H FAJAR, SIAP TUGAS KE MAGETAN, NGGOWES DARI PWKT LEWAT TAWANGMANGU

H FAJAR PURWOKERTO

Saya Akan Pantau Lebih Lama Burung yang Menonjol, Bentuk Tanggung Jawab Supaya Detil dan Cermat

Berita terkait Ir. Rusli yang antara lain menyebut contoh kasus juri memantau dengan mencermati satu burung terlalu lama ketimbang lainnya dianggap kurang pas, mendapat banyak tanggapan. Ada yang setuju, ada pula yang kurang setuju.

Salah satu yang memberikan tanggapan, adalah H. Fajar, juri senior independent yang tinggal di Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Pria yang sering gowes sepeda ketika bertugas, meski jauh ke luar kota, justru mengaku sering melakukan apa yang dikeluhkan dan dikritisi oleh Ir. Rusli.

“Tentu saya sangat menghormati dan menghargai pendapat Pak Rusli. Beliau adalah salah satu tokoh kicaumania sejak sejak saya masih kecil. Dari pengalamannya yang sangat panjang, beliau paham kualitas burung, juga beragam modus gerak-gerik juri. Itu tak bisa dipungkiri,” ujar H. Fajar memulai obrolan lewat jejaring whatsapp.

 

H FAJAR, MENILAI BURUNG TAK SEMUDAH YANG DILIHAT

 

Pendapat Pak Rusli terkait tindak-tanduk juri bila terlalu lama memantau satu burung, dianggap bisa mempengaruhi dan mengarahkan juri lain, khususnya yang lebih junior, menurut H. Fajar, bisa saja benar, juga bisa keliru.

“Pada akhirnya, itu semua akan kembali pada masing-masing juri, terutama yang dianggap menjadi pengikut. Kalau mau nyontek, itu tidak harus yang lebih junior secara umur atau pengalaman, itu lebih tergantung pada kemampuan, kepercayaan diri, dan mental si juri. Kalau dalam bertugas itu dia bersikap serius, mau junior atau senior, waktunya kan habis buat memantau burung di bloknya masing-masing, dia tidak akan punya waktu untuk sekadar melirik juri lain lagi mengamati burung yang mana.”

 

TORY, pakan premium untuk Anda yang benar-benar menyayangi burungnya, menyediakan varian sesuai kebutuhan. Merapat ke kios burung terdekat atau hubungi agen dengan KLIK DI SINI

 

Pada juri senior pun, ketika kondisi sedang nge-blank, mental lagi drop, kehilangan percaya diri, dia mungkin tiba-tiba bingung mau cari burung yang mana, mungkin waktunya malah lebih banyak buat mencuri pandang burung mana yang lagi diperhatikan oleh juri lainnya, terutama juri yang dianggap bisa jadi panutan. “Pada situasi seperti ini, apa yang disampaikan oleh Pak Rusli mungkin ada benarnya.”

Menarik, adalah pengakuan H. Fajar, bila dia sendiri justru masih konsisten melakukan apa yang dikeluhkan dan dikritik oleh Pak Rusli. “Misalnya begini, dalam satu blok, katakan 6 burung. Di awal pantauan, saya lihat ada dua burung yang secara perfoma dan kualitas lebih menontol dari 4 burung lainnya, maka perhatian saya akan lebih fokus ke dua burung itu. Saya akan melihat lebih seksama, lebih detil, lebih cermat. Tentu ada konsekuensinya, durasi penilaian jadi lebih lama. Dua burung itu punya potensi buat diajukan. Sementara 4 burung yang di awal tampak biasa-biasa saja, ya tetap dipantau tentu waktunya tidak selama yang dua burung tadi.”

Memperlihatkan sedang mengamati burung per burung dengan lebih seksama, juga menjadi bagian dari pelayanan dan penghargaan kepada peserta. "Kalau hanya dilihat atau diamati sekilas-sekilas, peserta merasa diremehkan, kurang dihargai, nanti akan teriak-teriak. Apalagi bila akhirnya tidak masuk, nanti merasa burungnya tidak atau kurang dipantau, hanya dilewati saja."

 

KALAU NEMU YG MENONJOL, DICERMATI LEBIH LAMA BIAR TELITI

 

H. Fajar juga mengaku agak bingung dengan pengertian terlalu lama. “Waktu kita di satu blok, anggap 2 menit, kita harus memantau 6 burung. Berapa waktu yang dianggap pas dan dianggap terlalu lama, tidak ada yang punya waktu buat menghitung satu-persatu durasi juri menilai satu burung kan, hanya pakai perasaan saja. Kalau saya ya sampai merasa cukup bisa memberikan penilaian pada burung yang menonjol, sebagai bahan saat banding-banding di akhir penilaian nanti. Jadi antara yang menonjol di blok satu kita bandingkan dengan burung menonjol di blok lainnya, secara materi kita masih mengingatnya dengan baik, tinggal memperhatikan apakah perfoma masih terjaga, dan ini bisa diperhatikan dari blok lain, tidak harus mendekat ke satu persatu burung yang sedang dibandingkan.”

Bagaimana bila pantauan dengan melihat atau memelototi pada burung tertentu yang lebih lama (dianggap menonjol), diperhatikan oleh juri lain dan kemudian dijadikan rujukan untuk ikut-ikutan? “Nah itu yang saya katakan tadi, bisa iya, bisa pula tidak. Itu akhirnya kembali pada juri masing-masing. Apa dia pede dengan kemampuannya, apa dia pede untuk membuat pilihan yang benar-benar dari pantauan mata dan telinganya sendiri.”

 

TOPSONG dengan bangga memperkenalkan TOPSONG PREMIUM kemasan baru dengan botol, dengan tambahan pengaman. Infomasi, hubungi 0813.2941.0510.

 

H. Fajar sendiri, mengklaim bahwa selama ini sama sekali tidak kepikiran bila teknis menjuri yang dia lakukan, memperhatikan burung yang tampak lebih menonjol dengan secermat-cermatnya, dengan konsekuensi waktu penilaiannya lebih lama ketimbang pada burung yang biasa-biasa saja, bisa jadi peluang untuk dicontek arau dicontoh oleh juri lainnya yang mungkin lagi bingung atau nge-blank.

“Itu lebih karena saya merasa harus bertanggungjawab penuh dengan apa yang nantinya akan saya pilih dan putuskan. Mana yang saya koncer A misalnya, benar-benar harus sesuai dengan hati nurani dan spek burung layak juara yang saya pahami, bila itu memang benar-benar yang terbaik pada saat itu. Mana yang harus dikoncer B, mana yang hanya ajuan (mentok) tapi tidak diajukan koncer, serta mana yang dengan segala hormat, kita anggap secara paduan perfoma dan kualitasnya masih di bawah yang diajukan sehingga harus ditinggal. Untuk bisa cermat, saya merasa harus memperhatikan burung yang layak diajukan lebih lama dari yang lain. Mungkin ada juri lain yang bisa memantau burung dengan cermat, tanpa harus terlihat memelototi burung itu lebih lama.”

 

 

Setelah membaca artikel yang berisi pendapat Pak Rusli, barulah H. Fajar jadi kepikiran. “Ya, sekarang baru kepikiran, bila yang selama ini saya lakukan, memantau satu atau dua burung lebih lama dari yang lain karena saya anggap lebih menonjol, bisa berpeluang jadi bahan ‘contekan’ juri lain yang merasa kurang mampu, atau yang sedang kurang kondisi, mungkin nge-blank itu.”

Meski tidak sepenuhnya sepakat, H. Fajar mengaku perlu berterimakasih kepada Pak Rusli. “Bagi saya pribadi, apa yang disampaikan pak Rusli, bisa jadi bahan masukan dan intropeksi. Saya kira juga buat para juri secara umum. Mungkin saya akan mencoba teknis menjuri tanpa perlu memberikan perhatian lebih (terlalu) lama, tapi tetap cermat dan bisa memenuhi rasa tanggungjawab saya sebagai seorang juri yang berusaha selalu amanah. Sekali lagi, terimakasih buat senior saya Pak Rusli, buat kicaumania yang lain juga jangan sungkan-sungkan untuk mengingatkan atau memberikan masukan kepada kami para juri, terutama saya pribadi.”

H. Fajar cukup padat jadwalnya, termasuk bertugas ke luar kota. Pada 10 Maret, akan bertugas di event KKP Feat Hitam Putih di Pati, lalu di kotanya sendiri pada Gebyar Ramadhan 31 Maret di Pasar Hewan Sokaraja. [maltimbus]

 

 

BROSUR MAHAKARYA PANDORA WONOSOBO:

 

BROSUR PIALA CAMAT SEMARANG BARAT:

 

Burung yang sebelumnya bunyi tiba-tiba MACET dan memBISU? Berikan MONCER-1 selama beberapa hari, lihat perbedaannya dalam 5-7 hari, dijamin langsung JOSS kembali.

 

BROSUR BOROBUDUR CUP MAGELANG:

 

BROSUR TUGU MUDA CUP 2:

 

 

BROSUR ANNIV. KKP FEAT HITAM PUTIH:

 

Hati-hati, makin gencar beredar produk PALSU! Pastikan anda mendapatkan produk SUPER-N asli. Jangan ragu memastikan kepada kios/toko, minta ditunjukkan kardus yang ASLI adalah seperti di bawah ini. Perhatikan juga warna, bentuk, dan ciri BOTOL SUPER-N yang asli.

KATA KUNCI: h fajar purwokerto ir rusli ir rusli bogor mengamati satu burung lebih lama kurang pas mengamati burung secara cermat dan detil bentuk tanggungjawab

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp