WAHYU 8055 (KANAN) & BAMBANG LODOYO

WAHYU 8055 SEMARANG

Ini Burung Saya, Diaku Orang Lain dan Mau Dijual

Kemarin (19/6), Wahyu sang bos dari 8055 SF membagikan kisah melalui halaman fb-nya. Ceritanya, cendet Bacem yang belum lama juara di Road to Presiden Cup Magelang, tiba-tiba diaku milik orang lain. Padahal, cendet Bacem adalah burung kesayangannya.

Yang lebih menggelikan, atau mungkin tepatnya menjengkelkan sekaligus menggelikan, orang itu tidak hanya mengaku-aku yang punya Bacem, tapi juga menawarkan untuk dijual ke orang lain dan menyebut Wahyu itu pinjam burung darinya!
 
Wahyu tahu hal itu karena orang yang ditawari mencoba konfirmasi ke beliau. Yang ditawari cendet, kebetulan juga seorang master cendet di Semarang, menghubungi pak Wahyu, kira-kira begini percakapannya:

“Halo pak Wahyu, Bacem bagaimana?”
“Bacem baik-baik saja. Emang kenapa ya.”
“Loh, ini baru saja si A menawarkan cendet Bacem kepada saya, katanya mau dijual. Dia bilang itu burung dia, terus kemarin dipinjam sama Pak Wahyu buat dilombakan ke Magelang, sama pak Wahyu dikasih nama Bacem. Makanya itu saya tanya ke Pak Wahyu bagaimana ceritanya, dan bila betul juga bagaimana kondisinya burung.”

Lhadalah!!! Kagetlah pak Wahyu 8055. Mulanya ia mengaku jengkel, dan pengin marah. Tapi pria yang selalu tampil kalem dan gampang diajak bercanda ini akhirnya berpikir marah-marah hanya habiskan energi.

Ia pun menganggapnya sebagai bagian dari cerita lucu di hobi burung berkicau. Berbagi cerita di FB tak lain agar rekan-rekannya juga bisa memahami banyak cerita di hobi burung yang perlu dimengerti, supaya tidak gampang tergoda oleh berbagai tawaran yang menggiurkan, yang seringkali hanya tipu muslihat saja.

“Saya sih mencoba mengambil sisi positipnya saja. Untung saja yang ditawari kenal saya dan mengkonfirmasi dulu. Coba kalau tidak, misalnya langsung asal ambil burung dari si penjual yang diaku sebagai Bacem. Setelah di kemudian hari tidak sesuai dengan yang diceritakan oleh si penjual, baru komplain termasuk ke saya. Sekali lagi, masih untung cerita yang lebih buruk tidak terjadi.”

Cerita-cerita semacam itu sesungguhnya kerap terjadi, meskipun tidak persis sama. Misalnya, Pak H. Sigit Klaten kerap menerima telepon atau pesan via media sosial yang menanyakan, apa betul burung yang ditawarkan kepada itu trah atau punya darah Kusumo.

Ada yang sudah tanya saat baru ditawari, ada pula yang baru bertanya setelah burung dibelinya. Ia membeli karena tergiur penawaran si penjual yang menyebut sebagai keturunan, atau paling tidak punya darah Kusumo. Padahal, Kusumo belum punya keturunan.

 

 

AGENDA LOMBA BURUNG, LIHAT DI SINI

 

 

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp