KANG EBOD BERSAMA MASYARAKAT. LEPASLIARKAN BURUNG

PERESMIAN KAMPUNG RAMAH BURUNG PERTAMA DI KEBUMEN

Kang Ebod Lepasliarkan 55 ekor Kacer dan Perkutut

Desa Sidogede Kecamatan Prembun, menjadi desa RAMAH BURUNG pertama di Kabupaten Kebumen, setelah menerbitkan Perdes No. 1 Tahun 2019 tentang Lingkungan Hidup. Peresmian ditandai dengan pelepasliaran 50 ekor kacer dan 5 ekor perkutut.

Pelepasliaran itu dilakukan oleh H. Makhfudz Solaiman atau lebih dikenal sebagai Kang Ebod. Beliau adalah tokoh masyarakat putra asli desa ini, sekarang sukses dengan industri pendukung hobi burung di Bandung. Brand Ebod miliknya sangat terkenal di kalangan penghobi burung.

Bentuk kecintaannya yang luar biasa pada daerah asal, antara lain juga diwujudkan dengan memberikan nama-nama daerah pada beberapa produknya, seperti Kebumen dan Prembun. “Kalau kita menyebut pecel lele yang di kepala kita itu Lamongan, Warung makan ya masakan Padang, terus kalau Bakso langsung mengarah ke Wonogiri, boleh kan kalau saya juga pengin orang burung kalau mau nyari pakan burung atau produk pendukung lainnya yang disebut adalah Kebumen atau Prembun,” ujarnya suatu ketika.

 

 

H. EBOD BERSAMA LURAH DESA SIDOGEDE (BPK. SUNARTO) & APARAT KEAMANAN

 

Kang Ebod juga sangat peduli dengan kelestarian dan konservasi lingkungan, pertengahan tahun 2018 yang lalu menginisiasi berdirinya Asosiasi Penangkar Burung Nusantara (APBN). Hal itu sebagai respon atas terbitnya Permen KLHK yang waktu itu menimbulkan gonjang-ganjing karena dianggap sangat merugikan masyarakat.

Pelepasliaran berlangsung di sekitar pekarangan yang menjadi kediaaman keluarga Kang Ebod, yaitu di RT 2/ RW 2 Desa Sidogede. Prosedur awal sebelum pelepasliaran juga dilakukan, seperti proses karantina untuk memastikan burung-burung tersebut benar–benar dalam keadaan sehat, dan nantinya bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya di alam liar.

 

H. EBOD BERSAMA KAPOLSEK PREMBUN & DANRAMIL 10 PREMBUN LEPASLIARKAN BURUNG

 

Kegiatan berlangsung sangat meriah, karena melibatkan hampir semua penduduk setempat, juga dihadiri pejabat dari lingkungan Muspicam, mulai dari Sekcam Prembun Ibu Siti Mudrikah, Kapolsek Prembun Iptu Tejo Suwono, serta Danramil 10 Prembun Kapten CBA Suprapto.

Dalam sambutannya, Kang Ebod antara lain menjelaskan kenangan yang membuatnya ingin mengembalikan situasi dan kondisi tersebut. “Semasa kecil saya sering mendengar suara merdu burung berkicau di sini, tempat tinggal saya, namun saat ini jarang sekali terdengar bahkan nyaris tidak ada. Rasanya kurang lengkap, sedih jadinya.“

Kang Ebod juga meminta masyarakat semuanya ikut bersama-sama menjaga burung dan pepohonan yang menjadi rumahnya, agar bisa berkembang dan tetap lestari. Salah satu alasan kenapa yang dipilih adalah jenis kacer, karena pakan alaminya adalah serangga termasuk ulat yang dalam jumlah besar menjadi hama.

Mengakses burungnews.com lebih mudah dan cepat, unduh APPS di PLAY STORE (android), atau dengan membuka GOOGLE PLAY (Iphone, Ipad, Apple)

 

Bila burung semacam kacer bisa berkembang dengan baik, diharapkan bisa menjadi penyeimbang dan pengendali serangga yang berpotensi menjadi hama yang menggau para petani, mata pencaharian utama penduduk di desa Sidogede. Perkutut, suaranya bisa dinikmati bersama-sama. Pemakan bijian ini tetap bisa hidup di alam bebas, berdampingan dengan penduduk.

Desa Sidogede beruntung memiliki Kepada Desa seperti Sunarto yang masih muda dan progesif, hingga cepat tanggap dan peka dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Ia pun memastikan burung-burung yang baru dilepas itu akan terjaga dengan baik, hingga kelak bisa berkembang.

 

PERATURAN DESA TENTANG LINGKURANGAN HIDUP

 

“Perdes ini insya Allah bukan hanya sekadar formalitas saja, bukan hanya memasang spanduk di seputar Desa saja. Kami juga sudah melakukan sosialisasi dengan baik, juga membentuk Satgas dan agar semakin kuat juga juga akan terus melakukan koordinasi dengan piak Polsek dan Koramil Prembun, untuk bersama-sama melakukan pemantauan di seluruh wilayahnya.”

Sunarto juga menyadari, program konservasi ini akan lebih efektif bila melibatkan desa-desa lain disekitarnya. “Di kita aman, tapi kalau burung terbang ke desa sebelah kemudian ditangkap, kan ya tidak lucu. Burung di alam bebas terbang ke mana saja, kita tidak bisa larang misalnya ingin berkelana sampai melewati batas desa bahkan area yang lebih luas.”

 

 

Dalam waktu dekat, Sunarto akan segera menggandeng beberapa lurah Desa sekitar, seperti Desa Mulyo Sri, Desa Tersobo, Desa Bangung, Desa Kedungbulus, Desa Sembirkadipaten, bahkan juga desa-desa di kecamatan Kutowinangun yang letaknya bersebelahan.

Langkah ini mendapat dukungan penuh dari Sekcam Prembun Ibu Siti Mudrikah. “Ini hal yang sangat positif, apa yang sudah dilakukan oleh Pak Sunarto dan beberapat tokoh masyarakat di Sidegede, tentu kami atas nama masyarakat di Prembun bahkan Kebumen juga sangat berterimakasih atas perhatian yang sangat luar biasa dari Pak Haji Makhfud yang tidak pernah lupa dengan kampung halamannya. Kita berharap ini bisa menginspriasi yang lainnya.”

 

MASYARAKAT SIDOGEDE MENDUKUNG PERDES LINGKUNGAN HIDUP

 

Penerbitan Perdes tentang Lingkungan Hidup juga dianggapnya sebagai satu langkah yang sangat maju. “Apa yang sudah kita lihat dengan terbitnya Perdes ini jelas selangkah di depan. Yang lain mungkin bahkan belum kepikiran. Kita berharap desa-desa yang lain segera mengikutinya, karena kalau semakin banyak yang terlibat aktif, tentunya hasilnya akan jauh lebih bagus. Lingkungan Hidup di seluruh Kebumen akan lebih terjaga, dan harapannya bisa menjadi contoh juga bagi daerah-daerah lainnya.”

Kapolsek Prembun Iptu Tejo Suwono dan Danramil 10 Prembun Kapten CBA Suprapto mengaku siap mendukung demi suksesnya pelaksanaan Perdes Lingkungan Hidup. “Ini kan kegiatan bagus dan inisiatifnya juga datang dari masyarakat sendiri, kami dari Kepolisian dan TNI tinggal nyengkuyung saja, kami punya layanan 24 jam untuk melayani semua yang diperlukan masyarakat kaitannya yang terkait dengan tugas Kepolosian dan TNI,” jelas Iptu Tejo Suwono yang didampingi oleh Kapten CBA Suprapto.

 

 KEPALA DESA SIDOGEDE MERESMIKAN PERDES NO. 1 TAHUN 2019

 

Dari penelusuran burungnews.com, 25 kacer jantan adalah jenis Koci dari Kalimantan, sementara kacer betina yang berjumlah 25 diperoleh secara terpisah. Betina beragam ada yang jenis dada hitam atau lakal Jawa, ada pula yang koci.

Di daerah lain seperti Kulonprogo, juga sudah ada desa Ramah Burung Jatimulyo. Dasar hukumnya juga melalui Perdes. Para pemburu yang mendekat ke sini akan diusir, kalau nekad masuk akan ditangkap dan ada sanksi yang diatur dalam Perdes, mulai alat penangkap yang dirusak, hingga denda. Desa Ramah Burung Jatimulyo sudah cukup maju, bahkan sudah cukup mendunia hingga sering dijadikan destinasi untuk Bird Watching.

BACA JUGA: Mereka Bertaruh Nyawa Demi Menjaga Burung di Alam Bebas

Kegiatan pelepasliaran burung sebelumnya juga dilakukan oleh Pelestari Burung Indonesia (PBI) di hutan lereng merapi yang berbatasan dengan rumah penduduk di kawasan kecamatan Turi. Jenis burung yang dilepas adalah anis merah dan kacer, dalam periode yang berbeda. Masyarakat sekitar sebelumnya juga sudah diedukasi agar bersama-sama iku menjaga dan merawat. [maltimbus, disarikan dari laporang Panji Wiguna, mediaronggolawe.id]

 

 

KATA KUNCI: kang ebod desa ramah burung mereka berani bertaruh nyawa demi menjaga burung di alam bebas desa sidogede kebumen

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp