AGUNG MENDARATKAN PARROT

KONTES TERBANG BEBAS PARROT (PARUH BENGKOK)

Juaranya Yang Mendarat Paling Akhir

Belakangan ini, komunitas pemilik burung parrot atau paruh bengkok berkembang pesat di tanah air. Mereka sering berkumpul, juga ada ajang kontes free flight alias terbang bebas. Dari yang kecil seperti betet, sedang seperti kakaktua, hingga ukuran besar dari jenis macaw.

Lomba burung dengan cara menerbangbebaskan, sudah lama kita kenal pada jenis merpati, baik itu merpati tinggian hingga merpati balap. Ternyata ada beberapa perbedaan mendasar antara lomba merpati dengan parrot.

Menurut Agung Satria Putra dari komunitas Purwakarta Free Flight, kalau merpati itu diterbangkan dari jarak tertentu, satu lawan satu atau sekali terbangan 2 ekor. Kemudian adu cepat siapa yang paling duluan sampai titik finish itulah yang juara.

 

 

 

 

“Pada kontes terbang bebas Parrot berbeda. Burung kita terbangkan langsung 5-6 ekor, star dan finisnya di lokasi yang sama. Juaranya itu yang mendaratnya paling akhir, bukan yang pertama. Syaratnya, burung harus terbang terus tidak pakai mencrok di gedung, pohon, dan lainnya. Selain itu,  landingnya juga harus pada pemilik, kalau landing ke orang lain kena diskualifikasi. Untuk mendaratkan parrot juga tak perlu diklepek pakai betina kayak di merpati,” jelasnya kepada burungnews.com

Kenapa juaranya yang mendarat paling akhir? Sebab juara itu dinilai dari durasi atau lama terbang. Parrot yang terbangnya paling lama, atau paling jauh tanpa “mampir-mampir”, lalu kembali ke titik diterbangkan dan mendarat pada si pemilik, itu yang paling top.

 

SUPER BREEDING, terbukti jadi SOLUSI untuk breeding beragam jenis burung. Birahi bisa bersamaan, kawin lebih ngisi, meningkatkan daya tetas telur, piyik lebih sehat tak mudah mati.

 

Dalam kontes terbang bebas parot, juga ada kategori atau kelas yang ditentukan berdasarkan ukuran burung. Selama ini dibagi dalam tiga kelas yaitu ukuran kecil atau small, sedang atau medium, dan besar atau large.

Ukuran kecil antara lain jenis burung betet, falk, sunconure. Ukuran sedang antara lain kakaktua, afgreyy, bayan illiger macaw, sever macaw, dan untuk ukuran burung besar atau large antara lain  jenis macaw.

Beberapa jenis burung di atas termasuk mahal. Macaw jenis Hyacint misalnya, harga anakannya yang masih baby saja 400an juta. Asal tahu saja, jenis macaw yang satu ini di Asia baru satu orang yang bisa ternak, dan itu adalah Andy Hoo dari kota Malang!

 

 

AGUS SP, PERTAMA LOMBA LANGSUNG SABET DUA GELAR

 

Pada Minggu 13 Mei, Agung bersama anak tercinta mengikuti kontes Free Flight Parrot di Sedayu City, Klapa Gading, Jakarta. Penyelenggaranya adalah Macaw Racing Team bekerja sama dengan Agung Sedayu Grup. Pesertanya datang dari penggemar Parrot seluruh tanah air. Hadir pula sang master yang di dunia Parrot cukup fenomenal, Andy Hoo dari Malang.

Agung mengaku sangat bangga, sebab sebagai pendatang baru, sudah bisa merebut juara 1 di kelas Medium bersama Goblin, dari jenis Illiger Macaw. Di kelas paling prestise Large, Agung nyaris kembali merebut juara 1. Jagonya yang diberi nama QnO dari jenis Greenwing Macaw hanya berseilisih 1-2 detik saja dari sang juara, Walet milik Yunk Art.

 

BERSAMA YUNK ART, JUARA KELAS LARGE

 

Menurut Agung, partisipasinya di even Sedayu City Free Flight Competition adalah merupakan pengalaman pertamanya. “Sebelumnya baru sebatas latihan bersama dalam ajang semacam kopdar. Kebetulan di Purwakarta selain Purwakarta Free Flight, juga ada satu lagi komunitas yaitu Landasan Parrot. Jadi ada wadah yang bisa mendukung dan membina para penghobinya.”

Lalu, bagaimana ceritanya Agung yang sebelumnya kita kenal sebagai kicaumania bisa kecantol jadi hobi Parrot? “Awalnya yang suka itu anak saya. Karena ini burung harganya lumayan menguras kantong, saya ikut mendampingilah. Di komunitas, ketemunya juga banyak dari kalangan orang dewasa juga,” ujarnya memulai cerita.

 

JUARA KELAS LARGE, BARENG PANITIA

 

Burung pertama yang dimiliki anaknya adalah macaw dari jenis Blue & Gold. Agung mengaku ikut senang juga, apalagi untuk jenis burung yang bisa jinak ini juga harus benar-benar bisa berinteraksi secara langsung. “Jadi kelihatan benar ada rasa saling menyayangi antara kita dengan si burung. Tidak bisa kita serahkan pada perawat, misalnya.”

Ketika pertama kali mencoba menerbangbebaskan macaw di ajang latihan, Agung mengaku deg-degan juga. “Ya ada rasa kuatir juga, kan harganya lumayan merogoh kocek, kalau burung tidak balik bagaimana, he he he.”

Namun lama-kelamaan jadi ketagihan menerbangkan burung indah yang harganya puluhan juta ini. Mulai muncul keinginan bisa ikut kontes di even akbar tahunan yang digelar di kota Malang yang dijuluki sebagai surga-nya Parot, East Java Free Flight 2.

 

AGUNG SP, ANAK TERCINTA, BERSAMA ANDY HOO

 

(Hmm, ternyata istilah yang biasa dipakai untuk menggambarkan situasi kota atau daerah yang banyak memiliki jagoan, juga berbeda dengan di dunia kicaumania ya. Kalau di dunia kicaumania, kita menjulukinya sebagai “kandang macan”, lalu even yang pesertanya banyak burung-burung top pada kumpul di satu gantangan, disebut sebagai partai neraka. Di dunia parrot, istilah yang dipakai lebih indah dan menentramkan, karena disebut sebagai “surga”.)

“Tapi saya sadar, belum punya cukup jago yang mumpuni. Jagoannya kan baru satu dari kategori Medium (Illiger Macaw), rasanya kok kurang lengkap kalau jauh-jauh ke Malang hanya ikut satu kelas. Lalu muncul keinginan punya jago lagi dari kategori besar.”

Eh ternyata tak lama setelah even itu berlangsung, sang juara BoB milik Bang Muchtar atau sering dipanggil sebagai Bang Otong PK menawarkan jagoannya ke Agung.  “Tanpa pikir panjang, burung yang oleh Bang Muchtar diberi nama Kino itu langsung saya boyong ke Purwakarta.”

 

TERIMA TROPI DARI ANDY HOO

 

Bermodalkan dua jago itulah Agung Satria Putra bersama sang anak tercinta berangkat ke kontes Free Flight di Sedayu Citi. Seperti yang sudah disebutkan, Goblin menang di kelas Medium, sementara QnO (ejaan baru untuk Kino) meraih posisi kedua di kelas paling prestise, Large. Sekali lagi, berselisih tipis sekali, lendingnya hanya selang 1-2 detik lebih cepat dari sang juara.

 

JUARA KELAS MEDIUM, BARENG PANITIA

 

KATA KUNCI: parrot paruh bengkok agung sp sedayu city andy hoo kakaktua macaw betet

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp