PESERTA GADUH, PANITIA SIAP KEMBALIKAN UANG TIKET

2nd ANNIVERSARY MUSTIKA PG, #3 : Juri Baru Rolling Dua Kali, Penilaian di Kelas Murai Batu Harus Diakhiri. Apa Yang Terjadi?

Teriakan dan Kegaduhan Peserta Mengganggu Kinerja Juri

Kegaduhan yang terjadi di sesi Murai Batu Ronggolawe di 2nd Anniversary Mustika PG sempat membuat panitia berulang kali menghentikan penilaian. Puncaknya, penilaian terpaksa dihentikan meski juri baru dua kali rolling. Apa yang terjadi?

2nd Anniversary Mustika PG yang digelar pada Minggu, 23 Agustus 2020 menyisakan cerita yang kurang mengenakkan bagi para peserta yang hadir ke Belakang Pasar Pengging, Banyudono, Boyolali, terutama murai batu mania. Kasak kusuk tentang kegaduhan lomba dan singkatnya waktu penilaian menjadi bola salju yang menggelindir liar dari mulut ke mulut.

 

 

SUASANA KELAS MURAI BATU. GADUH DAN TIDAK TERKONTROL

 

Mr. M, salah seorang pemain kenari asal Klaten mengungkapkan kalau kondisi lomba di 2nd Anniversary Mustika PG memang kurang kondusif. Selain gaduh dan banjir protes, penilaian dianggap terlalu singkat, sehingga beberapa burung berkualitas lepas dari pantauan juri. “Mosok penilaian murai e nggak sampai lima menit, bola bali distop meneh, moro-moro metu juarane. Iku manuk le biasane juara, iso ilang kok,” paparnya.

Senada dengan M, Mr. X salah satu pemain ocehan asal Boyolali mengungkapkan kalau kondisi lapangan memang cukup gaduh karena peserta membludak dan datang dari berbagai kota. “Sebenare ndek wingi teriakane nggak termasuk teriakan yang banter banget ya ora, wong dho mbengoki, biasalah, masih bisa dihandlelah. Nak jujur-juran, nak secara positif ya, kuwi ndeloke mergo bengokan banter, manuk-manuk sing mung kerjo nang awalan, nak cucak hijau ya le ngentrok-ngentrok nak murai ya le ngeplay-ngeplay, ya iku le menang. Karena penilaian kan beberapa menit thok, distop beberapa kali. Sing nggenah protes iku ya ada beberapa, di kelas murai ada, di kelas kacer juga ada. Ngono kae lah,”.

 

PESERTA MEMBLUDAK DI 2ND ANNIVERSARY MUSTIKA PG

 

Dihubungi burungnews.com, Andit Pepi selaku ketua DPC Boyolali sekaligus penanggung jawab even tak menampik kejadian tersebut. “Lomba di sesi komunitas aman dan lancar nggak ada kendala sama sekali. Masuk sesi reguler itulah yang jadi masalah. Dari sesi pertama, sesi murai batu sudah penuh teriak, saya hentikan menit ketiga, saya redam. Monggolah, ayolah dibantu teman-teman juri yang di dalam, mereka nggak dengar sama sekali suara kicau burung, itu nggak dengar meski di tengah. Terus baru jalan berapa menit, wis gaduh lagi. Ya wes terpaksa, saya ngomong kalau gaduh lagi saya hentikan penilaian, dan apa yang didapat juri sama korlap saat itu yang kita keluarkan. Toh mereka sudah tahu apa konsekuensinya,” paparnya.

 

 

“Untuk peringatan ketika sesi murai kemarin itu sampai peringatan pertama saya hentikan, saya redam, juri saya suruh minggir dulu, mereka tenang kembali, juri masuk, sudah satu menitan hampir dua menit, mereka gaduh terus hampir satu menit, saya hentikan lagi, juri minggir lagi, saya redam lagi, monggolah silahkan, saya capeklah, kalau ngelingke terus bagaimana rasanya. Saya suruh turunkan burungnya, saya kembalikan uang tiketnya, kurang bagaimana, itu penghentian yang kedua. Saya tawarkan ke peserta ini ini uang pendaftaran, boleh diminta, boleh diturunkan burungnya. Kalau saya pakai sistem diskualifikasi, nanti dikatain arogan sekali, toh kita sama-sama teman juga. Kalau sekira nggak suka, ibarate diturunkan burungnya, diambil uang tiketnya, kita sama-sama tidak beban. Setelah peringatan kedua, mereka masih pengen gantang, katanya mereka mau mengikuti aturan. Teriak-teriak lagi, saya tanya ke korlap satu dua sudah nemu, saya hentikan penilaian,”.

 

PESERTA GADUH DAN TERIAK SEHINGGA MENGGANGGU KINERJA JURI (ILUSTRASI)

 

Meskipun sempat kaget karena lomba mendadak distop sebelum waktu penilaian berakhir, Adi selaku IP mengaku kalau saat itu IP dan Korlap sudah nemu burung-burung mana saja yang layak masuk nominasi. “Kondisi saat itu memang benar-benar gaduh, suara kicau burung nggak kedengeran, terganggu teriakan peserta. Kalau dibilang keputusan prematur ya memang prematur, tetapi mau bagaimana lagi. Apa yang ditemukan juri dan korlap saat itu yang kita rekap dan dijadikan patokan dalam mencari juara. Situasinya memang nggak biasa, nggak kondusif sama sekali,”

Selain teriakan peserta yang tidak bisa dikontrol, Ia menengarai kalau lokasi gantangan Mustika PG yang jauh dari pemukiman dan minimnya keamanan membuat situasi menjadi sulit. “Kebetulan lokasi baru ini kan memang jauh dari pemukiman, jadi teriakan peserta benar-benar nggak bisa dikontrol, gaduh sekali. Beda cerita kalau lombanya di gantangan sebelumnya, peserta mungkin bisa lebih kondusif karena dekat dengan pemukiman warga,”.

 

ADI JUWANGI. IP 2ND ANNIVERSARY MUSTIKA PG

 

Udin dan Hari yang bertugas sebagai korlap pun mengakui apabila penilaian di kelas murai batu memang kurang maksimal. “Untuk rollingan belum maksimal karena sudah peringatan sampai tiga kali, tapi nggak digubris sama peserta. Semua kan sudah diputuskan sama Om Pepi untuk dihentikan, kita bertiga hanya merangkum yang dari juri-juri yang sudah ditemukan dan dimaksimalkan yang mana aja, kalau waktu sih belum ada setengah main. Mana yang ajuan juri yang terbanyak, kita putuskan seperti itu,”.

Hari mengungkapkan kalau penilaian paling baru 50 % kerja, baru sampai rolling ketiga langsung selesai. Menurutnya waktu penilaian sebenarnya lebih dari empat menit karena pemberhentian sampai dua kali. Kalau penilaian kurang lebih 50 - 60%. Ya bisa dibilang waktu sudah cukup kalau tidak dihentikan. Karena situasi sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan penilaian, ya sudah apa adanya saja,”.

 

HARI. KORLAP 2ND ANNIVERSARY MUSTIKA PG

 

Mengingat juri belum sampai rolling akhir dan rolling bebas, Ia menyadari kalau kemungkinan juri untuk memantau semua burung masih fifty-fifty. “Kalau melihat rollingan awal kemungkinan belum. Tapi kalau lihat burung sekeliling-sekeliling ya sudah karena total juri yang bekerja itu ada tujuh. Kalau untuk ketiga korlap sudah nemu semua, karena korlap kan jalan, jalannya tidak beraturan, dan keliling,” jelasnya. Tak mengherankan kalau tak ada bendera mutlak untuk juara satu, dua, tiga karena sesuai dengan apa yang ditemukan juri. “Kalau untuk menentukan juara itu rangkuman pengajuan juri, bahkan kemarin itu nggak ada yang mutlak untuk juara satu, dua, maupun tiga, Bendera A itu pecah ke beberapa, nggak mutlak,”.

Baik Pepi maupun Adi juga memastikan apabila pemenang merupakan ajuan juri yang berdasarkan fakta lapangan saat itu. “Kalau pemenang dan nominasi kita pastikan itu sesuai dengan apa yang juri temukan, kalau di luar ada slentingan pemenang sudah dikondisikan silahkan tunjuk siapa jurinya. Itu burung yang masuk benar-benar layak dan sesuai fakta lapangan,” tegas Adi.

 

Yang di desa, di kota. Yang ikut lomba atau sekadar didengar suaranya di rumah. Dari generasi ke generasi sudah memakai TOPSONG.

 

Kalau pun ada yang tidak puas dan ingin ditanyakan, Pepi menghimbau agar peserta langsung ke padok juri bukan hanya koar-koar di luar. “Kalau protes pemain sama juri apa korlap, ya biasalah, ibarate ndak terima kalau burung mereka nggak masuk atau nggak juara, itu wajar. Toh kenyataannya yang jadi juara kan itu burungnya bagus. Kalau ada yang mau ditanyakan, kita persilakan langsung ke dalam saat itu, ke padok juri, bukan hanya koar-koar di luar gantangan,”.

Sebagai penanggung jawab gelaran, Pepi memohon maaf sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang terjadi di 2nd Anniversary Mustika PG. “Sebagai penanggung jawab, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Situasi lomba kemarin memang agak rumit, peserta memang gaduh dan sulit dikontrol, kesiapan panitia juga belum maksimal. Ini menjadi PR buat kami untuk berbenah diri demi kenyamanan peserta,”.

 

PANITIA DAN JURI 2ND ANNIVERSARY MUSTIKA PG

 

Protes dan kegaduhan yang terjadi di 2nd Annivesary Mustika PG bisa jadi merupakan sebuah gambaran lomba burung berkicau di masa pandemi ini. Bukannya menjaga diri dengan tetap memakai masker dan menahan diri untuk tidak berteriak agar burungnya terpantau, peserta justru lupa diri dan tak terkontrol dalam meluapkan emosi. Perlu kesadaran dan pengertian dari peserta agar suasana tetap kondusif.

Di sisi lain perlu antisipasi dan kesiapsiagaan dari panitia ketika menggelar even yang melibatkan peserta dari berbagai kota baik dari segi kenyamanan, keamanan, maupun ketenangan peserta. Sebagai EO yang yang baru seumur jagung, Mustika PG tentu harus berbenah diri untuk mewujudkan sebuah lomba yang tertib, kondusif, dan tanpa teriak baik dari sisi panitia, juri, keamanan, dan pihak-pihak lain yang terlibat.

Ini lomba burung berkicau, Bung! Bukan lomba yel yel… [asept]

 

 

Hari ini belum pakai TWISTER? Segera merapat di kios-kios / agen terdekat, bila belum ada mintalah untuk menyediakan, biar Anda dan para kicau mania lainnya lebih mudah mendapatkannya. Coba dan buktikan kualitasnya, dan berikan respon melalui hotline 08112663908.

 

KATA KUNCI: 2nd anniversary mustika pg

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp