SUASANA BURSA LOVE BIRD DI PASAR BURUNG DEPOK SOLO, 14 OKT 2015 (DOK. OMKICAU)

KELAS BURSA (LOVE BIRD)

Awal Mula dan Perkembangannya Sekarang

Namanya kelas bursa, adalah media untuk mempertemukan para calon penjual dan calon pembeli. Pesertanya sejak awal memang dianggap punya niat ingin menjual. Ia mungkin penghobi rumahan biasa yang sebelumnya tak punya akses dengan calon pembeli potensial.

Jadi, kelas bursa semacam memberi fasilitas kepada pemilik burung sekaligus juga calon pembeli. Pemilik burung ingin menjual dengan harga yang relatif tinggi, di sisi lain pembeli ingin memantau burung lalu membeli dengan harga yang terukur, ada standarnya, tanpa takut akan dijawab dengan “Maaf, belum ingin dijual”.

Begitulah awal mula ide menggelar kelas bursa yang diprakarsai oleh Itok dan kawan-kawan di Pasar Burung Depok, Solo. Lalu sekarang bergeser, kelas bursa dijadikan label di sejumlah even besar, lebih dimaksudkan untuk “menghalangi” secara halus agar burung-burung yang hampir bisa dipastikan mau tampil bagus dan berpeluang juara, agar tak ikut serta.

 

 

JAGO ANDALAN BELUM JUGA MAU TAMPIL MAKSI? Berikan Moncer1 dari Super Kicau Grup, asupan paten para juara. Bisa disajikan dengan beragam cara, seperti teteskan langsung pada paruh (bila burung biasa dipegang tangan), teteskan pada air minum, oleskan pada pakan/EF, atau suntikkan pada EF seperti jangkrik.

PEMBERIAN AWAL, berikan setiap hari selama sepekan. Lihat perkembangan yang pastinya akan membanggakan Anda. Selanjutnya berikan mulai H-2 atau sesuai kebutuhan. Waspada barang TIRUAN.

 

Soalnya, burung-burung semacam itu, yang kemudian dikenal sebagai burung konslet, menjadi momok dan menakutkan bagi para peserta kebanyakan. Kalau di suatu even ada satu saja burung yang dianggap konslet dan berpeluang memborong semua kejuaraan, lomba jadi sepi. Peserta lain memilih menyingkir karena merasa sudah pasti mau kalah.

Dengan semangat untuk memberikan ruang yang lebih ramah bagi para pemula itulah, Plaza Cup 6 Semarang pada 14 Januari yang lalu membuka dua kelas bursa, selain dua kelas Paud/Balibu dan ring.

Sesi bursa di Plaza Cup ditempatkan di kelas PLZ Laundry. Tiketnya 100 ribu, bila ada yang berminat burung harus dilepas dengan harga maksimal 75 juta. Disitu juga ada aturan yang memberi peluang peserta untuk “ingkar”, boleh tidak jadi menjual burungnya, asal siap dengan sanksi juara dibatalkan.

 

REAKSI FERRY YONG SAAT JAGO YANG DIINCAR TAK JADI DIJUAL (DOK. PANJI WIGUNA)

 

Ferry Yong dari Banjarnegara, hadir ke Plaza Cup, selain untuk ikut berpartisipasi dalam lomba juga karena ingin memantau dan berburu jagoan di kelas bursa. Ferry sebelumnya punya pengalaman manis membeli burung di bursa, saat digelar Bupati Cup Banjarnegara pada 12 November.

Marocak, nama jago yang dibelinya saat bursa, kini terus bersinar dan meraih prestasi kendati diturunkan nyaris ngedur tiap pekan. Di saat bersamaan gelaran Plaza Cup, Marocak diturunkan di Bekasi. Prestasi pun tetap dibawa pulang, yaitu merebut juara 1 dan 2.

Di luar urusan bursa, Ferry juga punya kenangan manis dengan even Plaza Cup. Di sinilah, beberapa tahun yang lalu, untuk pertama kalinya Ferry Yong mengecap even akbar yang digelar PBI. Waktu itu, Ferry yong belum seperti sekarang, belum ada yang mengenal, apalagi memperhitungkan namanya. Tak disangka, jagoannya Opium, mampu meraih juara 1 di kelas utama. Sejak itu, nama Ferry Yong dan Kurnia BF pun langsung melesat tinggi dan bersinar terang.

 

 

Nah, kali ini, Ferry pun punya kenangan yang sepertinya juga akan sulit dilupakan. Di kelas bursa A, Ferry sudah merasa mantap untuk meminang salah satu jagoan.  Jago yang ia incar, kebetulan tidak juara. Begitu lomba rampung dan MC mengumumkan sesi bursa, Ferry pun tergopoh-gopoh lari ke dalam lapang menuju gantangan yang ia incar.

Si pemilik rupanya tahu bila burungnya memikat Ferry Yong dan akan berupaya meminang dengan harga bursa, yakni bila tidak bisa ditawar berarti di harga maksimal 75 juta. Bukannya ikut masuk untuk bertemu dengan Ferry dan melakukan tawar-menawar, ia justru berteriak lantang tidak jadi dijual. Lohh?

Tentu saja, Ferry merasa kaget. Lha, ia masih berpikir lurus dan sehat. Kalau sudah mau turun di kelas bursa, ya karena memang ingin menjual burungnya. Tinggal tawar menawar saja kalau misal calon pembeli keberatan dengan harga maksimal. Lha ini kok tiba-tiba membatalkan, tidak jadi dijual. Terus apa yang ada dibenaknya saat ikut kelas ini?

Kita memang bisa mempertanyakan maksud dia turun di kelas bursa, kalau pada akhirnya tidak jadi menjualnya. Tapi merujuk pada aturan, panitia sendiri memberikan ruang pada peserta untuk ingkar menjual, dengan sanksi bila juara dibatalkan. Kalau kebetulan tidak juara seperti burung yang diincar Ferry Yong? Nah kan... belum ada aturan yang jelas soal ini.

Barulah di kelas bursa B, terjadi transaksi. Baik juara 1 dan 2, terjadi deal dengan harga maksimal 75 juta. Juara 1 diketahui bernama Alam milik Didi dari Bandung, dibeli oleh Wowo dari Pati. Sementara untuk juara 2-nya, terjadi deal sesama love bird mania Gresik.

 

ASAL-USUL KELAS BURSA (LOVE BIRD)

Bursa Love Bird bermula dari pasar Depok Solo. Even Launching dilakukan pada hari Rabu, 13 Februari 2014. Penggagasnya adalah Itok, yang mendapat sokongan dari sejumlah rekannya seperti Warjo selaku ketua Paguyuban Pasar, kemudian ada Puguh yang kemudian membantu mengurusi manajemen kontes dan kesekretariatan sekaligus sebagai MC.

Sampai periode 2016, Bursa Love Bird Solo mengalamai masa keemasannya. Dibuka nyaris tiap sore, tiket selalu penuh dan bahkan banyak yang tak kebagian. Banyak pemantau luar kota yang datang sendiri, seperti dari Jogja hingga Madiun dan sekitarnya. Yang lain, biasanya mempercayakan kepada rekan-rekannya di Solo untuk memilihkan (VIDEO BURSA LOVE BIRD SOLO, KLIK DI SINI).

Aturan mainnya, burung yang ikut di sini berarti memang mau dijual. Pengalaman di even-even lain non bursa, calon pembeli sering dibuat jengkel karena pemilik suka buka harga sesukanya, asal nyebut saja. Agar hal seperti itu tidak terjadi, harga maksimal pun ditentukan.

 

ITOK, NANO, DAN PUGUH SAAT LAUNCHING BURSA. (DOK. OMKICAU.COM)

 

Misanya, tiket 30 ribu, harga maksimalnya 3 juta. Jadi calon peserta sudah mengukur, kalau merasa burungnya punya kualitas yang harganya sudah di atas 3 juta, yang tidak ikut di kelas ini. Mungkin ikut yang tiket 50 ribu dengan harga maksimal 5 juta. Kalau jagoanya sudah ditaksir punya harga di atas itu, ya berarti jangan sampai ikut kelas bursa.

Calon pembeli sudah boleh memilih dan memutuskan untuk membeli burung peserta, setelah burung digantang. Caranya pun mudah, tinggal berteriak menyebut nomor gantangan dan “Deal”, maka dianggap sudah sah jual beli. Kalau ini dilakukan sebelum lomba rampung, berarti si pembeli sepakat dengan harga maksimal.

Kalau ingin menawar, berarti harus menunggu lomba rampung, dengan risiko mungkin akan didahului orang lain. Pertimbangan apakah akan langsung Deal dengan harga maksimal sebelum lomba rampung, atau memilih menunggu lomba rampung sehingga ada peluang menawar, ya tergantung kinerja burung.

 

MIMPI INGIN PUNYA LOVE BIRD KONSLET? Jadikan kenyataan, cobalah berikan BIO KONSLET dari Ebod. Siapa tahu itu adalah rejeki dan hoki Anda.

 

Kalau burung tampil bagus, katakanlah menunjukkan materi  dengan durasi panjang atau kerjainan di atas rata-rata, biasanya langsung Deal sebelum lomba rampung. Sebab yang pantau kan banyak, kalau pas ada yang istimewa kan berebut adu cepat untuk bisa mendapatkan jagoan bagus dengan harga yang terukur.

"Pernah juga ada kasus peserta menolak menjual. Dia memang benar-benar pemain rumahan yang baru pertama ikut kontes di bursa, jadi mengaku benar-benar tidak tahu dengan kewajiban menjual. Setelah itu, baner aturan kita buat lebih besar. MC terus menerus mengumumkan bila burung wajib dijual bila ada yang berminat dengan harga maksimal yang sudah ditentukan," tandas Itok.

Dalam perkembangannya, gantangan baru bermunculan, baik sore sampai gantangan malam. Di gantangan-gantangan baru itu pun, sebagian ada yang membuka kelas bursa. Di kepung banyak gantangan baru, gantangan Bursa di Pasar Depok pun mulai menyusut pesertanya.

 

ITOK ILS. IDE GELARAN BURSA JADI INSPIRASI BANYAK EO. (DOK. OMKICAU.COM)

 

Padahal, Bursa Love Bird pun muncul di saat kelas love bird sedang lesu. Harus diakui, even seperti Bursa Love Bird di Solo ini, langsung atau tidak berhasil mengangkat lagi kelas love bird menjadi bergairah bahkan menjadi kelas paling favorit saat ini.

Dalam periode itulah mulai muncul fenomena love bird konslet, yang diawali oleh Kusumo. Karena burung ini sangat rajin dengan durasi relatip panjang, juga umumnya tampil stabil setiap diturunkan mau tampil, juara pun seakan sudah menjadi miliknya.

Nah, peserta kebanyakan pun akhirnya berhitung. Kalau ada burung konslet turun, mereka memilih pindah ke gantangan lain. Habis, sudah hampir pasti akan kalah. Mereka berpindah mencari gantangan lain yang memberi peluang menang lebih besar. Saat itu gantangan mulai bertebaran, di hari yang sama bisa ada lebih dari satu gantangan menggelar kontes, dengan jarak yang bisa jangkau dalam waktu singkat.

 

BREEDING LOVE BIRD ANDA KURANG SUKSES? Berikan asinan halus TOP GRIT, dari TOPSONG. Cocok untuk indukan, anakan, dan burung lomba. Meningkatkan produktivitas, mengurangi risiko cacat pada anakan seperti kaki pengkor.

HOTLINE: 0813.2941.0510

 

Begitulah, di banyak lomba reguler, peserta love bird tidak lagi bisa ramai terus. Kalau tiketnya sudah agak tinggi, hadiahnya besar, sejumlah burung konslet turun, maka banyak peserta biasa memilih tidak turun. Tak heran bila di sejumlah laga akbar, kelas love bird malah tidak ramai lagi.

Salah satu siasat agar peserta biasa tetap berani turun, adalah dengan menjadikannya kelas bursa. Misalnya, harga maksimal dipatok 100 juta. Asumsinya, burung yang sudah konslet harga pasarannya sudah jauh di atas angka 100 juta, jadi pasti tidak akan diturunkan.

Tapi dalam sejumlah even, mulai ditengarai sejumlah burung konslet atau bagus nekat diturunkan. Ada yang terang-terangan, ada pula yang sembunyi misalnya dengan cara menyuruh orang lain menggantang, dan mengganti sangkarnya.

 

 

Apa tidak takut dibeli dengan harga jauh di bawah pasaran? Beberapa alasan yang membuat pemilik burung bagus tetap berani turun di kelas bursa, karena aturannya yang lebih longgar dari yang diterapkan di Bursa Solo. Bursa umumnya baru dibuka setelah penilaian rampung, dan lebih mengarahkan pada peraih juara 1, 2, dan 3.

Di sejumlah even lokal, pemilik burung bagus yakin tidak ada pembeli potensial yang siap dengan uang senilai harga maksimal. Katakanlah 50 – 100 jutaan. Kalau pun ada, sudah diantisipasi dengan memasang teman untuk buru-buru menjadi pembelinya. Jadi secara formal mungkin ada transaksi, tapi burung dibeli sendiri.

Dalam perkembangannya, kelas bursa juga tidak melulu di kelas love bird. Ada yang membuka bursa untuk murai batu. Ada yang membuka bursa di kelas cucak hijau, seperti di Amarta Cup Solo.

Dengan beberapa kasus peserta yang urung menjual jagoannya, atau menyelundupkan burung bagus karena ingin menang secara mudah, lalau mengantisipasinya agar jangan sampai terbeli orang lain, ada baiknya para EO yang akan menggelar kelas Bursa bisa belajar pada aturan yang diterapkan di tempat awal mulai kelas bursa dibuat.

KATA KUNCI: ferry yong kurnia bf plaza cup bursa love bird solo itok ils puguh dwi arimbawan warjo sangkar radja malioboro vaganza

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp