Ir RUSLI DI MASTERPIECE ARENA, LIHAT DAN NYARI MURAI BATU

Ir. RUSLI BOGOR SOAL LOMBA PERADABAN BARU

Benarkah Durasi Lebih Dikedepankan Ketimbang Volume dan Materi Lagu?

Di Masterpiece Arena Platinum, Minggu 17 Juli 2022, salah satu tokoh yang hadir adalah Ir. Rusli dari Bogor. Saat ini dirinya mengaku sedang tidak punya burung, baru mau lihat-lihat murai batu dan ingin tahu pakem yang digunakan sejumlah EO.

Pada zamannya, Ir. Rusli lebih dikenal sebagai pemain anis merah. Sejumlah gaco di akhir-akhir masih main dan cukup legendaris, antara lain Bali Dancer, hingga Cassanova.

 

SUASANA PENILAIAN DI MASTERPIECE, HANYA 25 G, PESERTA DEKAT DENGAN BURUNG

 

“Sekarang lagi mau tertarik lagi sama murai batu, tetapi belum punya burung. Kebetulan beberapa teman ngajak ke sini, lihat-lihat yang bagus sekarang seperti apa, juga penasaran dengan pakem yang berlaku,” ujarnya ketika berpapasan dengan burungnews.com sebelum lomba di miulai.

Sore hari menjelang lomba selesai, burungnews kembali menemui Ir. Rusili untuk mengkonfirmasi “temuan” soal pakem yang berlaku dari sudut pandangnya. “Saya amati dari awal sampai sesi yang baru selesai tadi, burung-burung yang menang cenderung yang durasinya paling nerus. Dengan kata lain, durasi diutamakan, baru pada materi lagu dan volume. Itu menurut penglihatan saya ya,” ujarnya.

 

Burung yang sebelumnya bunyi tiba-tiba MACET dan memBISU? Berikan MONCER-1 selama beberapa hari, lihat perbedaannya dalam 5-7 hari, dijamin langsung JOSS kembali.

 

Tentu saja, lanjut Rusli, hal ini menjadi hak dan pilihan si penyelenggara lomba, dan kemudian peserta, apakah lebih menyukai yang seperti ini. “Para pemain yang sudah sering hadir dan paham soal ini, saya kira sudah menyiapkan jago yang memang punya karakter seperti itu, punya durasi yang full dulu, barulah didukung oleh materi lagu dan volume. Jadi selama rolling, 4 juri bisa nemu semua durasinya.”

Ir. Rusli sendiri mengaku punya pendapat berbeda soal pakem (dasar). “Kalau menurut saya pribadi, pakem paling dasar itu mestinya ya mendahulukan atau mengutamakan volume dan materi lagu dulu, baru didukung durasi. Burung yang materi lagunya bagus, volume dahsyat, umumnya sesekali memang perlu jeda untuk istirahat sejenak, baru narik lagi.”

 

ANDRI BOLANG NGAWI, MB SAKRAL KEBAGIAN KONCER 1-A DI KELAS UTAMA, LANJUT SFF #2

 

Kenapa di lomba-lomba sekarang, termasuk di Masterpiece dan mungkin juga event-event lain baik yang mulai menerapkan “peradaban baru” maupun masih bertahan dengan cara lama, cenderung mendahulukan durasi ketimbang lagu dan volume, Ir. Rusil menduga karena juri takut diteriakin atau diprotes peserta.

“Hal paling mudah dilihat itu kan memang durasi. Tanpa perlu mendengar dengan seksama bisa ketahuan dari jauh. Juri dan kemudian EO mungkin takut kalau peserta protes, itu burung kerja dari awal sampai akhir nyaris tanpa jeda kok bisa ditinggal. Semacam itu misalnya.”

 

TWISTER GOLD, salah satu pakan burung yang disebut paling cocok untuk murai batu, hwamey, anis merah, kacer oleh para kicaumania yang sudah mencoba dan kemudian terus memakainya, termasuk untuk jenis burung pemakan serangga lainnya. Tersedia juga TWISTER SEAWEED, ANTI STRES, MASTER, serta TWISTER TROTOLAN untuk meloloh pemakan serangga dan TWISTER BUBUR untuk meloloh pemakan bijian.

 

Pakem yang mendahulukan durasi, berpotensi memakan “korban”. “Ya korbannya burung yang kebetulan punya materi lagu dan volume, biasanya cenderung ada jeda secara periodik meski sebentar. Katakan, juri hanya diberi kuota mentok pada 5 burung saja, nyaris semuanya terisi burung durasi. Yang materi bagus dan volume keras, akhirnya harus terbuang karena yang durasinya nerus saja sudah memenuhi kuota 5, bahkan mungkin sebenarnya bisa lebih.”

Ir. Rusli menegaskan bila apa yang dikatakannya itu, hanya pendapat pribadi dan tidak bermaksud untuk menyudutkan EO tertentu. “Buat bahan diskusi saja. Kalau saya masih cocok dengan pakem lama, lagu dan volume dulu, baru durasi.”

 

KIKI ARES, MB GABAH KERING  CURI JUARA 1

 

Dalam hal yang lebih teknis, Ir. Rusli mengaku mengapresiasi sejumlah penyelenggara lomba yang mengembangkan inovasi, apakah itu yang dilakukan oleh Masterpiece atau lainnya. Saat ini, semakin banyak gantangan yang membatasi peserta untuk mempermudah pemantauan baik oleh team juri maupun oleh para peserta, pergerakan rolling juri blok dorong atau semacamnya, mendekatkan jarak peserta dengan burung, meniadakan korlap atau tetap mempertahankan keberadaan korlap tetapi mengubah peran/wewenang.

“Selama pakem dasarnya sama, kualitas dan pemahaman juri mendekati sama, saya kira akhirnya akan mengerucut pada hasil yang mendekati sama juga. Menurut saya, selama pakemnya jelas, dan juri benar-benar paham seperti apa materi lagu yang paling paling baik di antara lainnya, volumenya layak, jeda masih bisa ditoleransi, tidak perlu takut diteriaki atau diprotes peserta.”

 

 

Apalah betul apa yang diamati Ir. Rusli memang diterapkan di Masterpiece Arena? Burungnews pun mengkonfirmasikan hal ini kepada Wahyu Eko Utomo, salah satu punggawa Masterpiece Arena.

“Tidak seperti itu yang terjadi dan kita berlakukan. Fakta dan real-nya seperti apa burung yang akhirnya juara kan bisa terlihat semua. Peserta hanya 25, posisi peserta juga dekat dengan burung, bahkan boleh bergerak ke sisi yang lebih dekat dengan burung yang ingin diamati secara lebih cermat. Tentu kita tetap menghormati pendapat dan persepsi beliau.”

 

 

Menurut Wahyu, di Masterpiece juara yang dicari tetap mengedepankan pada kualitas burung dengan kinerja setidaknya 80 persen. “Di tempat kami tidak menerapkan bendera diskualifikasi atau mencari-cari pelanggaran / kelemahan burung. Selama kinerja burung minimal 80 persen dan bisa menunjukkan kualitas yang lebih baik ketimbang lawan, masih punya peluang untuk juara.”

Materi lagu tetap yang utama, tetapi durasi juga harus setidaknya masuk rata-rata, katakan 80 persen. “Kalau misal materi lagu dan volume disebut bagus, tapi durasi hanya 60 persen, ya berat bersaing. Di sini kan waktu penialian real 10 menit, misal 4 menit awal burung bagus baik lagu, volume, durasi. Setelah itu jeda cukup lama, baru tampil lagi menit-menit akhir. Ini kan tidak sampai 80 persen pastinya.”

 

 

Akhirnya, Wahyu mencoba menggarisbawahi, bila pakem dasar di Masterpiece tetap mengutamakan irama lagu. “Irama lagu seperti apa, kan ada roll speed, ada roll tembak. Tembakan-tembakan yang menonjol, itu kan juga masuk variasi lagu. Irama lagu sudah bagus, tetap harus didukung oleh durasi yang tadi saya katakan setidaknya 80 persen. Irama lagu bagus, durasi masuk, kalau volume tidak nyampai, ya buat apa. Tentu dalam kondisi normal, para juri memang sudah menemukan burung-burung yang lolos kriteria pakem dasar di atas, sesuai kuota yang ditentukan.”

Bagaimana dengan di tempat lainnya?

Di Solo Fair Factor #2 yang akan digelar pada 14 Agustus besuk, irama lagu dipadukan atau digabung dengan durasi. “Jadi sekali narik, mengeluarkan materi atau irama lagu yang variatif dan merdu, dari satu lagu pindah atau nyambung ke lagu berikutnya. Itu berarti kan berarti durasi lagu cukup panjang. Nah yang model beginian bisa berlangsung dari awal sampai akhir, durasi ketemu, yang kita cari di SFF,” ujar Rimba Star, yang membidangi penjurian.

 

 

Volume tetap harus masuk, bukan “bisik-bisik tetangga”. “Dari dekat terdengar tapi lirih, bergerak beberapa langkah sudah sulit didegar lagi. Kalau seperti ini jelas kutang masuk. Jadi antara kategori materi lagu dan durasi, dengan volume, harus saling menopang,” imbuh Rimba.

Teknis pengajuan juga diklaim paling terbuka daripada event lain yang sama-sama disebut terbuka. “Ajuan juri bukan lagi nilai mentok, tapi langsung mengerucut pada ajuan koncer A-B-C, ditulis langsung di papan masing-masing, bersamaan tanpa saling melihat, kemudian bersama-sama diperlihatkan kepada semua peserta, terus dipindah ke papan rekap, dihitung secara terbuka.”

Ajuan yang masuk nominasi adalah 2 teratas, ajuan tunggal atau sendirian tidak bisa masuk nominasi tetapi bisa masuk kejuaraan selama kuota masih tersedia. Koncer yang ditusuk harus sesuai dengan ajuan yang ditulis, selama masuk nominasi. Bila ada sebagian atau seluruh ajuan tidak masuk nominasi, mengikuti aturan sebagaimana bisa dilihat pada bagan di bawah ini. [maltimbus]

 

BAGAN TEKNIS PENILAIAN DI SFF #2:

 

VIDIO TUTORIAL PENJURIAN DI SFF #2:

 

BROSUR DAN JADWAL SFF#2:

 

 

BROSUR DAN JADWAL MASTERPIECE ARENA GOES TO SOLO:

 

 

POSTES STOPPRES MASTERPIECE ARENA GOES TO LAMPUNG:

 

 

KATA KUNCI: ir rusli wahyu eko utomo rimba star masterpiece arena solo fair factor #2

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp