SYUKURAN SEDERHANA 51 TAHUN PBI DI WARUNG SOLUSI, UMBULHARJO YOGYAKARTA

51 TAHUN PBI + VIDIO

Ini yang Sudah Dilakukan, Tapi Belum Banyak Diketahui Oleh Publik Kicau Mania

“Perahu pasti aman jika terus berada di daratan, tapi bukan itu tujuan kami dibuat,” tulis sebuah poster besar yang menempel tembok warung Solusi, Umbulharjo, Yogyakarta, pada Jumat malam 20 September 2024.

Di bawahnya terdapat logo PBI besar yang dilengkapi tanggal berdirinya, Rabu 20 September 1973; dilanjutkan semacam logo yang menunjukkan usia PBI genap 51 tahun. “Hingga riak kecil harus kita lalui bersama,” begitu tulisan tegas dengan hurup kapital menjadi penutupnya.

Pesan yang sangat jelas, kendati usia sudah tidak muda lagi, sudah matang, namun bahtera besar PBI masih ingin mengarungi samudra dengan segala tantangan dan rintangannya.

Acara syukuran dalam rangka ulang tahun ke-51 PBI itu diikuti sekitar 40 punggawa, yang merupakan perwakilan pengurus pusat serta dari beberapa daerah. Tampak Bapak Bambang Wisnu selaku Dewan Pengawas PBI, Bapak Hartono Sragen selaku Penasehat PBI, H. Samsulhadi selaku Humas PBI Pusat, H. Astono dari PBI Bantul, H. Cahyo dan Edy Cool dari PBI Kota, H. Arif dan H. Fatori PBI Sleman, juga perwakilan dari PBI Kulonprogo, Magelang, Klaten, dan Gukungkidul. Hadir pula perwakilan dari Dinas Pariwisata DIY.

 

H. BAGYA RAKHMADI DIDAMPINGI H. SAMSULHADI DAN H. ASTONO, MEMBERIKAN SAMBUTAN PEMBUKAAN DI PIALA RAJA 2024

 

Para kicaumania di tanah air tentunya mengenali dengan baik nama PBI, singkatannya sebagai Pelestari Burung Indonesia, juga logonya berupa burung Maleo. Harus diakui, mereka lebih banyak tahu PBI sebagai organiasi atau penyelenggara lomba yang tertua dan (mungkin) juga terbesar dari jumlah kepengurusuannya di daerah.

Kegiatan yang kemudian lebih banyak dikenang pun tak jauh-jauh dari lomba burung berkicau, salah satunya adalah Piala Raja, seperti yang baru saja digelar pada 8 September 2024 yang lalu. Suka tidak suka, lomba burung memang seakan menjadi “etalase” untuk lebih memperkenalkan apa itu PBI.

“Sesungguhnya, lomba burung itu hanya sebagian saja dari kegiatan PBI, dan itu bahkan tidak menjadi kegiatan utama. Kegiatan utama PBI itu lebih ke yang terkait dengan pelestarian alam dan lingkungan, khususnya burung. Kita ada banyak kegiatan terkait itu, meskipun itu mungkin dianggap kurang seksi sehingga juga kurang bisa mencuri perhatian,” ujar H. Bagya Rakhmadi dalam sambutannya.

 

TOPSONG dengan bangga memperkenalkan TOPSONG PREMIUM kemasan baru dengan botol, dengan tambahan pengaman. Infomasi, hubungi 0813.2941.0510.

 

PBI antara lain, selalu konsisten untuk terus mengembangkan dan membina para breeder atau penangkar burung, baik itu burung-burung yang selama ini memang digunakan atau dimanfaatkan untuk lomba, mapun jenis burung lainnya yang poupulasinya dan habitatnya di Indonesia terus menyusut.

“Maka di setiap event-event PBI, juga ada penyerahan sertifikat breeder atau penangkar binaan PBI. Apakah di event besar nasional seperti Piala Raja, Piala Pakualam, juga event-event lain di daerah,” imbuh H. Bagya.

Pelestarian itu juga tidak terbatas pada breeding di dalam kandang, dengan jenis burung yang yang sudah dikenal dan dimanfaatkan untuk lomba, serta punya nilai ekonomi tertentu. PBI juga membuka dan membina desa-desa binaan ramah burung, lalu di sekitarnya melepasliarkan jenis burung tertentu sesuai habitatnya.

“Itu sudah kita lakukan di Turi Sleman, dengan mepelasliarkan puluhan pasang anis merah dan kacer, di Kulonprogo, di Klaten, Sukoharjo, Blitar, Ponorogo, Madiun, Bali, dan beberapa daerah lainnya, dengan jenis burung yang bervariasi yang disesuaikan dengan habitat setempat.”

 

H. BAGYA MENGECEK POPULASI ANIS MERAH DI TURI, SLEMAN, YANG PERNAH MENJADI LOKASI PELEPASLIARAN BEBERAPA TAHUN SEBELUMNYA

 

Di lokasi-lokasi tersebut, PBI bukan sebatas melepasliarkan burung, tapi juga mengedukasi masyarakat untuk ikut menjaga lingkungan sekitar mereka supaya supaya tidak ada lagi gangguan, perburuan liar, dan semacamnya. Pada skup kewilayahan yang kecil, PBI mengajak pemerintah Desa membuat semacam Perdes yang melarang perburuan pada satwa liar terutama burung, pada tingkatan Daerah bisa berupa Perda, supaya masyarakat punya payung hukum dalam ikut serta menjaga lingkungan sekitar.

Pada suatu saat, bila populasi dianggap sudah memadai, burung-burung itu bisa saja diambil manfaatnya, tetapi harus tetap bijak dan memperhatikan keberlanjutannya.

 

BACA: MEREKA SIAP BERTARUH NYAWA DEMI MENJAGA KELESTARIAN BURUNG

 

Bukan hanya burung-burung yang dimanfaatkan untuk lomba serta punya nilai komersial yang diperhatikan oleh PBI. Contohnya yang dilakukan oleh PBI Sukoharjo. Selain sudah bisa mengembangbiakkan jenis cucak hijau, PBI Sukoharjo juga mengembangbiakkan sejenis burung “hantu” pemangsa tikus Tyto Alba, yang dimaksudnya untuk membantu para petani.

 

Hati-hati, makin gencar beredar produk PALSU! Pastikan anda mendapatkan produk SUPER-N asli. Jangan ragu memastikan kepada kios/toko, minta ditunjukkan kardus yang ASLI adalah seperti di bawah ini. Perhatikan juga warna, bentuk, dan ciri BOTOL SUPER-N yang asli.

 

“Sampai saat ini, kami masih terus konsisten mengembangkan jenis burung tersebut. Semoga para petani bisa merasakan manfaatnya,” ujar Wisnu, salah satu pengurus PBI Sukoharjo saat dikonfirmasi burungnews.com.

Kini, PBI berupaya supaya sukses salah satu breeder binaan di Sukoharjo dalam menangkar cucak hijau, bisa ditularkan kepada para breeder lain di berbagai daerah. “Kelak, bila jumlah penangkar cucak hijau yang berhasil semakin banyak, akan diusuakan ke pihak yang berwenang, supaya jenis yang satu ini bisa dikeluarkan dari indek burung dilindungi,” harap H. Bagya.

Sebagaimana pernah ditulis dalam laporan di burungnews.com, jumlah breeder binaan PBI memang terus bertambah. Di Pengda Jateng-DIY, melesatnya bahkan sampai lebih dari 100 persen. Begitulah yang dilaporkan dalam Rakerda pada 5 November 2023 yang lalu, antara lain ditandai dengan pemberian penghargaan dari Ketua Pengda Jateng-DIY, Ir. H. Agus Gamping, kepada PBI Sukoharjo yang diwakili oleh Bapak Wisnu dan Hasto.

 

KETUA PENGDA PBI JATENG-DIY IR. H. AGUS GAMPING MEMBERIKAN PENGHARGAAN KEPADA PBI CAB. SUKOHARJO KARENA BERHASIL MENGEMBANGBIAKKAN TOTY ALBA DAN CUCAK HIJAU

 

Pada Jumat siang hari, 20 September 2024, H. Bagya juga sudah membagikan pesan tertulis, yang kemudian disampaikan dan disarikan lagi di acara syukuran malam harinya. “Kita harus bersyukur sudah diberikan usia dan kesempatan yang begitu panjang. Di sisi lain juga harus bisa bercermin, mawas diri, harus mau untuk terus intropeksi dan mengevaluasi diri. Tidak perlu malu untuk mengakui kekurangan dan kesalahan yang mungkin pernah dilalui, supaya ke depan bisa memperbaiki diri dan tetap bisa memilih untuk berada di jalur yang lurus dan benar.”

Bagya tak memungkiri, selama ini yang lebih banyak mendapatkan perhatian memang kegiatan loma burung, termasuk terkait dengan peningkatan kualitas SDM, baik struktural maupun fungsional. “Berbagai kritik dan masukan, tentunya arahnya adalah supaya kita harus bisa meningkatkan kualitas SDM kita. Dengan kualitas SDM yang terus ditata dan ditingkatkan, kemudian didukung dengan regulasi yang terus mengikuti perkembangan zaman, tentu kita sangat optimis organisasi yang kita cintai ini bisa terus menyongsong dinamika zaman.”

Terkait peningkatan kualitas SDM di PBI yang disinggung H. Bagya, sebelumnya juga ditegaskan oleh Ketua Pengda Jateng-DIY Ir. H. Agus Gamping pada sambutan pembukaan di Piala Raja 2024 (8/9). “Dalam hal kualitas SDM fungsional, untuk menjadi juri di PBI misalnya, itu tidak sembarangan. Tidak bisa asal comot hanya karena dianggap mampu secara teknis, tetapi harus melalui serangkaian proses penjenjangan yang ketat dan cukup panjang.”

 

Apapun problem "bunyi" pada burung Anda, dari mulai MACET sampai hanya mau tampil angot-angotan, berikan MONCER-1, tunggu beberapa hari, langsung JOSS.

 

Seorang pejabat fungsional di PBI, harus melalui jalur diklat mulai tingkat pemula, madya, muda, hingga utama. “Dengan cara-cara dan proses yang sistematis dan panjang yang demikian pun, kami menyadari semua ini belum sempurna, namun kami semua bertekad untuk bisa memberikan yang terbaik. Salah satunya yang hari ini bisa ditunjukkan oleh rekan-rekan kita dari PBI Bantul, dari gelaran yang luar biasa istimewa ini, lomba burung dengan 5 lapangan, dengan jumlah peserta nyaris menyentuh 4 ribu burung. Ini yang pertama pasca pandemi, hanya PBI dengan dengan SDM-nya yang mumpuni baik secara kualitas maupun kuantitas yang sudah bisa melakukannya.”

Usia sudah genap 51 tahun. Dalam sambutannya, sebuah joke dan pertanyaan yang menggelitik dilontarkan pak Bambang Wisnu. “Kalau sudah 51 tahun, terus selanjutnya mau apa. Apakah bahtera yang sudah besar ini akan tetap dibiarkan berada di daratan menjadi hiasan supaya tetap aman seperti yang tertulis di poster besar itu?

PBI telah memilih jalannya untuk terus melaju bersama bahteranya, dengan penuh kesadaran bila beragam tantangan dan gelombang besar tentu akan menghadangnya setiap saat. Bukan berhenti di daratan dan memilih berada di zona nyaman. H. Bagya pun menutupnya dengan pekik kebesaran PBI, yang dijawab kompak oleh para punggawa. “PBI… Lestari… PBI Lestari … Lestari… PBI.”

 

VIDIO SYUKURAN 51 TAHUN PBI: 

 

KICAUMANIA 3 ZAMAN AGUNG DJUMINTEN, BERSAMA KICAUMANIA MILENIAL ROBERT PANTAU DKK

 

 

MANTAN PENGURUS PBI / PANITIA PIALA RAJA, DENNY "WENGGANG", HADIR MENEMUI SAHABAT LAMA SIGIT DEL, DIDAMPINGI EDY WB DAN ESNAWAN SH

 

PERWAKILAN KM LAMPUNG - SEMPATI, HADIR KE PIALA RAJA MESKI TIDAK BAWA BURUNG

 

BERPULUH TAHUN TAK HADIR KE LAPANGAN, Mr. PAUL INTAN KEMBALI KE PIALA RAJA BERSAMA Ir. RUSLI BOGOR

 

 

BROSUR PIALA WALIKOTA XI - YOGYAKARTA

KATA KUNCI: pbi 51 tahub pbi 20 september 1973 - 20 september 2024 ketum pbi h bagya rakhmadi sh mm warung solusi yogyakarta piala raja 2024

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp