PARA KACERMANIA & EO SOLO RAYA BEREMBUG MENCARI AKAR MASALAH

SARASEHAN KACER MANIA SOLO RAYA

Ini Loh Penyebab Kelas Kacer Sepi...

Prihatin dengan kelas kacer yang belakangan ini kurang greget bahkan terus menyusut pesertanya, sejumlah tokoh dan pemain kacer di Solo Raya pun tergerak untuk menggelar pertemuan. Mengumpulkan masukan mulai penyebab hingga solusi.

Setelah dilakukan pembicaraan awal, akhirnya terwujud juga pertemuan yang lumayan besar pada hari Rabu 20 Desember, melibatkan hampir 100 peserta, yang difasilitasi dan digelar di kediaman pak Kanjeng, salah satu tokoh kacer senior di Solo.

Pertemuan mengundang para EO yang ada di Solo Raya, selain kacermania baik senior maupun yunior. Dalam sambutannya, Pak Kanjeng atau nama lengkapnya KRAR (Kanjeng Raden Riyo Aryo) Hardjo Soewarno mengaku senang sekali akhirnya para kicaumania khususnya kacermania dan pihak-pihak terkait lainnya, seperti para EO, bisa berkumpul di kediamannya, ndalem Hardjonegaran tepatnya di jalan Yos Sudarso 176.

 

 

PAK KANJENG. INGIN KELAS KACER RAMAI LAGI

 

“Beberapa waktu lalu teman-teman kacermania yang penuh semangat datang menemui, awalnya menawari undangan kepada saya untuk pertemuan di Boyolali. Saya jawab karena faktor umur, kondisi kesehatan, dan cuaca yang cenderung kurang bersahabat, saya tidak bisa pergi jauh-jauh. Kalau mau kenapa tidak di rumah sini saja, tidak masalah. Tidak punya maksud, tendensi, atau membawa kepentingan terselubung, selain hanya ingin bagaiamana lah upaya kita supaya kelas kacer bisa ramai lagi sebagaimana beberapa tahun sebelumnya.”

Puguh selaku moderator, yang kemudian juga kembali ditekankan oleh Sapariyanto dari penggemar kacer Solo Raya, lalu ada juga Danang dan Abah Sulis kacer mania senior yang ikut jadi inisiator lainnya, sejak awal membuka pertemuan yang diberit tajuk Sarasehan Kacer Mania Solo Raya, sudah mewanti-wanti para peserta bila pertemuan ini sepenuhnya hanya ingin mengumpulkan masukan-masukan, baik itu penyebab, hingga tawaran solusi, bukan untuk berdebat atau adu argumentasi.

Beberapa masukan diberikan antara lain oleh Joko Bonita dari Boyolali, Warjo dari IKPBS, Jarot Sragen, Drs. Bakuh, Cak Parno Gunung Kidul, Komo Boyolali, Samuel Semarang, dan beberapa lainnya.

 

++++++++++

SUDAH MAU GANTI TAHUN, SAATNYA BERUBAH DAN BERANI MENCOBA HAL BARU. Banyak produk pakan burung tersedia, tinggal pilih. Sudah tahu ada produk yang lagi ngehit dan banyak dicari? Banyak yang merasa cocok, selain harga lebih ekonomis alias terjangkau, kualitas tetap terjaga, juga karena khasiat cepat bisa dilihat dan dirasakan.

Jangan ragu, ayo KLIK baner di atas, dan rasakan perubahan pada burung Anda!

==========

 

“Jadi kami tekankan, di sini nanti tidak ada debat, karena kita memang tidak akan mencari siapa salah siapa benar, atau siapa yang lebih pintar. Ini seratus persen mengumpulkan masukan, apakah itu informasi dari teman-teman kenapa tidak mau bawa kacer ke lomba, atau mungkin tawaran solusi.”

Dari beberapa masukan baik itu datang mewakili peserta/kacer mania, EO, juri, ada kesimbulan awal yaitu sesungguhnya pemilik dan penggemar kacer di Solo Raya masih cukup banyak, hanya saja sebagian memang mengaku malas menurunkannya, dengan sejumlah alasan sebagai berikut

 

1. ATURAN PENILAIAN YANG KAKU, TIDAK RAMAH PEMULA

Sejumlah EO menerapkan aturan yang terlalu ketat dan kaku, tidak ramah dengan pemula. Dan ini kemudian seperti menular hingga menjadi tradisi di banyak EO yang lain. Para pemula itu, ibaratnya masih dalam tahap belajar bagaimana nyeting membuat burung mau bunyi di lapangan saja sudah senang.

Aturan ketat yang dimaksud, seperti burung mbagong, mbedes, atau turun ke tebok meski hanya sesaat bila ketahuan langsung di diskualifikasi. Hal seperti ini dianggap mengecewakan atau mematikan semangat para pemula yang mulanya lagi semangat-semangatnya, lagi senang-senangnya momongannya sudah mau tampil, tiba-tiba gara-gara lompat, turun ke tebok, didis, atau mbagong sebentar, langsung ditancapi bendera dis. Upayanya seolah-olah sama sekali tidak dihargai.

Akhirnya, ini membuat tradisi baru, bagaimana membuat burung (kacer) tidak mbagong, asal kerja saja dari awal sampai akhir, punya peluang juara meskipun secara kualitas (variasi lagu, volume, gaya) sesungguhnya biasa-biasa saja.  Bagi para penggemar kacer tulen, ini dianggap tidak asyik lagi hingga akhirnya memilih membiarkan jago kacernya hanya buat di dengar di rumah.

 

+++++++++

PUNYA JAGO YANG SECARA MATERI OKE, TAPI GAGAL MENAMPILKANNYA? Cobalah berikan Moncer1 dari Super Kicau Grup, asupan paten para jawara. Mudah memberikannya, bisa dicampurkan dengan air minum, dioleskan pada pakan, disuntikkan pada EF seperti jangkrik, atau bila burung terbiasa dipegang, bisa diteteskan langsung pada paruh.

Hati-hati barang tiruan, bila meragukan keaslian bisa hubungi hotline pada baner di atas. Berani COBA, berani JUARA!

==========

 

2. JUARA HANYA ITU-ITU SAJA

Juara yang seolah-olah hanya menjadi milik burung itu-itu saja juga membuat lawan yang kalah terus-terusan menjadi bosan. Penyebab juara hanya itu-itu saja bisa karena beberapa hal:

  • Pertama, kemampuan teknis juri yang kurang. Misalnya, menilai burung yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari saja, masih dianggap keliru atau salah pilih. Juri mungkin hanya hapalan saja, memilih burung yang sudah cukup dikenali sebagai burung bagus.
  • Kedua, secara teknis sebenarnya mampu, tapi kejujuran atau fairplay-nya dipertanyakan. Artinya, juri dianggap sengaja berbuat salah dengan memilih burung tertentu yang mestinya kurang layak.
  • Ketiga,  burung yang sudah sering juara di even-even besar masih juga nimbrung diturunkan di even-even sekelas latber dan latpres, yang mestinya ya haknya burung-burung pemula. Meskipun memang layak juara, karena terus menerus dilakukan, ya tetap saja membuat lawan yang sadar memang “kalah kelas” menjadi malas datang lagi.

 

 

 

BEBERAPA TAWARAN SOLUSI

  • Membentuk dan menguatkan komunitas. Dengan komunitas yang kuat dan kompak, bisa “menekan” EO agar bisa memenuhi sejumlah kriteria yang diinginkan, termasuk terkait penilaian.
  • Bisa jadi sarana diskusi, tukar pengalaman, mulai dari perawatan, memilih even, hingga menjadi sarana bursa untuk jual/beli.
  • Dengan cukup banyak gantangan, komunitas bisa menjadi mediator para EO mengatur jadwal even supaya tidak berbarengan, paling tidak terkait kelas / jenis kacer.
  • Komunitas bisa mengumpulkan semacam donasi atau sponsor dari pihak ketiga yang tak punya kepentingan dengan hasil lomba, hasilnya untuk menjadikan kelas kacer lebih menarik, seperti hadiah yang lebih besar dan/atau tanpa potongan, menyiapkan banyak doorprise, dan semacamnya.
  • Pada waktunya komunitas bisa menggelar semacam kopdar yang juga dilengkapi lomba, bisa mengundang komunitas kacermania dari daerah / kota lain, agar bisa saling mberikan semangat satu sama lain.
  • Untuk mendekatkan (bila menyamakan dianggap sulit) persepsi pakem penilaian, bisa dilakukan secara praktek dengan menggelar kelas simulasi, menggantang kacer lalu dinilai bersama, ada perwakilan juri lintas EO, ada para peserta. Hasil penilaian langsung didiskusikan di tempat, misalnya kenapa A dianggap layak juara, kenapa B kurang bagus, di mana kurangnya, dan seterusnya. Kalau ada pilihan lain, juga bisa menyebutkan alasannya. Bila hal ini beberapa kali dilakukan, niscaya akan bisa mendekatkan pemahaman antara juri dan peserta, bisa kembali menggairahkan keinginan lomba karena peserta sudah percaya juri akan menilai burung dengan persepsi yang nyaris sama.

Tulisan ini, tentu baru merupakan “catatan kecil” dari burungnews saja. Ada pun kesimpulan resmi akan dirumuskan oleh  team kecil dari Sarasehan ini, yang nantinya juga akan membentuk kepengurusan Kacer Mania Solo Raya , kemudian menyusun program kegiatan untuk menjalankan aksi yang hasilnya diharapkan segera bisa kembali menggairahkan kelas kacer.

KATA KUNCI: sarasehan kacer pak kanjeng solo warjo puguh mc bakuh joko bonita samuel semarang saparianto danang solo rudy nrs komo boyolali cak parno gk supri klaten abah sulis

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp