DWI SAMPIT DAN MBING, NGOBROL MALAM DI KOPAS-JOGLO SOROWAJAN

SEMALAM BERSAMA DWI SAMPIT DAN MBING

Kelak, Kacer Mbagong Masih Bisa Juara

Sabtu malam, 11 Februari 2023, sejumlah tokoh kacer nasional silih berganti hadir ke kopi Kopas – Joglo, Sorowajan Yogyakarta. Yang dibahas pun tak jauh-jauh dari dunia kacer.

Kehadiran para tokoh itu, memang terkait pembentukan Kacer Mania Nusantara (KMN). Waktunya sengaja dipaskan dengan gelaran legendaris Jogja Istimewa. Terbentuknya KMN, disebut hanya butuh waktu sekitar satu pekan saja.

Salah satu obrolan yang menarik, adalah perbincangan antara Dwi Sampit dan Mbing Burisrowo tentang sejumlah kelemahann yang identik dengan kacer dan benar-benar jadi momok banyak orang, mbagong! Selama ini, mbagong dianggap sebagai nilai mati. Mau sehebat apa pun penampilan burung, misalnya di akhir penilaian kok mbagong, ya sudah, tanpa ampun berarti kena diskualifikasi.

 

SEBAGIAN PEGIAT KMN, HUJAN TETAP FIGHTER

 

Dianggap tidak ikut lomba, atau tidak bunyi, atau asal bunyi saja. Intinya, pada laga tersebut burung tidak akan kepakai. Bahkan ada sejumlah kacer mania yang gagah saat menggantang, tapi begitu mbagong, merasa malu untuk menurunkannya. Terasa sebagai hal tabu luar biasa.

Belum lagi dengan kelemahan lain yang mungkin lebih ringan, tapi tetap berpotensi membuang peluang juara, setidaknya mengurangi nilai, seperti ngeruji atau nampar, banyak bergerak, hingga nebok apalagi sambil ngosek atau sambil bunyi.

Ketika ada EO yang menerapkan pakem lomba dengan menandai atau sering disebut mencari-carai kesalahan burung, dalam perjalannya ternyata banyak diadopsi oleh EO. Siuka tidak suka, sekarang seakan sudah menjadi semacam kebenaran yang umum dan lazim.

 

BARU... TOPSONG PREMIUM, mengandung enzim alami serangga, burung lebih gacor, daya tahan lebih tinggi. Tersedia TOPSONG PREMIUM ANIS MERAHMURAI BATUHWAMEY (PREMIUM GOLD), LARK / BRANJANGANMINI PELETBEO.

Segera dapatkan di kios langganan Anda, buktikan perbedaannya.

 

Hanya sedikit EO yang mengklaim konsisten mengedepankan kualitas, dan cenderung mengabaikan kelemahan bila tidak berlebihan. Ini pun terkadang kurang bisa diterima oleh peserta.

“Burung nakal kok menang,” … “Masa kalah sama burung ngetem,” … celetukan semacam itu masih kerap terdengar, menandakan bila mereka sudah tercuci pikirannya, bila burung juara tidak boleh melakukan pelanggaran, sekecil apa pun.

Aturan menandai kelemahan burung, langsung atau tidak langsung, dianggap menjadi salah satru faktor yang membuat kelas kacer terus menurun minatnya. Tentu masih banyak faktor lainnya.

 

 

Banyak yang merasa, membunyikan kacer di lapangan saja tidak mudah. Ini sudah mau bunyi, dianggap bagus, tapi harus terbuang hanya karena nampar tak seberapa lama, atau nebok beberapa detik dan kembali lagi ke pangkringan. Hal yang tentunya bikin jengkel pemiliknya.

Keresahan-keresahan di tingkat akar rumput seperti ini, terwakili juga dalam obrolan Mbing dan Dwi Sampit di Kopas-Joglo.

Dalam sistem penilaian bloking yang sekarang lagi ngetren, beragam pelanggaran atau kelemahan burung tidak seharusnya jadi “perenggut nyawa” untuk jadi juara. “Saya sepakat dengan konsep di PBI, bila setidaknya burung punya durasi kerja 80%, dia masih berhak jadi juara, meski yang 20 persen mungkin ada nakalnya, ada jedanya. Catatannya, yang 80 % itu juga menunjukkan kualitas di atas lawan,” ujar Dwi Sampit.

 

 

Hal yang masing kerap dianggap rancu adalah, bagaimana bisa mengetahui angka 80% dengan pasti dan terukur.

“Sampai saat ini, saya kira penjurian dengan sistem blok bisa jadi solusi yang paling praktis, mudah diterapkan, dan mudah dipahami baik oleh penyelenggara, pelaku seperti team juri, dan para kicaumania yang jadi peserta. Misal ada jeda, nakal, atau kelemahan lain, bisa tahu perisis itu terjadi di menit ke berapa, berapa lama. Total persentase durasi kerja pun bisa diketahui dengan relatif akurat, bukan berdasarkan kira-kira atau perasaan saja.”

Untuk memudahkan gambaran, diasumsikan penilaian untuk G-24 dengan sistem blok, tanpa Korlap. Satu kali roling 2 menit, sehingga penilaian per blok total 8 menit, ditambah 2 menit akhir untuk banding-banding antar blok.

 

MBING, DIAPIT OPA JEFFRY DAN DWI SAMPIT

 

Nah, ketika ada kacer melanggar, atau menunjukkan kelemahan, apakah itu ngeruji, nebok sebentar, bahkan sampai mbagong, perlakuan hanya tidak dinilai saat itu. “Dianggap tidak bunyi begitu ya. Jadi, hanya mengurangi nilai dari sisi durasi saja,” ujar Mbing menimpali.

Mislanya, ada 4 juri A, B, C, dan D. Pada rolling pertama di blok 1, burung baik-baik saja, bunyi nerus, normal. Pada rolling berikut, juri B terjadilah burung mbagong. Giliran rolling ke juri C dan D, kembali baik-baik saja. Tidak ada kelemahan mendasar yang terpantau.

Juri B tentu tidak akan kasih nilai mentok. Juri A, C, dan D, harus tetap mentok. “Sistem blok sebenarnya kan tegas, ketika seorang juri sedang berada di blok 1, ya tidak tidak boleh ikut campur menilai burung yang di blok lain. Fokus hanya menilai burung yang di bloknya sendiri saja. Artinya, juri di blok A, C, dan D tidak boleh tidak kasih mentok burung yang terlihat olehnya mbagong di blok lan yang sedang dinilai oleh juri B,” tandas Dwi Sampit.

 

Burung yang sebelumnya bunyi tiba-tiba MACET dan memBISU? Berikan MONCER-1 selama beberapa hari, lihat perbedaannya dalam 5-7 hari, dijamin langsung JOSS kembali.

 

Nah tinggal baggaimana burung tersebut di 2 menit terakhir. Bila secara durasi oke, artinya burung yang mbagong itu punya durasi total setidaknya 80%, masih punya hak untuk jadi juara. Bila materi lagu juga dinilai lebiih bagus dari yang lain, juri A, C, dan D bisa mengajukan koncer A. Artinya, burung yang sempat mbagong maksimal 2 menit itu (20 %), akhirnya juara 1.

Menurut Mbing, dalam pengalamannya, sangat jarang burung kacer yang sempat mbagong itu cepat kembali ke posisi kerja. “Biasanya, kalau sudah mbagong, mau itu di awal, di tengah, akan nerus sampai selesai. Kalau pun berhenti mbagong, kerjanya biasanya sudah kendor. Tapi sebagai sebuah usulan aturan, itu sangat bagus dan penting untuk dipahami bersama-sama. Karena meski sangat jarang, hal seperti itu pernah dan bisa terjadi. Payung aturannya harus ada, jelas, dan tegas.”

 

 

Sebelum sampai pada aturan yang rinci di level operasional, KMN terlebih dahulu harus merumuskan konsep besar pakem penilaian. “Misalnya, kita harus menjelaskan ap aitu durasi, bagaimana cara mengukur dan memberikan nilai. Apa itu materi lagu, cara mengukur dan memberi nilai, bagaimana memberikan grade pada lagu. Apakah baik durasi maupun lagu itu diberi nilai numerik, misal mulai 1-10,” imbuh Dwi lagi.

Dari konsep besar itu, tambah Dwi, baru diturunkan ke yang lebih rinci, termasuk hal-hal teknis seperti bagaimana harus memberikan perlakuan pada burung yang melanggar. “Obrolan ini kan baru sebatas usulan, masih lompat-lompat juga kita bicaranya. Perlu rumusan yang sistematis dan kemudian jadi kesepakatan bersama.”

 

 

Kesepakatan bersama itu pula yang kemudian bisa kompak kumpul dan mengikuti dua kelas kacer khusus KMN tiket 1,1 juta dan 550K di Jogja Istimewa. “Kita di sini tamu, tentu ikut aturan dan pakem PBI. Yang paling penting dan jadi salah satu dasaar kita ramai-ramai datang ke sini, kita semua sepakat main apa adanya, sepakat main sportif dan fairplay, tidak boleh ada nyalip dari sisi kiri di tikungan, bahkan hadiahnya pun kita sepakat dibagi untuk bersama-sama. Kita juga mau kasih contoh lomba yang baik, gantang cepat tidak salking tunggu, duduk tertib dan manis tanpa teriak, tentu juga legowo denga napa pun hasil akhir keputusan juri. Jadi kita pesannya pun sederhana ke teman-teman PBI, silakan dinilai sesuai fakta lapangan saja dengan pakem PBI yang benar. Tidak ada kepentingan untuk mengistimewakan burung tertentu,” ujar Mbing di akhir obrolan. [seri awal topik artikel Kacer Mania Nusantara, bersambung].

 

 

DATA JUARA 20th JOGJA ISTIMEWA:

 

 

 

BROSUR PIALA ANDHANG PANGRENAN:

 

BROSUR SOLO KOTA BUDAYA:

 

BROSUR DAN AGENDA LOMBA LAINNYA, KLIK DI SINI

 

KATA KUNCI: dwi sampit mbing ops jeffry kacer mania nusantara 20th jogja istimewa

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp