H. ELVIANO DAN HERRY IP, BURUNG SUJUD-SUJUD BUKAN BERARTI HARUS JUARA

SALAH KAPRAH TREND MURAI SUJUD-SUJUD

Ini Kata Elviano, Herry IP, Agus Pia

Naiknya popularitas murai batu yang punya karakter gaya sujud-sujud, mendapatkan kritik sejumlah tokoh lawas, seperti H. Elviano, Herry IP, hingga Pia. Umumnya, murai batu yang bergaya sujud-sujud volumenya disebut sebatas level “bisik-bisik tetangga”, lirih, melangkah sedikit sudah sulit didengar.

Sesungguhnya, kegusaran H. Elviano pada burung yang sujud-sujud (tetapi kemudian meraih juara kendati volume tampak lirih), sudah lama disuarakan. Kritikan kembali diungkapkan setelah Elviano membaca artikel tetang pandangan Ir. Rusli usai menghadiri laga Masterpiece Arena Platinum (17/7).

Ada dua orang yang secara spontan langsung menyatakan setuju dengan pandangan Ir. Rusli, tak lama setelah menerima share link dan membaca artikelnya secara lengkap. Pertama  H. Elviano Cirebon, kedua adalah Om Pia dari Kediri.

 

OM AGUS PIA, BERBINCANG DENGAN YULI DAN AGUS NASA

 

“Saya sepakat dengan pandangan Ir. Rusli,” begitu Om Pia memberikan komentar, singkat tapi cukup mendalam. Saat ini, Pia mengaku masih menyimpan jago yang digadang-gadang bisa bersaing di level atas, diharapkan sudah beres mabung dan dicoba pertengahan Agustus ini.

“Kita lihat, apakah sudah siap turun di Solo Fair Factor #2 14 Agustus, atau baru berani diturunkan di Piala Walikota Yogyakarta 21 Agustus, atau mundur lagi di Masterpiece Arena goes to Solo pada 28 Agustus.”

Dalam artikel yang ditulis burungnews, Ir. Rusli menyebut, dari memperhatikan burung-burung yang dipilih menjadi juara, ada kecenderungan para juri lebih mendahulukan durasi, baru pada volume dan materi lagu.

“Saya lihat juri takut meninggalkan burung yang punya durasi bagus, barulah menambahkan unsur volume dan materi lagu. Sepertinya juri takut diprotes, diteriakin, misalnya masa burung kerja dari awal sampai akhir nyaris tanpa jeda kok ditinggal. Anda pasti sering dengar komplain semacam itu.”

 

 

Secara pribadi, Ir. Rusli masih berpegang pada pakem dasar yang lama. “Kalau saya sih, tetap volume dan materi lagu dulu, baru durasi yang ketiga, tidak dibalik durasi yang diutamakan. Selama berpegang pada pakem, juri tak perlu takut. Tapi soal bagaimana pakem (dasar) diterapkan, itu wilayahnya EO. Tentu juga bagaimana para peserta bisa menerima hal tersebut.”

Masih ada kaitan dengan pakem dasar yang disampaikan oleh Ir. Rusli, H. Elviano kembali mengungkit soal trend murai batu sujud-sujud yang sebelumnya sudah beberapa kali dikemukakan. Seringkali, kritikan H. Elviano juga dibarengi dengan kiriman vidio, supaya sama-sama bisa menguji apa pendapatnya benar atau tidak.

“Coba perhatikan baik-baik tuh vidio burung tampil sembari sujud-sujud. Di mana mewahnya burung seperti ini, di mana indahnya. Volumnya lirih, bisik-bisik tetangga, nyaris tak terdengar,” ujar H. Elviano lewat jejaring whatsapp.

Elviano coba membandingkan lagi dengan burung-burung legenda masa lalu seperti Suara Sakti milik Andy Dong Jogja, Jeritan Sakti milik Anton Yuwono Jogja, Sadewa milik Firman Purwokerto, Putra Galunggung milik Aay Mulyana Bandung, Dahlia milik Sien Ronny Surabaya, Magic milik Yungdra Pekanbaru, dan masih banyak lagi.

“Tak ada yang sujud-sujud. Padahal, dari dulu tipe burung sujud-sujud sebenarnya sudah ada. Murai yang didekatkan dengan betina, akan bersuara lirih sambil sujud-sujud, seperti merpati yang lagi bekur. Itu sebabnya burung yang sujud-sujud dulu tidak dipilih, pun burung sejak muda memang tidak dilatih atau dibiasakan tampil dengan gaya sujud-sujud. Volume dan materi lagu cenderung tidak atau kurang bongkar.”

 

 

Elviano sepakat bila jaman berubah, selalu ada perkembangan yang mengikuti. “Saya memang kicaumania produk lama, mungkin para kicaumania milenial belum lahir di dekade 90an saya sudah main burung, tetapi tetap berusaha mengikuti perkembangan dan trend yang sedang digandrungi. Ya masih rajin menonton burung-burung yang diklaim bagus, bikin heboh, dan seterusnya di kanal you tube.”

Elviano lantas menggarisbawahi, tidak menuntut burung yang bagus harus seperti era dahulu kala, sebagaimana yang ia contohkan sebagai bahan perbandingan. Dengan kata lain, seakan “menolak” perkembangan jaman.

“Saya setuju jaman it uterus berubah, niscaya diikuti pula dengan perkembangan dan trend yang bergeser. Tetapi, namanya perkembangan itu harus semakin maju dong, jangan malah mundur. Kalau trend selera mengarah pada burung sujud-sujud yang secara umum paruh tak terlihat membuka lebar, volume lirih, kurang powerfull, ya menurut saya itu kemunduran, itu salah kaprah, perlu dikembalikan pada relnya.”

 

BARU... TOPSONG PREMIUM, mengandung enzim alami serangga, burung lebih gacor, daya tahan lebih tinggi. Tersedia TOPSONG PREMIUM ANIS MERAHMURAI BATUHWAMEY (PREMIUM GOLD), LARK / BRANJANGANMINI PELETBEO.

Segera dapatkan di kios langganan Anda, buktikan perbedaannya.

 

Selain soal trend murai sujud-sujud, hal lain yang kerap dikritik oleh El adalah kecenderungan banyak EO yang mencari-cari kelemahan dan pelanggaran burung, bukan mengedepankan mencari kualitas burung.

Di Surabaya pada 31 Juli, di tengah-tengah gelaran SMM feat 76 Team, burungnews bertemu dengan salah satu tokoh murai batu lawas lainnya, Herry IP. Kepada penggagas event KMM ini, ditanyakan tanggapan dan pendapat terkait apa yang dikritik oleh Ir. Rusli dan H. Elviano.

“Kalau saya mudah saja, kembali ke pakem dasar saja. Burung juara itu mesti merujuk pada kualitas materi lagu, volume, lalu durasi. Jadi bukan soal sujud-sujud apa tidak. Burung yang sujud-sujud bagi sebagian orang mungkin lebih cepat mencuri perhatian, apalagi kalau durasinya bisa nerus, jeda sebentar saja narik lagi. Mudah diamati dari jauh tanpa perlu mendengar materi lagunya.”

 

ADA BURUNG SUJUD-SUJUD YANG VOLUME BONGKAR, MESKI TAK BANYAK

 

Ditekankan lagi oleh Herry IP, tentu hal itu seharusnya berbeda dari sudut padang juri. “Juri yang berada di dalam area penilaian, posisi lebih dekat burung, kan mesti memperhatikan dengan lebih seksama bagaima volumenya, apakah materi lagunya terdengar jelas dan merdu. Percuma dong burung durasinya panjang, tapi volumenya pelan, si juri melangkah menjauh sedikit sudah tak terdengar.”

Herry IP juga membenarkan bila belakangan ada semacam salah kaprah, burung yang sujud-sujud menjadi lumrah dianggap bagus, ada kecenderungan tidak bisa ditinggal. “Burung sujud-sujud boleh dan bisa juara, asal didukung oleh pakem dasar tadi, materi lagu, volume, dan durasi. Satu dua burung ada yang seperti itu.”

Kebanyakan, lanjut Herry IP, ya seperti apa yang dikatakan oleh H. Elviano. “Dia menyebutnya dengan istilah bisik-bisik tetangga, ha ha ha. Intinya, sujud-sujud itu kan bagian dari gaya, hanya sebagai pendukung saja, bukan hal utama yang menentukan burung akan juara atau tidak,” tutup Herry IP, pemilik lama murai batu ABG, pemenang kelas utama di SMM feat Team 76 dan meraih Toyota Innova Reborn. 

Bagaimana dengan pakem penilaian di Solo Fair Factor #2 dan banyak pertanyaan lain yang terkait dengan even ini, KLIK DI SINI [maltimbus]

 

BROSUR DAN JADWAL LEMBAH DESA FEAT BURUNGNEWS.COM, 7 AGT:

 

 

TWISTER GOLD, salah satu pakan burung yang disebut paling cocok untuk murai batu, hwamey, anis merah, kacer oleh para kicaumania yang sudah mencoba dan kemudian terus memakainya, termasuk untuk jenis burung pemakan serangga lainnya. Tersedia juga TWISTER SEAWEED, ANTI STRES, MASTER, serta TWISTER TROTOLAN untuk meloloh pemakan serangga dan TWISTER BUBUR untuk meloloh pemakan bijian.

 

BROSUR DAN JADWAL + BAGAN PENJURIAN SFF #2:

 

 

 

BROSUR DAN JADWAL PIALA WALIKOTA JOGJA FEAT ANISER’S:

 

 

BROSUR PIALA MATARAM 2:

 

BROSUR MASTERPIECE ARENA GOES TO SOLO:

 

PIALA CANDI PRAMBANAN, 11 SEPTEMBER 2022 

 

BENAR-BENAR BERHADIAH MOBIL, INGAT DI TAMAN KULINER JOGJA DENGAN SISTEM AJUAN TERBUKA 

 

 

KATA KUNCI: h. elviano h. elviano cirebon herry ip murai batu sujud-sujud salah kaprah murai batu sujud-sujud volume lirih volume bisik-bisik tetangga murai batu durasi penilaian burung makin ngawur agus pia kediri

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp