PANITIA PIALA ADIPURA CUP MALANG

PIALA ADIPURA MALANG #1

Terapkan Sistem Penilaian Baru, Slamet dan Damar Wulan Juara di Sesi Awal

Love bird Slamet dan kenari Damar Wulan sukses menjadi juara di dua sesi awal pada gelaran Piala Adipura Malang, 24 Desember 2017. Even hasil gawe NZR Group bekerjasama dengan KOA dan Dolor Lanang Organizer ini berlokasi di Lapangan Kiangmore, Jalan Ronggolawe Kota Malang.

Slamet yang merupakan gaco milik Rendy Pasuruan dari Duta Biver Cup 5, mampu merebut juara pertama di kelas love bird A dengan tampilan yang lecek dan sempat mendapatkan sebutan super dari dewan juri. Sementara Damar Wulan jagoan Joko Tole, mampu mengamankan juara 1 kelas kenari lokal standar dengan tampil ngedur, serta didukung durasi dan cengkoknya andalannya.

 

 

TOLE SF. KENARI DAMAR WULAN JUARA 1 KELAS KENARI LOKAL STANDAR

 

Panitia Piala Adipura Cup Malang menerapkan sistem penilaian baru mulai dari rolling juri, pakem dan pemberian bendera peringatan. “Sistem ini tidak seperti biasanya diaplikasi oleh juri independen. Kami ingin memberikan yang terbaik pada sistem penjurian yang transparan,” buka Hong Qiyep selaku ketua panitia kepada burungnews seusai briefing juri.

Wahyu ITN perwakilan dari KOA (Komunitas Ocehan Arek Malang) menambahkan tentang revisi nilai bendera peringatan, “Biasanya kalau ada burung yang mendapatkan bendera peringatan pasti tidak bisa koncer 3 besar. Tapi kali ini kami merevisi dan memberikan toleransi. Bila ada burung yang mendapatkan bendera kesalahan pertama, maka burung tersebut bisa menerima bendera koncer B dan C. Bila mendapatkan bendera peringatan kedua, maka tidak bisa menerima bendera favorit koncer A, B dan C, tapi bisa masuk 10 besar andai penampilannya bagus.”

 

ABAH WAWAN. LB SLAMET JUARA 1 KELAS LOVE BIRD A

 

 

BRIEFING JURI. TERAPKAN SISTEM PENILAIAN BARU

 

SUASANA KELAS LOVE BIRD A YANG DIMENANGKAN LB SLAMET

 

HASIL LOMBA KELAS LOVE BIRD A DAN KENARI LOKAL STANDAR

KATA KUNCI: piala adipura malang slamet damar wulan

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp