BURUNG MALEO, SIMBOL PBI PEDULI PELESTARIAN

REFLEKSI 50 TAHUN PBI, #1

Kenapa Memilih Maleo Sebagai Simbol, Padahal Tidak Pernah Dilombakan?

Pelestari Burung Indonesia (PBI) genap berusia 50 tahun, pada 20 September 2023. Secara resmi, PBI berdiri pada 20 September 1973. Banyak penghobi burung era sekarang bertanya-tanya, kenapa menggunakan lambang burung Maleo, alih-alih burung “legendaris” seperti Cucak Rawa, Murai Batu, atau Jalak Bali.

Meski misi utama PBI adalah pelestarian, sebagaimana termaktup atau melekat pada namanya, namun secara umum publik lebih mengenal PBI sebagai penyelenggara lomba burung berkicau. Generasi penghobi burung yang mengenal PBI karena ikut lomba burung pun penasaran, mengapa memilih Maleo yang tidak pernah dilombakan.

Dalam pemahaman sehari-hari, baik dari rupa maupun ukuran yang cukup besar, Meleo juga dianggap lebih dekat ke keluarga ayam, ketimbang burung. Ada spesies lain, bila mengacu pada burung yang dilindungi dan terancam kepunahan, Jalak atau Curik Bali misalnya.

 

KETUM H. BAGYA RAKHMADI DAN KETUA PENGDA JATENG-DIY H. AGUS GAMPING

 

H. Bagya Rakhmadi, SH., MM., Ketua Umum PBI, menjelaskan alasannya. “Kenapa burung Maleo, karena itu burung endemik asli dan hanya satu-satunya di dunia ada di Indonesia, tepatnya Sulawesi Utara. Status burung dilindungi, karena populasinya semakin sedikit atau menjelang punah. Para pendiri PBI memilih itu, sebagai simbol bila PBI juga peduli dan mendukung pelestarian burung Maleo, tapi sesungguhnya itu buat mewakili semua burung asli Indonesia lainnya.”

H. Bagya menjelaskan lebih detil dan tegas, memilih burung Maleo, bukan berarti abai terhadap jenis burung yang lain, apakah burung itu banyak dimanfaatkan, jadi hewan peliharaan, atau tidak, ya PBI tetap peduli. “Memilih Maleo itu hanya sebagai simbol, karena kondisi pada saat itu, juga sampai sekarang, cukup memprihatinkan. Habitanya semakin menciut, juga tidak aman dan nyaman untuk hidup dan berkembang, populasinya semakin menurun.”

 

Hati-hati, makin gencar beredar produk PALSU! Pastikan anda mendapatkan produk SUPER-N asli. Jangan ragu memastikan kepada kios/toko, minta ditunjukkan kardus yang ASLI adalah seperti di bawah ini. Perhatikan juga warna, bentuk, dan ciri BOTOL SUPER-N yang asli.

 

Memilih burung Maleo yang kini jadi burung langka dan dilindungi sebagai simbol atau lambang, juga menjadi petunjuk bila kepedulian yang terus diwujudkan dalam tindakan oleh PBI untuk melestarikan dan menjaga alam lingkungan, khususnya terkait habitat dan pelestarian burung, benar-benar nyata, bukan sekadar jargon atau slogan.

“Pelepasliaran burung ketika ada kegiatan lomba dan pemeran burung, mungkin bisa dimaknai lebih sebagai simbolisasi dan seremonial. Di luar itu, PBI benar-benar juga melepasliarkan burung ke habitatnya (restocking), kita juga mengedukasi dan mengajak masyarakat sekitar agar bisa menjadi pelaku utama dalam menjaga alam beserta burung-burung yang ada di dalamnya supaya merasa aman, tidak terganggu, tidak terusik oleh tangan-tangan kotor manusia.”

 

BURUNG MALEO DI HABITAT (sumber: IG Burung Indonesia)

 

PBI bermitra dengan sejumlah Desa, Kampung, dan komunitas ramah burung. “Ada yang kami memang dari awal ikut menginisiasi berdirinya kampung atau desa ramah lingkungan, yang di dalamnya juga sudah ada aturan turunan, misalnya Perdes yang melarang perburuan burung. Ini terdapat di Klaten, Madiun, Blitar. Ada yang sudah eksis, terus kita bermitra untuk saling mendukung dan menguatkan seperti di Kulonprogo. Itu sebagian dari langkah kecil PBI, tapi nyata dan kita berharap ke depan terus meningkat baik secara kuantitas, cakupan, maupun kualitasnya.”

PBI juga terus mendukung supaya burung-burung yang dilombakan, secara bertahap mengarah pada burung-burung hasil breeding, dan meninggalkan burung-burung tangkapan alam. Kalau pun bukan breeding, setidaknya burung yang indikasinya adalah pemanfaatkan alam secara bijak, seperti anis merah dari Bali. Memanen dari alam yang dijaga, tapi tidak serampangan, tidak serakah. Tetap ada yang harus disisakan agar bisa melanjutkan generasinya.

 

BARU... TOPSONG PREMIUM, mengandung enzim alami serangga, burung lebih gacor, daya tahan lebih tinggi. Tersedia TOPSONG PREMIUM ANIS MERAHMURAI BATUHWAMEY (PREMIUM GOLD), LARK / BRANJANGANMINI PELETBEO.

Segera dapatkan di kios langganan Anda, buktikan perbedaannya.

 

“Kalau kita para pemakai atau pemanfaat semakin tersadar hanya mau dengan burung hasil breeding atau hasil pemanfaatan alam secara bijak yang ditandai adanya ring, itu sangat bagus. Permintaan burung hasil breeding meningkat, otomatis jadi pasar atau sumber ekonomi baru. Permintaan pada burung hasil tangkapan alam menurun sampai benar-benar tidak ada lagi, tentunya membuat para pemburu yang kesulitan menjual hasil buruannya, akan mencari pekerjaan lainnya. Selama kebutuhan burung-burung untuk dipelihara dari tangkapan alam itu masih besar, kita akan kesulitan menghentikan perburuan liar.”

Visi dan tindakan nyata dari PBI itu, akan lebih cepat berefek bila mendapat dukungan juga dari organisasi penyelenggara lomba atau pemanfaat burung lainnya. “Jadi kami juga berupaya terus menjalin komunikasi dengan organisasi hobi burung yang lain. Ayo kita bersama-sama serentak dalam menjaga alam dan melestarikan burung endemik Indonesia.” [maltimbus]

 

 

BERTABUR UCAPAN HUT KE-50 PBI

 

MULUK, SALAH SATU PESERTA PIALA RAJA, MENUNJUKKAN KEBANGGAAN PADA PBI

 

 

 

 

Burung yang sebelumnya bunyi tiba-tiba MACET dan memBISU? Berikan MONCER-1 selama beberapa hari, lihat perbedaannya dalam 5-7 hari, dijamin langsung JOSS kembali.

 

KATA KUNCI: bertaruh nyawa desa ramah burung dirgahayu ke-50 pbi

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp