PAUL INTAN & KRU BERSAMA HWAMEY
PAUL INTAN KLATEN
Puas dan Bangga Itu Bisa Didapat Tanpa Harus Juara
Juara dan kebanggaan, mestinya berjalan seiring, seiya-sekata. Tapi di era lomba burung berkicau kekinian, bisa terpisah jauh sekali. Mungkin juara nyeri, hatrik, atau juara umum. Anda yakin hati kecil si pemilik merasas puas dan bangga?
Orang berangkat ke kontes, termasuk burung berkicau, mungkin harus mengeluarkan banyak biaya. Mulai beli tiketnya, transportasi dan akomodasi, dan lainnya. “Tetapi hal itu sesungguhnya bukan masalah, hal biasa, selama yang bersangkutan bisa merasakan kepuasan. Karena oran terjun hobi kan sebenarnya urusan mencari kepuasan dan kebanggaan,” jelas Paul Intan, salah seorang kicaumania dari Klaten.
Kapan kepuasan dan kebanggaan itu bisa diraih? “Salah satunya, karena bisa meraih juara. Kan orang mau berangkat lomba, tujuan akhirnya karena pengin bisa menang. Kalau kita mau berangkat, artinya merasa punya peluang untuk jadi juara. Kalau sudah tahu tidak bisa menang, terus untuk apa kita berangkat ke lomba, yang mungkin jauh, mungkin harus menginap. Kenapa pengin menang, bisa karena hadiahnya besar, tropinya menarik, atau burung bisa laku mahal. Semua ini tentunya sah-sah saja.”
Meski sudah cukup lama tidak pernah hadir langsung ke arena lomba, namun Paul rupanya terus meng-up date perkembangan. Salah satu isu yang selalu hangat jadi pembicaraan misalnya, terkait jual beli poin juara umum, hingga yang lebih mendasar yaitu soal burung-burung juara karena katrolan.
PAUL DI AJANG YOUNG KOI
“Ya begitulah, hal yang sebenarnya lucu, dan jujur kadang buat saya jadi males ikut lomba. Bukan bermaksud sok-sokan ya. Ini kita juga bicara secara umum, tidak ngomong hanya satu dua EO. Karena ‘penyakit’ burung juara katrolan atau jual beli poin juara umum memang hampir selalu terjadi di banyak lomba, semua EO, tidak hanya di even-even besar bahkan juga even-even kelas level latber dan latpres pun sudah ikut terjangkit.”
Paul juga mengaku bingung dengan apa yang dicari oleh orang-orang yang meraih juara karena dikatrol juri. “Lah kalo nyogoknya sedikit, artinya dari sisi beli tiket dan besarnya hadiah terus dikurangi biaya upeti masih ada sisa, masih untung, ya mungkin uang jadi motivasinya. Yang seperti ini ya masih ada, yang mata pencahariannya memang dari ikut lomba. Di sejumlah even yang besar dan prestis, biaya upetinya kan tinggi, sangat tinggi bahkan. Secara itung-itungan dagang jelas tidak masuk. Terus dibilang karena yang dicari itu kepuasan dan kebanggaan, uang tidak masalah, karena tidak cari uang di situ. Waduh, terus terang saya jadi bingung sendiri, sebenarnya ini siapa yang sakit, siapa yang waras.”
Kalau standarnya itu orang “waras” yang dimengerti Paul, juara karena katrolan, atau juara umum tapi hasil beli poin sana-sini, harusnya sih tidak puas, apalagi bangga. “Siapa tahu ada standar yang lain, sekarang banyak EO kan juga punya standar pakem sendiri-sendiri. Siapa tahu orangnya juga punya standar beda untuk menilai kewarasannya, ha ha ha.”
Paul mengaku setuju dengan Robert Pantau yang belum lama menyampaikan topik yang sama. Juara tapi tanpa pengakuan dari peserta lain, lantas jadi bahan gunjingan berhari-hari termasuk di medsos, ya hasilnya bukan kepuasan atau kebanggaan, tapi malah malu, malu yang besar.
PAUL JUGA GELUTI ANJING
“Kalau sekarang kan lewat medsos, orang bisa ngomong apa saja. Dari yang nyindir-nyindir sampai yang langsung tunjuk hidung, misalnya disebut burung begitu kok juara, hanya karena si A belinya dari juri B atau dari C si petinggi EO, atau si A mau bayar upeti sekian untuk tiap juara 1, dan seterusnya. Obrolan itu terus nyebar ke mana-mana, teman kita yang yang bukan hobi burung jadi tahu, demikian pula tetangga kita bahkan anak istri kita dan keluarga lainnya jadi ikut tahu. Saya sih masih berpikir positif, kita semua sebenarnya sadar itu salah, itu keliru, atau setidaknya itu kurang etis. Karenanya kalau itu dilakukan dan ketahuan orang lain, ya harusnya merasa malu.”
Itu sebabnya, meski burungnya masih rajin lomba ke mana-mana, Paul tidak pernah mentarget juara. Ia sadar kalau pakai target juara, hasilnya bisa gelo, marah, kecewa, sakit hati. Sesuatu yang sebisa mungkin dihindarinya.
“Yang penting bagaimana kita upayakan burung mau tampil maksimal. Kalau itu sudah bisa, terus materinya juga mau keluar dengan baik, itu sudah membuat saya puas dan bangga. Apalagi juga kalau ada pengakuan dari sesama peserta. Tidak juara tidak ada masalah. Yang penting masih bisa beli burung yang materinya menurut saya dan mereka yang paham burung (dan mau ngomong jujur) juga bilang bagus. Maaf, saya tidak bicara mahal atau murah, ini bukan soal harga. Ini soal saya menghargai burung atau apa saja yang berkualitas dan saya suka. Kalau juara tapi syaratnya mesti pakai njawil para juri lebih dulu, jujur itu bukan cara saya.”
Kepada para krunya, Paul juga sudah memberikan SOP yang tegas, apa pun yang terjadi tidak boleh protes apalagi kalau itu sampai memancing perhatian peserta yang lain. “Buat apa, itu tidak produktif. Protes bukan sesuatu yang membuat saya puas dan bangga. Jadi tidak perlu dilakukan. Simpel saja, kalau memang ada burung yang lebih bagus secara materi dan perfoma, terus kita juga suka dan cocok, kalau memang bisa dibeli yang kita beli. Kalau tidak, kita pun akan memberikan apresiasi dan acungan jempol pada burung lain yang memang bagus dan layak juara.”
Pengin burung Anda bisa selalu tampil maksi sekaligus juga terlindung dari beragam penyakit? Simak pengalaman H. Suwadi, breeder sekaligus juga pengorbit murai batu papan atas..
[Dapatkan QUATRICK di kios terdekat atau hubungi 0813.2799.2345 (eks karesidenan Banyumas-Kedu), 0817.0251.279 (DIY dan sekitarnya), 0815.7833.9142 (Boyolali, Semarang, dan sekitarnya), 0853.2521.6660 (Solo Raya), 0811.3010.789 (Jombang dan sekitarnya), 0857.3383.2888 (Surabaya dan sekitarnya), 082242605493 (Banyuwangi dan sekitarrnya)].