PERLU DISIKAPI SECARA POSITIP

MR. PRIO BANDUNG

Murai Ring Digenjot, Murai Umum Dikurangi... Ini Baru Top!

 

 

Menyikapi headline di tabloid Agrobur edisi 862 kemarin, Mr. Prio sebagai pelaku lomba, menegaskan dukungannya terhadap pelestarian murai batu melalui penangkaran, serta mengangkat murai batu ring di arena lomba.

Namun, ia tidak setuju jika ada salah satu yang dikorbankan. Di satu sisi murai batu ring diangkat, tapi disisi lainnya muray non ring dihapuskan. Baginya, hal ini terlalu ekstrim dan kurang elok.

“Oke lah, kita sangat mendukung penuh diangkatnya murai ring. Ini berarti memacu para penangkar untuk mencetak murai-murai berkualitas hasil penangkaran. Tapi tidak berarti murai non ring langsung dihapus dan ditinggalkan begitu saja. Perlu proses dan tahapan agar pada akhirnya bisa diterima semua kalangan kicaumania, khususnya para pecinta murai batu,” ungkap bos AK-47 SF Bandung ini, menanggapi polemik yang sedang ramai diperbincangkan saat ini di media sosial.

Mr. Prio menambahkan, mungkin akan lebih elok jika kata ‘hapus’-nya dihilangkan atau diganti dengan kalimat yang lebih menekankan pada ‘menggenjot murai ring di lomba’, di antaranya dengan menaikan kelas murai batu ring di kelas utama, menyejajarkan dengan murai non ring (umum) yang sudah lama bertahta.

 

KELAS MURAI BATU RING. MR PRIO SUDAH MENGANTISIPASI

 

Masuk kelas utama berarti hadiah yang diperebutkan menggiurkan, sehingga menarik minat murai mania untuk berlomba-lomba memiliki murai hasil penangkaran.

Tahap berikutnya, setelah mem-booming dan dianggap cukup banyak mengundang peminat, selanjutnya murai ring terus ditempatkan di kelas utama, sedangkan murai non ring diturunkan levelnya ke kelas kasta kedua.

Kemudian, secara bertahap jumlah kelas non ring dikurangi, sebaliknya murai ring terus ditambah di kelas-kelas bawah. “Sehingga, ketika murai ring semakin eksis di kelas utama dan merata di kelas-kelas bawah, murai non ring sedikit demi sedikit berkurang dan akan terkikis dengan sendirinya. Sampai pada akhirnya murai non ring hilang atau tidak ada sama sekali. Walaupun sebetulnya kelas murai non ring juga diharapkan tetap ada agar lomba lebih berwarna, namun dibatasi kelasnya. Menurut saya langkah ini akan lebih elok dan bisa diterima,” tambahnya.

Polemik soal murai batu ring dan non ring terjadi setelah kover tablodi agrobur diposting di media sosial. Judulnya, “2017 Murai Batu Non Ring Dihapus”. Banyak yang bereaksi meskipun belum atau tidak membaca isi beritanya secara utuh.

 

 

Sesungguhnya ini adalah pemberitaan untuk kesekian kalinya, untuk kembali mengingatkan para kicaumania, bila mulai 1 Januari 2017, Pelestari Burung Indonesia (PBI), hanya akan melombakan murai batu ring.

Keputusan ini sudah lama, digedok pada 16 Januari 2015, pada Rakernas PBI yang digelar menjelang even Plaza Cup Semarang. Jadi sudah berselang 2 tahun sosialisasinya. Penempatan murai batu Ring pada kelas utama, juga sudah dilakukan di beberapa lomba PBI sejak 2015 yang lalu, misalnya di Piala Raja, Piala Pakualam, dan Valentine. Di ketiga even itu, kelas murai ring juga selalu penuh.

Keputusan ini juga hanya berlaku pada lomba-lomba di PBI saja. Artinya, para pemilik murai batu non ring masih bisa melombakannya di EO-EO selain PBI. Jumlah lomba di luar PBI jauh lebih banyak, lebih sering frekuensinya, dan sebagian juga menawarkan hadiah yang secara nominal jauh lebih gede ketimbang even-even PBI.

Lomba PBI itu terbatas jumlahnya. Ibaratnya bisa dihitung dengan jari. Di Jogja misalnya, even PBI dalam setahun paling 5 kali. Demikian juga di kota-kota lain, malah lebih sedikit. PBI itu memang membatasi jumlah lomba, selain jumlah jenis burung yang dilombakan terus dikurangi.

Dulu ada kelas ciblek - prenjak, branjangan, decu, sekarang dihapus. Kelas-kelas baru yang sekarang ramai seperti pleci dan kolibri, PBI malah belum pernah membukanya. Itu juga karena alasan komitmen pada lingkungan hidup, mengingat beberapa jenis tersebut masuk kelompok burung dilindungi. 

 

SETELAH PENSIUN. KOLEKSI MR PRIO SIAP MASUK KANDANG

 

Sebelum murai batu, PBI juga sudah meniadakan kelas anis kembang non ring dan cucak rawa non ring. Ke depan, cita-cita besar PBI hanya akan melombakan burung ring, untuk semua jenis burung. Tentu, semua itu akan dilakukan bertahap bila dianggap sudah siap.

Pada kasusnya murai batu, polemik siap atau belum siap sudah lama terjadi. Di internal PBI sendiri juga sudah lama diperdebatkan. Keputusan untuk hanya melombakan murai batu ring, sesungguhnya sudah jauh lebih lama. Tapi, dengan alasan belum siap tadi, beberapa kali ditunda.

Sampai akhirnya pada 16 Januari 2015 digedok, dan keputusan ini berlaku mundur, baru efektif mulai 1 Januari 2017. Salah satu pertimbangannya, jumlah penangkar yang berhasil semakin banyak, pemilik murai batu ring yang sudah punya materi siap lomba juga dianggap sudah mencukupi.

Bila selalu mempertimbangkan belum siap, sampai kapan pun tetap akan merasa belum siap. Karena itu dibutuhkan keberanian untuk mengambil keputusan. Keputusan ini memang ada risikonya, misalnya jumlah kelas murai yang digelar jadi lebih sedikit, total peserta tentu juga berkurang.

Kalau mau hitung-hitungan untung rugi dari sebuah even, keputusan ini pada awalnya jelas merugikan. Sebagai contoh, even Plaza Cup V yang akan digelar pada 15 Januari besuk, hanya membuka dua kelas murai batu (ring). Ini even pertama PBI tahun 2017. Even yang sama tahun lalu, membuka 4 kelas, tiga kelas Bebas dan satu kelas Ring.

Namun tetap diyakini, meskipun di beberapa daerah mungkin tidak bisa ramai sekali, tapi tidak akan sampai seperti kelas anis kembang ring apalagi cucak rawa ring yang pesertanya selalu bisa dihitung dengan jari.

Dengan demikian, para murai mania tidak perlu panik, ketakutan tidak bisa lagi melombakan burungnya yang belum pakai ring. Justru sekarang semakin banyak pilihan. Punya murai batu hasil breeding dan bagus, bisa melombakannya di PBI, atau di EO lain masuk kelas bebas jika mau.

“Sejatinya kita juga sangat mendukung penuh konservasi untuk menjaga kelestarian murai batu di habtitatnya, yang berdampak pada semakin terangkatnya kelas murai ring di lomba,” ujar pemilik Pitbull, yang juga memaki ring.

Hal lain yang ingin ditekankan oleh Prio, adalah bagaimana agar pengelolaan kelas murai ring benar-benar dilakukan secara profesional.

“Misalnya, memastikan bahwa peserta kelas ring ya benar-benar ring resmi, burung hasil tangkaran betulan, bukan tangkaran alam yang kemudian dipasangi ring, atau malah burung dewasa yang sebelumnya sudah sering prestasi, dipaksai dikasih ring. Bagaimana cara dan sistemnya, tentu para EO lebih tahu.”

Prio sendiri sudah mengantisipasi akan diberlakukannya keputusan hanya melombakan  murai batu ring di PBI. Salah satunya, dengan take over Pitbull dari Yadi Ekajaya Sumedang, senilai 350 juta. Sebelum memutuskan membeli, Prio sudah melakukan penelusuran untuk memastikan asal usulnya jelas, yang kemudian diketahui berasal dari peternak di Cirebon.

Perburuan juga tidak selesai pada Pitbull. Prio masih berburu lainnya untuk melapis Pitbull, sehingga di kala mabung seperti sekarang, selalu ada gantinya yang bisa digantangkan.

Ada pun andalan lain yang kebetulan belum ber-ring, seperti Ohara, Patimura, Prima, Jakalara, Casablanca, Wiradhika, awalnya akan diturunkan di EO-EO lain di luar PBI, sebelum pensiun dari lomba dan dimasukkan ke kandang penangkaran.

“Nah, anakannya setelah siap baru akan diorbitkan ke lapangan. Doakan ya semoga semuanya bisa lancar,” ujar Pria asli Prambanan, Klaten, yang kini bermukim dan menjadi tokoh berpengaruh di Bandung.

 

KATA KUNCI: mr prio bandung murai ring murai batu murai umum

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp