ANDI KONDE, FANNY DAN ANAKNYA 1 TAHUN. LIBUR, DI KOS-KOSAN SAJA

DAMPAK COVID-19, #3

Sebelumnya Tugas di 2 - 3 Lomba Dalam Sehari, Kini Libur Entah Sampai Kapan

Setiap jam 10 pagi, Andi "Konde" bersama Fanny istrinya, bergegas menuju gantangan rutin. Setidaknya dua gantangan yang mesti dia datangi, nyaris setiap hari tanpa jeda. Andi dan istrinya, keduanya adalah juri di Radjawali Indonesia (RI) Semarang.

Ada kalanya dapat jatah siang dan sore, ada kalanya siang dan malam, kadang sore dan malam, kandang malah sehari bisa full sampai tiga kali. Kalau gantangan siang, artinya berangkat sekitar jam 10 pagi, sementara kalau dapat giliran gantangan malam, baru kelar sekitar jam 23 malam.

 

 

SUASANA GANTANGAN RI DI SEMARANG

 

Hari Minggu, kadang Konde dapat tugas lomba luar kota. Kalau pun dapat jatah libur, keduanya masih sering nyambangi ke lokasi lomba, entah sekadar lihat-lihat, kadang juga ikut nggantang jadi peserta.

Gantangan-gantangan itu ada yang relatif dekat dari tempat kos mereka di wilayah Sampangan, ada juga yang  cukup jauh seperti di Bawen dan Sumowono.  Bila masih dalam kota dan cuaca benderang, ia akan memboncengkan istrinya dengan motor.

 

 

Yang di desa, di kota. Yang ikut lomba atau sekadar didengar suaranya di rumah. Dari generasi ke generasi sudah memakai TOPSONG.

 

Namun untuk lokasi yang jauh atau pas hujan, Konde memilih mengendarai mobil. Dua piranti penting untuk mengantarkan ke tempat kerjanya itu masih dicicil oleh pasangan ini.

Ada konsekuensi yang mesti ditanggung oleh Konde dan Fanny supaya bisa mencicil motor dan mobilnya itu sekaligus. “Kami memilih tinggal di kos, sementara anak kami yang masih setahun dititipkan ke orang tua di Purwodadi.”

Sebagai juri, Konde dan Fanny mendapatkan bayaran masing-masing minimal 100 ribu. “Kalau peserta pas ramai, ya biasanya akan ada tambahan, semacam bonuslah.”

 

 

Hari ini belum pakai TWISTER? Segera merapat di  kios-kios / agen terdekat, bila belum ada mintalah untuk menyediakan, biar Anda dan para kicau mania lainnya lebih mudah mendapatkannya. Coba dan buktikan kualitasnya, dan berikan respon melalui hotline  08112663908.

 

Namun, cerita “manis” itu sudah berlalu. “Sudah sebulan lebih kami dan banyak rekan juri serta pekerja gantangan lainnya libur.”

Keseharian Konde hanya diisi merawat burung, selebihnya tiduran, nonton tivi, sesekali buka medsos. Ia berusaha mengikuti anjuran pemerintah supaya tidak ke mana-mana dulu.

“Tapi kadang tidak kuat nahan jenuh juga, sesekali mancing buat hiburan. Sementara kami sudah tidak ada penghasilan sama sekali, cicilan masih jalan terus, demikian pula dengan biaya kos dan mengirim buat beli susu anak,” jelasnya.

 

SAAT LIBURAN. ANDI DAN ISTRI MENGGANTANGKAN BURUNG

 

Konde dan istrinya mengaku hanya memiliki sedikit tabungan. “Sebenarnya bukan tabungan, hanya sedikit simpanan saja. Karena tabungan sudah kami wujudkan dalam bentuk cicilan motor dan mobil. Makanya kami rela tinggal hanya di kamar kos saja.”

Konde mengaku belum punya rencana apa pun, termasuk antisipasi bila masa libur akan berlangsung lebih lama lagi. “Sekali saat ambil bantuan sembako di EO, ada semacam lontaran gagasan untuk menggelar kontes dengan sejumlah pembatasan dan aturan protokol. Tapi masih berupa wacana saja.”

Menurut Totok Perkasa, Ketua RI DPD Jateng 2, mereka saat ini mengelola 9 gantangan rutin di Semarang. “Kami memiliki 20 juri, 15 petugas lapangan, 14 orang bagian tiketing, 5 orang penulis piagam, dan 9 orang bagian hadiah.”

 

 

Sebagai obat, terbukti efektif. Sudah sering mampu mengatasi kondisi kritis, apalagi cuma sakit "biasa". Di saat perubahan musim dari kemarau menuju penghujan seperti sekarang, juga sangat baik untuk mencegah dan menjaga agar burung tetap sehat dan selalu dalam kondisi fit, siap tempur. Bisa diberikan secara rutin 2-3 hari sekali sesuai kebutuhan. LEMAN'S, satu-satunya obat burung dengan formula + vitamin.

Lemans bisa dibeli lewat bukalapak, tokopedia, atau hubungi 08113010789, 0822.4260.5493 (Jatim Tapalkuda), 0813.2880.0432 (Jogja dan sekitar), 0815.4846.9464 (Solo Raya dan sekitar), 0813.2799.2345 (Banyumas dan sekitar)

 

Juri-juri itu bertugas muter ke 9 gantangan. Rata-rata sehari dapat jatah 2 kali, kadang sampai 3 kali, dengan fee mulai 80 – 150 ribu, tergantung harga tiket, jarak, jumlah peserta.

“Itu di Semarang saja. Kalau mau naik ke skup yang lebih luas, di Jawa Tengah RI memiliki 200 juri, kalau secara nasional ada sekitar 800an orang juri. Sebagian besar menggantungkan sepenuhnya dari honor saat tugas di lomba burung.”

Totok mengaku banyak para juri dan petugas lapangan lainnya yang kini mulai menghadapi kesulitan yang serius. “Para pengurus juga terus memikirkan cara membantu dan memberikan solusi, apalagi kita tidak tahu ini akan berakhir sampai kapan. Ya kita harus bersabar sambil berdoa dan melakukan yang kita bisa supaya wabah ini cepat selesai. Ini bukan hanya masalah kita di dunia hobi yang terdampak, semua pihak dan semua profesi juga mengalami kesulitan yang sama.”

 

WASPADA dengan produk yang logonya MIRIP, dibaca/dilafalkan dengan cara yang SAMA, tetapi BUKAN produk yang dikeluarkan TOPSONG. Lihat selengkapnya DI SINI.

 

Selain RI, kita mengenal EO lain yang ada di Indonesia. Mulai yang paling tua yaitu PBI, kemudian ada BnR, Ronggolawe Nusantara, NZR, Oriq Jaya Indonesia, Radja Garuda Nusantara (RGN), dan banyak lainnya. Di luar PBI, rata-rata memiliki gantangan tetap yang menggelar kontes rutin, mulai sepakan 2 kali, sepekan sekali, dua pekan sekali, hingga bulanan. Itu sebabnya, mereka memiliki cukup banyak juri dan petugas  pendukung lainnya.

Kalau ditotal, jumlahnya jadi sangat besar. Bisa mencapai puluhan ribu orang. Pihak EO mengakui, banyak di antaranya menggantungkan hidupnya dari honor di gantangan. Sudah sekitar sebulan libur, yang berarti mereka tanpa honor. Libur ini tampaknya akan berlangsung lebih panjang dari yang diperkirakan sebelumnya, dan para EO baik besar maupun kecil umumnya masih pasrah dengan situasi ini. [vilman, maltimbus]

KATA KUNCI: dampak covid-19 andi konde totok perkasa radjawali indonesia peduli covid-19

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp