SUASANA KONTES KENARI 10-G OUTDOOR, TETAP TANPA TERIAK, KHIDMAT DAN KHUSUK
LOMBA KENARI INDOOR DI LOKASI OUTDOOR
Ternyata Bisa Berjalan Khidmat dan Tetap Asyik
Secara teknis, lomba kenari 10-G yang lazinya digelar indoor, memang bisa saja digeser ke ruang terbuka atau outdoor. Namun, Kelik Jenggot dan kawan-kawan Parikesit Klaten mesti mempertimbangkan banyak hal sebelum mengeksekusinya.
Papburi Parikesit Klaten, selama ini memang tetap aktif menggelar kontes kenari dengan sistem penyisihan di dalam ruangan alias indoor. Bila peserta penuh, tiap kelas akan terdiri dari 6 babak penyisihan, kemudian rekap 6 sesi diakumulasi jadi satu, dipilihlah 10 terbaik untuk masuk babak final.
Yang di desa, di kota. Yang ikut lomba atau sekadar didengar suaranya di rumah. Dari generasi ke generasi sudah memakai TOPSONG.
Karena pandemi, kegiatan di dalam ruangan mesti dikurangi. Demikian pula dengan event lomba burung yang selama ini digelar dengan tradisi di dalam ruangan, ikut diistirahatkan. “Pak Lurah memang meminta kami sementara tidak menggelar lomba di dalam ruangan, mengikuti protokol kegiatan di dalam ruangan yang melibatkan banyak orang memang belum boleh,” jelas Kelik Jenggot, pimpinan Parikesit yang juga Sekretaris Desa Dompyongan.
Gantangan Parikesit 10-G, selama ini menempati ruang serba guna atau aula Bale Desa Dompyongan, Kecamatan Jogonalan, Klaten. Harus diakui, tempat ini cukup jauh dari keramaian kota. Dari pertengahan jalan utama Jogja – Klaten, harus masuk ke arah utara sekitar 7 km, mengikuti jalur utama truk pasir Merapi.
Hari gini belum pakai TWISTER? Segera merapat di kios-kios / agen terdekat, bila belum ada mintalah untuk menyediakan, biar Anda dan para kicau mania lainnya lebih mudah mendapatkannya. Coba dan buktikan kualitasnya, dan berikan respon melalui hotline 08112663908.
Selain itu, pak Kelik dan kawan-kawan belum lama ini juga mengelola gantangan outdoor yang lokasinya di pelataran pasar desa Dompyongan, tepat di samping komplek Balai Desa. Namanya GKD, Gantangan Kicau Dompyongan. Di gantangan GKD, yang dilombakan ocehan pada umumnya, tidak hanya kenari saja.
Kenapa tidak dipindah saja gantangan 10-G ke GKD dengan mengatur jadwal supaya tidak bersamaan? “Itu harus kita pikirkan masak-masak dulu. Memindahkan fisik gantangan mudah, paling butuh beberapa puluh menit. Tapi ada perbedaan mendasar dan itu belum tentu diterima oleh para kenarimania yang selama ini begitu setia dan fanatik dengan gantangan 10-G indoor,” jelas Kelik Jenggot.
TEMPAT BERSAHAJA TAK MENGHALANGI SEMANGAT KENARI MANIA IKUT 10-G OUTDOOR
Perbedaan mendasar itu, antara lain pada mindset atau kesan di benak para kenari mania. “Kalau event indoor, itu kan konsepnya lomba tenang, tanpa teriak, kita bisa khusuk menyimak suara burung. Konsep ini memang bisa dikatakan sudah mandarah daging di hati para peserta selama ini. Jadi meskipun tiap lomba tidak pernah ada bagian keamanan khusus, lomba selalu tertib, tenang tidak ada yang teriak. Paling ya celetukan-celetukan kecil penghangat suasana, biasalah itu masih dalam batas sangat wajar,” imbuh Kelik.
Semantara kalau lapangan outdoor, kesannya orang boleh teriak-teriak. “Jadi kalau lombanya berada di luar atau outdoor, khawatir para peserta secara tak sadar akan teriak-teriak, seakan itu dibolehkan. Padahal, itu sesuatu yang sangat tidak disukai oleh kalangan ‘indoor mania’, kalau itu sampai terjadi, yang sudah biasa lomba tenang di indoor tentu akan kapok dan tidak akan kembali lagi,” terang Kelik lagi.
Secara pakem, konsep lomba 10-G indoor juga berbeda dengan lomba di lapangan outdoor pada umumnya. “Kalau di indoor kan yang diutamakan pada kualitas materi, keindahan atau kemerduan suara. Kesalahan atau pelanggaran kecil biasanya masih ditoleransi selama tidak berlebihan dan kualitas burung tersebut memang benar-beanr istimewa. Sementara pada kebanyakan event outdoor, kesalahan atau pelanggaran, seperti burung nyayap, main jeruji, nebok, dan sebangsanya sepertinya malah jadi salah satu pertimbangan pokok.”
Setelah melakukan komunikasi dengan banyak pihak, terutama para kenari mania yang selama ini biasa main indoor, akhirnya pihak Parikesit berani juga mencoba menggelar lomba konsep 10-G indoor, tapi lokasinya outdoor.
Pakan khusus kenari dengan kualitas terbaik. Mudah didapatkan di kios terdekat, buktikan!
“Konsep lomba, hingga pakem penilaian, sepenuhnya berdasarkan apa yang selama ini digelar di indoor. Hanya lokasinya saja yang kita geser ke outdoor karena masalah pandemi. Untuk sementara, kami hanya menggelar pada level Latber tiap hari Sabtu, dengan tiket 10 ribu. Main dua kelas saja, yaitu Parikesit, nama lain Standar Bebas, dan Standar Kecil. Dua kelas ini kalau penuh, mainnya 14 sesi termasuk final, mulai siang selesainya sore hari,” jelas Andry Gombloh, salah satu juri Parikesit dan GKD.
Latber sudah dimulai sejak pekan ke dua Agustus. Peserta terus meningkat. “Kalau untuk kelas pertama, biasanya penuh atau mendekati penuh. Kelas yang main ke dua, memang sudah berkurang. Tapi setelah berjalan, kekhwatiran kami bahwa situasi di luar ruangan akan memancing orang berteriak, ternyata tidak terjadi,” imbuh Zimon DP, Ketua Divisi Lomba Parikesit, juga punggawa GKD.
INDOOR ATAU OUTDOOR, KENARI 10-G TETAP WAJIB SENYAP, HANYA BURUNG YANG BERSUARA
Setelah berjalan dua setengah bulan, atau menyelesaikan hampir 10 kali Latber, terbersitlah keinginan menggelar kontes dengan level lebih besar. Disepakatilah event itu bernama Temu Kangen Dasa Warsa Parikesit. Event yang akhirnya bisa terlaksana pada hari Minggu, 1 November 2020 di GKD.
Tiketnya 40 dan 50 ribu, untuk mengakomodir beberapa kawan dari luar kota yang akan datang. Memang, selain kenarimania Klaten dan sekitarnya, datang pula dari daerah yang cukup jauh seperti Jakarta, Cilalap, Purwokerto, Pekalongan, Kendal, Semarang, Kudus, Purwodadi, Yogya, kenarimania area Solo Raya tentu saja.
Mainnya jadi 6 kelas, ada Standar Bebas A – B, Standar Kecil A-B, Campuran Impor, dan Kenari Isian. Hampir semua kelas main sampai 6 sesi (A – B – C – D – E – F) plus 1 sesi final. Pada laga ini pun, suasana yang sudah biasa terbangun di dalam ruangan bisa terbawa ke luar ruangan. Peserta tertib, tidak ada teriakan, sehingga suara nyanyian burung bisa disimak bersama dengan baik.
Satu dua cuitan daan siulan untuk menggoda atau memancing burung yang sedang bertanding masih ada, tapi masih dalam batas wajar dan tidak sampai mengganggu jalannya lomba.
“Setelah Latber hingga event yang digelar hari Minggu ternyata bisa berjalan sebagaimana kalau dilakukan indoor, kami pun siap gas untuk menggelar Parikesit Award. Mungkin Desember atau Januari, kita lihat dulu jadwalnya. Lokasi ya tetap outdoor di GKD sini,” tandas Kelik Jenggot.
Parikesit secara perlahan juga pengin mengembalikan pamor Kenari Isian. Sebab, ketika Kenari Isian banyak penggmarnya, breeding kenari juga berekembang pesat. Banyak yang mencari anakan kenari trah untuk kemudian dimaster. Demikian pula dengan pasar burung-burung master, baik lokal maupun impor, ikut terangkat kembali. [maltimbus]
DATA JUARA DASAWARSA TEMU KANGEN PARIKESIT KLATEN, KLIK DI SINI
BERITA LAINNYA
KATA KUNCI: parikesit klaten papburi