KELELAWAR DI GOA NGERONG (dok. Mulyo Hartono, Kompasiana)

GOSIP DAN FAKTA TENTANG KELELAWAR

Antara Pembawa Penyakit dan Manfaatnya Bagi Kehidupan

Pagebluk Corona membuat kelelawar banyak diperbincangkan. Sebagian meyakini sebagai biangnya, meski masih diperdebatkan. Ditunjang disinformasi medsos, nasib kelelawar pun semakin terancam. Manfaatnya yang begitu besar seakan terlupakan.

Benarkah virus corona bersumber dari kelelawar? Hal ini juga masih diperdebatkan oleh para ahli. Yang jelas, sejumlah ahli lingkungan dan konservasi benar-benar sangat mengkawatirkan masa depan kelelawar.

“Terjadi pelampiasan kemarahan yang salah terhadap kelelawar sehubungan virus corona akibat kecerobohan media sosial yang tidak dapat  dipercaya.”

 

 

 

Demikian Tempo.co mengawali tulisannya (20/5). Mengutip dari Sky News, Lisa Worledge dari Bat Conservation Trust (BCT) mengkawatirkan reputasi kelelawar dalam jangka panjang. Ia menyebutkan, beberapa negara melakukan pemusnahan kelelawar untuk mencegah penularan Covid-19.

“Bukan kelelawar penyebab wabah virus corona, melainkan manusia dalam memperlakukan lingkungan dan hewan liar,” tegas Lisa.

Ia mencontohkan, kelelawar itu semestinya hidup aman dan nyaman di alam bebas, bukan untuk diperdagangkan di pasar apalagi untuk dikonsumsi manusia. “Hewan-hewan liar yang diperdagangkan akan terus ketakutan dan stres, setara dengan perusakan hutan alam untuk produksi ternak,” tandasnya.

BACA: Ahli Konservasi Kawatir Nasib Kelelawar Dipicu Ulah Media Sosial

 

 

UPAYA PEMUSNAHAN DI INDONESIA

Di Indonesia sendiri, reaksi dalam memutus penyebaran corona juga ada yang dibarengi dengan pemusnahan kelelawar dan keluarganya (codot, kalong, dan lainnya). Misalnya bersamaan dengan pemberlakukan KLB di Kota Solo, salah satu poinnya (poin ke-13) juga memusnahkan kelelawar dan sejenisnya yang ada di pasar-pasar burung.

Menurut www.mongabay.co.id, pemusnahan ratusan kelelawar tersebut dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah dengan cara dibakar. Setidaknya ada 193 kalong dan codot yang dimusnahkan di lahan kosong di Utara Pasar Depok. Sebelum dimusnahkan, kalong dan codot itu dibius hingga tidak sadar.

 

 

Selain kota Solo, Mongabay juga mengutip Jabarnews.com (20/3/2020) yang menyebutkan dalam surat edarannya, Bupati Subang juga meminta warga supaya memusnakan kelelawar di lingkungan sekitar.

Di Ngawi, pada Selasa 31 Maret bahkan dilakukan pembersihan kelelawar dengan asap fooging oleh aparat dari Yonarmed 12/Divif 2 Kostrad. Danyon Letkol Ronald mengakui bila penyebab sesungguhnya dari Covid-19 memang masih menjadi polemik.

 

WASPADA dengan produk yang logonya MIRIP, dibaca/dilafalkan dengan cara yang SAMA, tetapi BUKAN produk yang dikeluarkan TOPSONG. Lihat selengkapnya DI SINI.

 

Apa yang dilakukan oleh jajarannya bersinergi dengan petugas Dinkes adalah sebagai antisipasi dengan berdasarkan dari pemberitaan yang berkembang di tengah masyarakat.

 

PEMBERSIHAN KELELAWAR DI BENTENG VAN DEN BOSCH, NGAWI

 

BACA: Yonarmed112/Divif 1 Kostrad Gelar Pembersihan Kelelawar di Benteng Van Den Bosch

 

Mongabay akhirnya mengutip The Conversation (24/3/2020) yang menuliskan pendapat Peter Alagona, Profesor Ilmu Lingkungan dari Universitas California, bila kebijakan pemusnahan kelelawar terkait wabah covid-19 adalah sesuatu yang salah arah.

 

BACA: Pemusnahan Kelelawar dan Salah Arah Kebijakan Saat Pandemi Corona

 

 

Bukan baru kali ini saja kelelawar menjadi tertuduh penyebar penyakit.  Hali ini juga pernah dibahas sekitar 9 tahun yang lalu dalam Konferensi Internasional Kelelawar Asia Tenggara ke-2 yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mulai Senin 5 Juni – Rabu 9 Juni 2011 di Bogor.

Konferensi yang diikuti ilmuwan dari 20 negara ini mengangkat tema "Zoonosis dan Peran Kelelawar dalam Keseimbangan Ekosistem", yang antara lain dipublikasikan oleh Kompas.com. (Senin, 6 Juni 2011). 

Dari Indonesia hadir Dr. Siti Nuramaliati Prijono dan Dr. Ibnu Maryanto dari Pusat Penelitian Biologi LIPI. Salah satu hasil penelitian yang dipaparkan di sini, disebut oleh Siti bila kelelawar pun bisa membawa penyakit zoonosis, seperti rabies, hendra, dan nipah yang membunuh 40 persen manusia yang terjangkiti.

 

Hari gini belum pakai TWISTER? Segera merapat di kios-kios / agen terdekat, bila belum ada mintalah untuk menyediakan, biar Anda dan para kicau mania lainnya lebih mudah mendapatkannya. Coba dan buktikan kualitasnya, dan berikan respon melalui hotline 08112663908.

 

Namun, Ibnu mengatakan, "Kelelawar hanya sebagai pembawa, bukan penyebab penyakit," Penyakit nipah yang disebabkan oleh virus kali pertama ditemukan di Malaysia dan telah membunuh 105 manusia.

Selebihnya, konfrensi ini membahas soal peran dan manfaatnya, serta tekanan yang mengancam kepunahan kelelawar dan implikasinya bagi kehidupan manusia.

Diungkapkan Siti, bahwa berdasarkan penelitian, 186 spesies tumbuhan obat, penghasil kayu, dan sumber makanan tergantung pada kelelawar jenis Megachiroptera. "Kelompok jenis ini adalah pemakan buah tropikal hutan dan membuang sepah bijinya jauh dari lokasi tumbuhan. Oleh karenanya, ia dijuluki agen pemencar biji," urai Siti.

 

Sebagai obat, terbukti efektif. Sudah sering mampu mengatasi kondisi kritis, apalagi cuma sakit "biasa". Di saat perubahan musim dari kemarau menuju penghujan seperti sekarang, juga sangat baik untuk mencegah dan menjaga agar burung tetap sehat dan selalu dalam kondisi fit, siap tempur. Bisa diberikan secara rutin 2-3 hari sekali sesuai kebutuhan. LEMAN'S, satu-satunya obat burung dengan formula + vitamin.

Lemans bisa dibeli lewat bukalapak, tokopedia, atau hubungi 08113010789, 0822.4260.5493 (Jatim Tapalkuda), 0813.2880.0432 (Jogja dan sekitar), 0815.4846.9464 (Solo Raya dan sekitar), 0813.2799.2345 (Banyumas dan sekitar)

 

Ditambahkan Ibnu, kelelawar juga berperan dalam penyerbukan pohon yang menghasilkan buah, seperti duku, rambutan, dan durian. "Kalau kelelawar hilang, buah pun bisa lenyap."

Hal penting lainnya yang mungkin belum banyak diketahui khalayak, kelelawar juga berperan dalam pengendalian populasi serangga. "Tiap jam, kelelawar itu bisa makan 6.000 nyamuk," cetus Ibnu.

Dengan demikian, kelelawar juga berperan dalam pengendalian wabah penyakit seperti malaria. "Kelelawar berfungsi sebagai predator alami hama pertanian dan salah satu pemakan hama utama padi,” tambah Siti sebagaimana ditulis Kompas.com.

 

CODOT, SALAH SATU SPESIES KELELAWAR PEMAKAN BUAH

 

Dikatakan Ibnu, saat ini Indonesia memiliki 225 spesies kelelawar. 50 di antaranya merupakan spesies pemakan serangga dan 75 lainnya merupakan spesies pemakan buah.

Indonesia diketahui memiliki 11 persen dari total spesies yang ada di dunia. Sebanyak 10 spesies masih mungkin ditemukan per tahunnya jika eksplorasi dilakukan secara intensif.

Meski demikian, kelelawar kini menghadapi tekanan yang besar. Ini diakibatkan oleh aktivitas perusakan kawasan karst tempat gua habitat kelelawar. Beberapa jenis kelelawar, seperti Otomops johnstonoi yang endemis di wilayah Alor dan Neopterus trostii yang endemis wilayah Sulawesi, ikut terancam.

Masih mau memusnahkan kelelawar? [dirangkum oleh maltimbus, 08170251279]

BACA: Kelelawar Hilang, Buah Pun Bisa Lenyap

 

KATA KUNCI: pandemi dampak covid-19 pemusnahan kelelawar agen penebar bijih penyerbuk buah predator alami untuk hama padi lipi

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp