DWI SAMPIT BERSAMA H CAHAYA DAN KICAUMANIA LAINNYA

PERLU DICONTOH, CARA DWI SAMPIT JALANI HOBI YANG SEHAT

Apa Adanya Saja, Los Tanpa Beban + VIDIO

Banyak kicaumania begitu inginnya bisa juara lomba burung, sampai segala hal dilakukan. Bermodalkan burung (konon) beli yang bagus dan mahal, rupanya belum pede juga. Masih merasa perlu mengkondisikan agar ada semacam jaminan juara. Mereka menyebutnya dengan istilah A-1.

Ketika hasilnya tidak sesuai harapan, lantas protes, marah, bahkan beberapa mengarah ke tindakan anarkis. Menuduh pihak lain (yang juara) bertindak main mata. Ia berpikir seakan (semua) orang yang punya duit melakukan hal seperti dia, mengawal dan mengkondisikan burung ke juri.

Padahal, hobi katanya buat cari senang, cari puas. Kalau marah-marah, malah jadi biang stres dan sakit hati.

Hal seperti ini tampak dijauhi betul oleh Dwi Sampit, salah satu kicaumania asal Sampit, Kalteng, yang belakangan ini namanya terus bersinar. Dalam beberapa tahun terakhir, ia banyak membeli burung top terutama jenis kacer dan belakangan juga murai batu.

 

 

Daftar prestasi dari burung-burung koleksinya pun cukup panjang. Ini bisa dimaklumi sebab proses pemilihan dan pemantauannya juga melewati skrening yang ketat, tidak tergesa-gesa. Perfoma dan kualitasnya harus benar-benar teruji nyata.

Salah satu yang kerap dipasrahi untuk melakukan pemantauan lanjutan dan kemudian mengeksekusi adalah pewarta sekaligus youtuber Panji Wiguna. Panji menyebutkan, sebagian besar burung yang dibeli adalah hasil pantauan awal langsung dari bos Dwi Sampit lewat you tube.

“Setelah tertarik dari nonton vidio, saya biasanya ditugasi untuk melakukan pantauan langsung, tentu juga tetap kita ambil vidio untuk diperlihatkan lagi. Memastikan burungnya memang sesuai yang dipantau sebelumnya. Ada kalanya kalau memang tampilnya bagus, beliau sudah kasih ancar-ancar harga yang disanggupi. Jadi tinggal negosiasi.”

Hal itu dilakukan dalam sejumlah transaksi dalam kurun waktu cukup panjang, yang total nilai nominalnya cukup tinggi bahkan fantastis. “Bingung juga awalnya, sebab sepanjang waktu itu saya pun belum pernah kenal secara langsung, hanya komunikasi lewat WA saja. Ketemu dan mengenal langsung pertama kali ya menjelang Piala Raja, bulan November 2021 yang lalu.”

 

BARU... TOPSONG PREMIUM, mengandung enzim alami serangga, burung lebih gacor, daya tahan lebih tinggi. Tersedia TOPSONG PREMIUM ANIS MERAHMURAI BATUHWAMEY (PREMIUM GOLD), LARK / BRANJANGANMINI PELETBEO.

Segera dapatkan di kios langganan Anda, buktikan perbedaannya.

 

Setelah dibeli, burung-burung itu kemudian diserahkan kepada team khusus yang merawat dan melombakannya. Ada yang di Jogja, ada pula yang di kota lain, termasuk yang dikirim langsung ke Sampit.  

Strategi lomba yang kemudian dijalani oleh team Dwi Sampit bisa menjadi contoh yang baik. Dia ingin ikut lomba secara apa adanya saja. “Pesan dari beliau ke team, beli tiket, gantang, pantau dari luar. Tidak perlu main titip, main mata dengan juri, teriak, juga jangan protes misal merasa dirugikan.”

Dwi Sampit rupanya ingin benar-benar lomba mengandalkan kekuatan burung semata, bukan mengandalkan nama besar pemiliknya. “Iya lah, kita beli burung kan sudah berusaha memilih yang terbaik, harga juga menyesuaikan dengan kualitas burung. Jadi, kenapa menangnya karena pendekatan koneksi dan semacamnya, sangat tidak lucu.”

Bila burung menang dengan cara seperti itu, yang dihasilkan adalah kepuasan dan kebanggaan semu, pongah. “Saya tidak mau seperti itu. Malu lah. Ngapain juga repot-repot beli burung yang secara kualitas bagus, kalau masih harus pakai cara begitu.”

 

 

Bila burung seharusnya bisa prestasi tapi karena satu dan lain hal kurang hoki hingga terlempar, Dwi pun meminta para krunya untuk menyikapinya dengan bijak dan tenang. “Bertanya baik-baik boleh, tapi jauhkan dari kesan protes, apalagi memperlihatkan nada marah. Sekarang mungkin kalah, toh masih banyak lomba lain esoknya kan.”

Hal seperti ini pernah terjadi dalam salah satu lomba akbar dan prestis belum lama ini. Kejanggalan itu dirasakan baik di sebagian kelas kacer maupun murai batu. Setelah lomba selesai, salah satu kru Dwi Sampit menyebut dihubungi beberapa juri yang meminta maaf, karena sebenarnya jagoan yang dikawalnya layak juara.

Menurut Dwi, bila ada penyelenggara yang secara terus menerus bikin tidak puas, ya perlu sedikit “menggeliat”, geser ke penyelenggara lain. “Apalagi sekarang banyak gelaran lomba dengan peserta terbatas, dengan sistem yang lebih terbuka, itu saya kira kita lebih bisa merasakan aura lomba yang sesungguhnya, bisa melihat dan mendengar ketika burung benar-benar lawan burung.”

Hal lain yang menarik dari Dwi Sampit, tidak terlalu berambisi merebut juara umum, apakah itu pada SF maupun BC.

 

 

“Kalau ditanya ingin atau tidak, tentu misal bisa meraihnya secara alamiah, tanpa lobi-lobi, murni dari poin milik sendiri, tentu saya senang. Tapi kalau poinnya didapat dari hasil lobi, kemudian minjam atau menyewa burung milik orang lain, tidak lah. Hasil seperti itu tidak membuat saya puas dan bangga. Mau menang atau kalah, yang penting sepenuhnya dari burung milik sendiri.”

Meraih juara umum di beberapa event sekaligus dalam satu hari, lebih jauh lagi dari keinginannya. “Apalah yang dicari. Nama besar, mohon maaf tanpa bermaksud menyombongkan diri, saya tidak menginginkannya. Sudah lewat kali ya masanya. Sekarang masanya cari ketenangan, kepuasan, dan kebanggaan yang sesungguhnya. Sekali lagi, asal poinnya memang murni dari burung sendiri tidak masalah. Tapi tidak kalau lewat pengkondisian, kemudian minjam dan nambah poin sana-sini dari burung orang lain.”

Bayangkan seandainya semakin banyak kicaumania yang bersikap dan bertindak seperti Dwi Sampit, tentu kondisi lomba burung di tanah air akan semakin adem, damai, penuh persaudaraan. Kita tak akan lagi lihat orang protes berlebihan, apalagi bertikai gegara rebutan poin juara umum.

Dwi pun mengajak para kicaumania yang ingin berlomba secara sehat, apa adanya, sepenuhnya mengandalkan kekuatan burung, untuk hadir dan bisa ngobrol bareng, ngopi bareng, dengan dirinya di Solo Fair Factor #2, 14 Agustus yang akan datang.

 

Burung yang sebelumnya bunyi tiba-tiba MACET dan memBISU? Berikan MONCER-1 selama beberapa hari, lihat perbedaannya dalam 5-7 hari, dijamin langsung JOSS kembali.

 

Sejak jauh hari, Dwi Sampit sudah menyatakan ingin hadir full team ke Solo Fair Factor. Semua burung yang paling siap akan dibawa. Team juga sudah diminta untuk turun di semua kelas, kecuali kelas bursa tentu saja. Mulai murai batu, kacer, dan cucak hijau.

Dwi berharap kehadirannya ke SFF #2 tak semata untuk berlomba, melihat jagoannya bertarung, tetapi juga bisa jadi ajang silaturahmi dan ngobrol bareng dengan banyak kicaumania lintas blok.

Menurutnya, banyak hal positif bisa didapat dari silaturahmi, mesi dilakukan di sela-sela lomba sekalipun. “Kata pak ustad bisa bikin panjang umur dan menambah rejeki. Siapa tahu dari obrolan ringan berbuah usaha atau bisnis yang bisa digarap bareng.”

Hati yang puas dan senang, baik karena penampilan burung yang bagus, diimbangi prestasi, apalagi dilanjutkan silaturahmi dengan para kicaumania, membuat kerja jadi enak, lebih semangat, good mood. Hasil kerja jadi bagus, disukai konsumen, lebih laris. 

Seperti diketahui, SFF #2 membuka kelas murai batu, cucak hijau, kacer, dan anis merah. Kelas utama tiket 11 juta sudah termasuk sangkar awalnya sempat habis tiketnya, namun beberapa jago mengabari kondisi bulu mulai jatuh dan akan mabung, sehingga membatalkan.

Kecuali kelas utama yang membatasi peserta 16-G, kelas-kelas lainnya dikemas dengan 24-G. Gantangan sudah dilengkapi sistem elektrik sehingga tidak akan terjadi saling tunggu yang berpotensi mengulur-ulur waktu.

 

TWISTER GOLD, salah satu pakan burung yang disebut paling cocok untuk murai batu, hwamey, anis merah, kacer oleh para kicaumania yang sudah mencoba dan kemudian terus memakainya, termasuk untuk jenis burung pemakan serangga lainnya. Tersedia juga TWISTER SEAWEED, ANTI STRES, MASTER, serta TWISTER TROTOLAN untuk meloloh pemakan serangga dan TWISTER BUBUR untuk meloloh pemakan bijian.

 

Penjurian di  SFF #2 berbeda dengan pelaksanaan yang pertama. Selain sistem yang sudah diperbaikan dengan tiap juri membuat ajuan koncer A-B-C langsung ditulis di papan sendiri-sendiri, kemudian direkap dulu. SDM juri juga bakal di-up grade.

Team juri dari Dewa 99 yang dikenal sangat berintegritas dan dari Masterpiece Arena yang lagi viral dan mendapatkan tempat khususnya di blok Jabodetabek, bakal memperkuat formasi juri di SFF #2. Perpaduan juri-juri berkualifikasi tinggi dan sistem yang sangat terbuka, diharapkan mampu menghasilkan keputusan yang presisi, sangat mendekati semangat fairplay, dan sesuai harapan peserta secara umum.

Penjurian di SFF tanpa korlap, sistemnya benar-benar sangat terbuka, sejauh ini bahkan paling terbuka di antara sistem terbuka lainnya. Setelah tiga ajuan koncer dari juri ditulis dan diperlihatkan ke semua peserta, kemudian direkap secara terbuka pula.

Ajuan tunggal atau sendirian tidak bisa masuk nominasi. Syarat bisa masuk nominasi, adalah harus berada di posisi dua ajuan teratas. Koncer yang ditusuk harus sesuai ajuan yang ditulis selama ajuan masuk nominasi.

Bagaimana bila ada ajuan yang tidak masuk nominasi? Lihat bagan teknis penjurian dan vidio tutorialnya di bawah artikel ini. [maltimbus]

 

VIDIO TEKNIS PENILAIAN DI SFF#2:

 

VIDIO AJAKAN DWI SAMPIT LOMBA ADANYA SAJA:

 

BAGAN TEKNIS PENJURIAN SFF #2:

 

BROSUR DAN JADWAL SFF #2:

 

KATA KUNCI: dwi sampit

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp