oleh Ki Samuri, toh baru beberapa wilayah saja yang secara rutin menggelar event dengan sistem ini. Daerah yang dimaksud adalah wilayah Pantura Timur, Depok, Bogor, (Jawa Barat) atau seputaran Kota Jakarta, juga Prabumulih di Sumatera Selatan.

 

DHIMAS ANTO KUDUS. KELAR MABUNG, MAHAMERU AWALI 2020 DENGAN PRESTASI

 

Yogi Prayogi, founder dan perumus sistem Silobur yang hadir di Solar Cup, mengungkapkan beberapa hal terkait ini.

“Pertama, saya pengin menggarisbawahi bila sistem di Silobur itu hanya soal teknikal saja, bukan pakem. Sistem, apa pun itu, butuh pengenalan dan sosialisasi. Sistem Silobur di Pantura Timur seperti Jepara, Kudus, Pati, Rembang sudah cukup mengakar. Kami bisa katakan sudah punya massa yang setia dalam jumlah besar. Lihat saja, gelaran kami selalu meriah. Di sini kami cukup lama memperkenalkan diri.”

Yogi juga mengungkapkan, belum ingin melakukan pemekaran Silobur secara besar-besaran. “Kami tak ada ambisi untuk secara cepat membuka cabang baru misalnya, menggelar diklat, dan seterusnya."

 

 

Upaya yang coba dilakukan adalah "memupuk" yang sudah ada, melalui pembinaan dan peningkatkan kualitas SDM. "Kami sudah cukup puas karena bisa memberikan pilihan kepada kicaumania, sesuatu yang tidak asal beda, tapi jelas falsafah, konsep, dan arahnya. Kendati masih terbatas di daerah tertentu seperti di Pantura Timur dan seputaran Depok, Bogor, dan Jakarta, hingga Prabumulih di Sumatera Selatan.”

Meskipun begitu, Yogi mengakui di Silobur juga masih dijumpai adanya kelemahan. “Misalnya, kadang juri bahkan korlap, entah karena kelelahan, tekanan, atau faktor lainnya, juga bisa eror, ngeblank. Ajuannya jadi mental jauh dari kawan-kawannya."

 

KACER RAJA RIMBA MILIK ANDI MP, DAPAT BANYAK PUJIAN

 

Nah untuk mengantisipasi seperti ini, maka perlu sinkronisasi, tidak langsung dilepas begitu saja. Tetapi di sisi lain juga ada kritik, saat sinkronisasi itu kan ada proses komunikasi, ada ruang yang memberikan peluang korlap mempengaruhi pendapat dan keputusan para juri.

"Pada akhirnya, sebaik apa pun sistem, memang kembali kepada hati nurani masing-masing, apakah itu korlap atau juri. Kalau ada niat kurang baik, mungkin masih bisa dicari celah. Maka, integritas juga menjadi bagian yang terus kita bangun, bukan semata kecakapan teknikal.” [maltimbus, konfirmasi 08170251279].

 

VIDIO (TEKNIS) PENILAIAN SILOBUR:

 

 

SYARAT JUARA KONCER & NON KONCER

 

Jangan sampai ketinggalan sama yang lain. Segera dapatkan TWISTER di kios-kios terdekat. Coba dan buktikan kualitasnya, dan berikan respon melalui hotline 08112663908.

KATA KUNCI: silobur transparan terbuka juri tidak boleh komunikasi ajuan terbuka dengan menancapkan bendera ajuan harus full 6 baru nominasi

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp