TRANSAKSI SESAMA PEDAGANG BURUNG. HARGA MIRING DEMI PEGANG DUIT

JERITAN BAKUL BURUNG JELANG HARI RAYA

Lebarannya Diundur Dong, Isi Toplesnya Belum Kebeli...

 

 

 

Menjelang hari raya lebaran, para pedagang terutama kebutuhan pokok dan lebih-lebih fashion, kewalahan melayani konsumen. Tidak demikian dengan para bakul burung, selalu jadi hari yang sulit. Tahun ini jauh lebih sulit dari tahun-tahun sebelumnya.

“Alhamdulilah sido ( jadi ) Lebaran,” teriakan mas Budi Beji, tukang servis aneka jam yang juga nyambi berdagang aneka burung berkicau memecah sunyinya pasar Sleman, Jogja, Jumat siang , 16 Juni.

Tak disangka Kacer poci yang dibawanya dipinang orang 850 ribu. “Dari pada disimpan jadi burung, mau lebaran mending dicairkan duit, buat pegangan lebaran dan isi toples luwes, ben mbok wedok ndak mrengut, ( biar istri tak cemberut) mau Lebaran kok ndak gocek  (pegang) duit,” ujar pria ceking berkumis itu sumringah dan bergegas pulang.

Mas Budi boleh jadi mujur, soalnya sudah berbulan-bulan jauh sebelum Ramadhan tiba,  puluhan bahkan ratusan pedagang burung dan sangkar di seantero Jogja, bahkan bisa dipastikan juga di banyak tempat yang lain,  yang berjualan di beberapa titik pasaran tradisional, yang biasanya ramai transaksi belakangan melesu.

“Pengunjung masih banyak , cuma kalau ndak momong anak ya cuma jalan-jalan ndak pada belanja. Kalau pun ada transaksi sesama pedagang saja. Ambil untungnya ya mepet bawah, sekadar biar bisa pegang uang buat beli lagi, kan buat para suami biar dompet sekadar ada isinya. Kalau jujur ya kayaknya Lebaranya diundur dulu, wong isi toplesnya belum kebeli he he he,” ujar Mas Topo, pedagang burung love bird dari Pingit.

Sudah beberapa minggu pasaran Topo dan Cak Yanto sesama pedagang love bird cuma bolak-balik bawa dagangan burung tanpa ada yang laku. “Malah kadang ada teman jual murah saya beli beberapa kali. Ini jadinya ndak masuk duit malah keluar terus he he he,” ujar Cak Yanto.

“Ini kahanan, keadaan ekonominya melesu,semua sambat (ngeluh) ndak pegang duit. Penjualan turun malah banyak yang lama ndak payon (laku) burung atau sangkar, tapi tuntutan hidup baik urusan sosial di rumah, kebutuhan hidup, dan angsuran bank tak bisa dihindari terus menumpuk. Belum lagi juga diuji bapak sakit yang membutuhkan biaya tak sedikit,”

cerita om Supri, pedagang pasar Prambanan sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, senyumnya juga kecut.

Mas Udin juga meredam getir yg sama. “Biasanya saya jual dua Cililin gacor perekor 1,3 juta, ini sudah berbulan-bulan saya buka harga balik modal 1,1 juta ndak papa kalau ada yang mau, tapi kok ya belum ketemu rejekinya”, curhatnya pada burungnews di pasar Sleman.

Indro Tlogo, padagang aneka warna lovebird sempat mengakali dengan berjualan online melalui beragam media, baik lewat Whats App (WA), Blackbary (BB),  maupun Facebook (FB).

”Sempat laris juga beberapa bulan lalu, lumayan bisa ganti mobil lebih muda walau bukan baru. Tapi sekarang makin ke sini padagang burung lewat medsos juga ribuan orang, saingannya tanpa batas wilayah apalagi menjelang lebaran pada banting harga. Pasar sudah semakin lesu, semua pengin pegang duit cukup buat lebaran, jadi saingan makin ketat  he he he,” ujarnya.

Menurut Yoko, pemilik Sambego Aviary, pedagang aneka lovbird blorok di Maguwo Jogja, ini sesungguhnya siklus tahunan yang berulang. Tapi, tahun ini rasanya agak parah lesunya.

“Asal mau lebaran dan mau masa masuk sekolah ya biasa penjualan turun, jadi mau ndak mau harga dipantaskan. Tapi saya masih berani bandrol dua pasang Green series dua pasang lima juta, optimis dan antusias saja,” ujar mantan bos gantangan POSMA Sambego, Maguwo.

Yah kondisi Jogja sebenarnya miniatur realitas bisnis burung nasional, kondisinya mirip, sama saja, semua berharap kondisi menjelang dan pasca lebaran membaik. Badai lesu bisa segera berlalu.

 

BERITA LAINNYA

KATA KUNCI: info pasar

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp