ITOK WMP. BERSAMA TROPI GERBANG MAJAPAHIT

KHOFIFAH CUP, #10

Setelah Empat Tahun Berproses dan Menunggu, Kacer Fenomena Berhasil Bawa Pulang Tropi Gerbang Majapahit

Empat tahun bukanlah waktu yang singkat bagi seorang kicaumania untuk melihat gacoannya moncer di gelaran bergengsi sekaliber Khofifah Cup. Bagi Itok WMP, butuh perjuangan dan proses untuk membuat Fenomena bisa membawa pulang tropi gerbang majapahit ini.

Dapat membawa pulang tropi di even-even ikonik seperti Piala Raja, Piala Pasundan, Presiden Cup, atau Khofifah Cup I adalah cita-cita semua kicaumania pada umumnya. Pun dengan Itok WMP, pemilik kacer Fenomena yang akhirnya bisa tersenyum puas setelah gaconya berhasil membawa pulang tropi gerbang majapahit dari Khofifah Cup I.

Meski tak mengawal langsung ke Surabaya, Ia mengaku puas dengan hasil yang didapatkan Fenomena di Khofifah Cup I. “Aku hobi kacer itu karena memang sudah seneng dari kecil. Kalaupun ikut lomba kesana kemari pun sekadar srawung (bergaul - red) dengan sesama penghobi. Kalau lombanya dekat-dekat sini, biasanya Aku ikut. Tapi kalau jauh ya anak-anak yang ngawal,” ungkapnya.

 

 

FENOMENA IN ACTION

 

Didapatkan di latberan Plembon empat tahun lalu, Fenomena sendiri merupakan kacer kesayangan Itok WMP. “Fenomena itu aku dapat di Plembon empat tahun lalu dari seorang teman setelah mendapatkan rekomendasi dari salah satu juri. Dia beli dua juta, dikasih ke Aku dua juta tiga ratus. Buru-buru dikasih karena takut mbagong,” kenangnya.

Hal yang membuatnya yakin pada Fenomena ketika itu adalah materi lagu dan rol panjang-panjang yang dimiliki. “Yang membuat yakin pertama kali beli itu materinnya, bawa rolnya panjang-panjang, memang kadang-kadang berjeda. Jadi, Aku tetap yakin suatu saat akan keluar durasi rol tembaknya.”

“Fenomena ini burung yang saya impikan. Nyari burung yang nggak pakai mbagong ketika di gantangan atau ketemu burung lain. Jadi burung itu aman mainnya, tanggung jawab, mentalnya pasti sudah bagus. Kebetulan ketemu Fenomena ini, jadi semacam impian yang jadi nyata,” lanjutnya.

 

Yang di desa, di kota. Yang ikut lomba atau sekadar didengar suaranya di rumah. Dari generasi ke generasi sudah memakai  TOPSONG.

 

Dalam empat tahun memelihara Fenomena, berbagai proses, suka duka bahkan rasa putus asa sempat dilalui. “Bisa menjadikan Fenomena seperti sekarang ini memang cukup lama prosesnya. Dalam empat tahun itu kadang satu bulan ketemu, bulan berikutnya kurang, jadi lama. Baru satu tahun ini moodnya ketemu, saya pantau sendiri, kita cari moodnya yang paling baguslah.”

Sebelum turun di Khofifah Cup, kualitas Fenomena mulai terlihat dengan masuk di posisi runner up di Delata Cup Reborn 2 Sukoharjo dan masuk nominasi di Piala Raja XX. Banyaknya koleksi tropi berbagai EO yang dipajang di rumahnya juga menjadi bukti kalau Fenomena merupakan burung kualitas.

 

MAXIMUM. Pakan Jangkrik yang praktis, membuat jangkrik lebih sehat dengan kandungan nutrisi terstandar. Lihat video tutorialnya.

Untuk memastikan Fenomena mau tampil maksimal, Itok mempersiapkan sendiri Fenomena beberapa hari sebelum lomba. “Saya nyetting dari hari Rabu. Rabu, Kamis, Jumat. Karena main jauh, kalau Sabtu biasanya dikasih 12, kemarin cuma dikasih 8. Biar nggak terlalu kekenyangan. Jadi burung nggak terlalu giras dan gampang adaptasi ketika sampai di lokasi,” ungkapnya.

Tak bisa berangkat langsung karena kesibukan, Ia mempercayakan setting lapangan pada Wakhid, sang mekanik meski tetap memantau dari jauh. Berangkat bersama H. Sigit WMP yang membawa anis merah, Fenomena sempat mbagong ketika dipersiapkan di hotel, hal yang jarang terjadi.

 

WAKHID DAN ITOK WMP

 

Baru pertama kali main di Surabaya dan kondisi cuaca yang panas rupanya membuat Fenomena butuh waktu untuk beradaptasi. “Main di Surabaya kan baru pertama kali, masih kaget cuaca mungkin terlalu panas. Main sesi pertama jalan tapi kurang maksimal, ada naik turunnya. Pas sesi kedua mulai enak tapi dapat gantangan kena sorot matahari jadi gelisah, terus masuk ke mobil, didinginin di AC. Baru sesi tiga mainnya maksimal. Kebetulan kan mainnya dah jam tiga, sudah nggak panas, dapat gantangan tengah,” terang Wakhid.

Tampil nagen satu titik tanpa geser, Fenomena sukses mencuri perhatian juri dengan aksi ngerol tembak dari awal sampai akhir penilaian. Materi gereja, kolibri, sotong, dan jenggot yang dibawakan secara utuh dan variatif membuat Wakhid yakin amunisi yang dikawalnya pasti masuk. Memperoleh bendera koncer B di kelas Kacer Ring, Fenomena akhirnya bisa membawa pulang tropi gerbang majapahit ke Klaten.

 

 

Untuk settingan Fenomena sendiri, Wakhid mengaku disesuaikan dengan kondisi burung. “Pagi dikasih jangkrik empat, sampai lapangan dikasih kroto, nanti disher bentar, dilihat kurang kenceng atau kurang gimana, baru dikasih hongkong tiga atau empat, dilihat lagi kondisinya. Kalau pas menang kemarin itu, kroto yang kecil-kecil sepuluh, hongkongnya lima.”

Keberhasilan Fenomena naik podium di Khofifah Cup diharapkan menjadi motivasi bagi kicaumania lain untuk lebih sabar dan telaten dalam menemukan settingan terbaik untuk gacoannya. Itok juga berharap kacer di Solo Raya itu makin ramai, jadi kalau mau lomba itu nggak harus milih-milih gantangan, dimana-mana bisa ramai. [asept]

 

JUARA KHOFIFAH CUP, LAP A,  KLIK DI SINI

JUARA KHOFIFAH CUP, LAP B,  KLIK DI SINI

BROSUR BALEKAMBANG KUMANDANG,  KLIK DI SINI

 

 

 

Sambut kehadiran TEAM PROMO  TWISTER  di event-event terpilih, termasuk Balekambang Kumandang Surakarta, 24 November dan BnR Award 15 Desember. Dapatkan sampelnya, coba dan buktikan kualitasnya, berikan respon melalui hotline  08112663908.

 

 

KATA KUNCI: khofifah cup fenomena itok wmp

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp