KWARTET GORENGAN SF. IDE JUALAN KARENA PERNAH KELAPARAN

GORENGAN SF TEMANGGUNG

Gara-Gara Kelaparan Saat Lomba, Kini Tekuni Jualan Gorengan

 

 

 

Pernah kelaparan dan kehausan saat lomba burung dan bingung mencari penjualnya? Itulah yang dirasakan oleh empat kicaumania muda dari Temanggung Philip, Angga Manuk, Yudha, dan Agus Kroto. Dari situlah muncul ide berjualan makanan dan minuman.

“Waktu itu hati sebenarnya senang karena burung menang. Tapi kalau sampai merasa kelaparan bin kehausan, terus baru nemu penjualnya di luar arena yang cukup jauh, pusing juga kan?,” ujar Yudha mengisahkan saat mereka berempat mengikuti sebuah lomba di Yogyakarta.

Tapi, sengsara menahan lapar itu akhirnya memunculkan ide bisnis yang cukup brilyan. “Dari situ kita kepikiran untuk patungan jual makanan dan minuman yang praktis bikinnya di arena kontes. Kita yakin pasti peserta lain juga merasa lapar dan haus juga, mereka juga bingung carinya, nah kenapa kita tidak coba berjualan,” imbuh Yudha.

 

GORENG MENGGORENG DI ARENA LOMBA SERING DIKONOTASIKAN NEGATIF, TIDAK DENGAN YANG SATU INI.

 

Modalnya? Mereka berempat sepakat patungan 2 juta. Perlengkapan seadanya bawa dari rumah yang sudah ada. “Kami mulai jualan saat Launching Latber BnR Sabtuan di Temanggung. Di luar dugaan, sehari kita bisa dapat 2 juta.”

Keempatnya kicaumania muda yang cukup kreatif itu ditemui burungnews dan menceritakan pengalaman menariknya saat buka praktek di arena Temanggung Award,  9 Juli yang lalu.

Sekarang tiap Sabtu di BnR Temanggung urusan perut sudah bisa terlayani oleh mereka. Tiap jualan rata-rata bisa terkumpul 1 jutaan. “Sesekali burung kami menang dan jadi ATM, masih ditambah hasil jualan. Lumayan kan, jadi dobel hasilnya,” jelas Agus Kroto yang diamini Philip sambil terkekeh.

 

 

Menu kopi, aneka minuman hangat, dan es plus gorengan tahu, tempe, bakwan yang digoreng dadakan, menambah hangat suasana lomba. Setelah berpraktek beberapa bulan, kini  lapak mereka sudah mulai dicari dan jadi jujugan para peserta kontes BnR Sabtuan Temanggung

“Sekarang selain kangen kontesnya, kita juga kangen ngopi dan nyemil di sini, menang kalah yang penting ngopi, he  he  he,” ujar Wawan, salah satu pelanggan saat duduk nyantai menunggu panggilan menggantang sambil  nyantap gorengan dan nyeruput kopi.

Sayap bisnis pun diperluas. Tak hanya di BnR SabtuanTemanggung saja, “kafe tikar” ala Gorengan SF juga mulai membuka lapak di lomba-lomba seputaran Temanggung, Kedu, hingga Magelang.

“Kalau ada lomba lumayan besar,  kami ya nyempatkan buka kafe tikar ini. Seringkali bisa dapat lebih dari 2 juta, jadi lumayanlah,” tambah Philip.

 

 

Setelah sukses dengan outlet, eh lapak, apakah keempat kicaumania muda ini masih ingin mengembangkan lagi sayap bisnisnya?

“Penginnya ya bisa bikin kafe portable pake mobil khusus dan bisa bongkar pasang di kontes mana pun. Biar kaya kafe beneran lah, syukur kalau besok bisa buka sampai Jogja, Solo, atau Semarang dengan menu lebih maknyuus. Maklum ini kerjaan lelaki, istri belum diajak, kelak kalau gede ya istri diajak bantu," ujar Angga Manuk serius.

Selain buka kafe tikar, Gorengan SF juga patut diperhitungkan koleksi jagoan mereka. Kenari Jhon Super-nya Philip belum lama juara 1 di Kontes Kedu. Juga cucak hijau Goku dan lovebird Trisno adalah sebagian koleksi jagoan Gorengan SF yang diperhitungkan.

“Dengan materi jagoan itu, ditambah usaha buka lapak gorengan yang semoga makin berkembang, ke depan kami makin semangat berangkat ke kontes. Ke mana pun selalu optimis, kalau jagonya amsiong, Insya Alloh gorenganya jadi tombo ati yang lebih pasti cuanya, he  he  he,“ cerita keempatnya sumringah.

 

BERITA LAINNYA

KATA KUNCI: gorengan sf

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp