AGUS BLACK JAZZ DAN SENO SLANK DI ROAD SHOW RPM FEAT ASHA SOLO

ROAD SHOW RPM FEAT ASHA, #3

Meski Tidak Ada “Orang Hebat”, RPM Tetap Bisa Terbang Tinggi

Agus Black Jazz, adalah salah satu kicaumania 3 zaman asal Ponorogo. Namanya dikenal luas karena pernah memiliki kacer legendaris bernama Black Jazz, lalu melekat di belakang namanya. Agus jadi salah satu member yang hadir ke Road Show RPM Feat Asha Solo.

Sebagai salah satu kicaumania senior di Ponorogo, sudah barang tentu Agus juga dilibatkan sejak awal dalam pertemuan ketika RPM hendak dibentuk hingga akhirnya disepakati untuk berdiri. “Saya kira kunci dari keberhasilan RPM ini karena kita semua, termasuk para akar rumput yang jumlahnya cukup banyak di Ponorogo dan sekitarnya, sejak awal sudah dikumpulkan, didengarkan apa maunya, dilibatkan, lalu ada semacam kontrak atau kesepakatan, dan kemudian menjadi ‘pemilik’ RPM. Jadi bukan karena ada satu dua orang hebat yang bersepakat membangun EO.”

Semua yang memiliki atau menyukai murai batu memang dikumpulkan. Tidak dipilih dan dipilah, misalnya kelompok yang mapan secara ekonomi saja. “Semuanya ditanya penginnya bagaimana, maunya seperti apa, itulah yang kemudian diterjemahkan dalam visi misi, lalu dijalankan dalam kegiatan-kegiatan hingga seperti sekarang ini.”

 

PANITIA ROAD SHOW RPM FEAT ASHA SOLO BERSAMA TEAM JURI RPM (dok. RPM MEDIA)

 

Pak Seno Slank yang dipilih dan dipercaya memegang tali komando, kemudian menjalankannya dengan cara yang baik dan normal. “Normal itu artinya tidak perlu langkah yang aneh-aneh, biasa saja tapi tetap berjalan, berproses, dan pada treknya. Luwes tapi bila diperlukan juga bisa tegas, tidak ada niat dan kepentingan atau agenda tersembunyi. Bersama dengan team, om Slank menjalankan RPM dengan hati yang gembira, tanpa misi pribadi dan hal-hal yang miring-miring lainya. Dalam bahasa singkat, sejauh ini om Slank mengendarai RPM dengan baik, amanah, dan jelas arah tujuan yang hendak dicapai.”

Beberapa kesepakatan awal, seperti memilih team juri, menentukan pakem dan teknis penjurian, membuat sangkar seragam, kemudian membuat lomba-lomba (uji coba). Gelarannya pada tahap-tahap awal dengan tiket terjangkau, 50an ribu perak saja.

Peserta boleh duduk sangat dekat dengan burung, sehingga bisa ikut menyaksikan dan memantau semua burung dengan jelas, nyaris sama baiknya dengan yang terpantau oleh team juri. Secara teknis, ini sama saja jadi pengawas masal. Tentu kesepakatannya harus tertib, juga harus legowo apa pun hasil keputusan team juri.

 

TOPSONG dengan bangga memperkenalkan TOPSONG PREMIUM kemasan baru dengan botol, dengan tambahan pengaman. Infomasi, hubungi 0813.2941.0510.

 

“Dengan peserta melihat dari jarak sangat dekat, maka perfoma dan kualitas juri, baik secara kecakapan atau kemampuan, mental, dan integritas, memang benar-benar diuji. Akan terlihat mana juri yang bagus, mana yang kurang, lalu mana yang direkomendasikan untuk menjadi juri tetap RPM. Kira-kira seperti itu langkah awal yang dijalankan oleh om Slank dan team dengan cukup baik.”

Menurut Agus, terkait penjurian, salah satu kunci dalam menata kecakapan teknis, mendekatkan persepsi tentang burung bagus dan layak juara, hingga mentalitas dan integritas juri adalah Bambang Dewa. “Saya melihat, secara kemampuan teknis dan mentalitas juri RPM itu dicangkok dari diri Bambang Dewa yang juga sudah dilibatkan sejak awal berdirinya RPM.”

Salah satu nilai lebih yang ikut membuat RPM bisa berkembang dengan sangat baik, yaitu mentalitas para peserta atau para membernya. Boleh jadi, itu juga cerminan dari Ponorogo sebagai kota budaya, sehingga para kicaumanianya pun bisa membudayakan lomba yang santun, bersih, sportif, dan kondusif.

 

AGUS BLACK JAZZ SEDANG MEMANTAU BURUNG DI SONDOKORO (dok. RPM MEDIA)

 

“Setiap mengikuti lomba RPM dari tingkat rutin hingga reguler ya situasinya seperti yang terjadi hari ini, seperti yang Anda lihat dan rasakan sendiri. Semua santai, menikmati jalannya lomba. Mungkin satu dua ada yang nyeletuk tapi masih dalam batas sangat wajar dan jauh dari kesan mengganggu, tidak terlihat wajah-wajah tegang dan emosi kan. Itu harus diakui salah satu sisi yang membuat saya pribadi juga sangat menikmati event-event RPM, menjadi magnet yang kuat untuk ingih selalu datang, bahkan ketika burung tidak siap pun tetap ingin datang sekadar nonton dan menikmati jalannya lomba. Ketika burung kalah seperti hari ini pun kita tetap merasa senang dan nyaman, tidak ada rasa kecewa dan semacamnya.”

Agus lantas menyebut, di luar RPM ada cukup banyak EO atau gantangan yang dibuat oleh tokoh atau beberapa tokoh yang nota bene orang-orang hebat, apakah secara pengetahuan terkait burung, pengalaman, popularitas, juga secara ekonomi. Mereka merasa memahami kebutuhan para kicaumania lalu merumuskannya dalam berbagai program event.

“Benar para tokoh itu saya kira memang cukup paham yang dibutuhkan oleh para pelomba, kicaumania. Tapi hal yang akan sulit didapatkan mereka seperti halnya di RPM, rasa memiliki dan loyalitas yang sangat luar biasa dari para kicaumania.”

 

Apapun problem "bunyi" pada burung Anda, dari mulai MACET sampai hanya mau tampil angot-angotan, berikan MONCER-1, tunggu beberapa hari, langsung JOSS.

 

Di sisi lain, EO yang didirikan oleh segelintir tokoh atau elit kicaumania itu, seringkali juga punya agenda tersendiri yang berbeda dengan para kicaumania pada umumnya. Itulah yang menurut Agus akan jadi ganjalan bagi berkembangnya EO tersebut. Sebagian secara terang-terang juga punya motif ekonomi baik langsung atau tidak langsung.

“Maka bisa dilihat, setiap kali bikin event, seakan itu publikasi dan promo eventnya mulai lagi dari nol lagi, event-event yang sudah berjalan tidak dijadikan pijakan, tidak jadi modal untuk kesetiaan atau loyalitas kepada EO tersebut. Pada kelas-kelas tertentu juga masih tertatih-tatih memenuhi kuota peserta. Maka, sebagai orang Ponorogo, kami bangga ada RPM yang bisa diandalkan, dan kini penggemarnya juga terus meluas ke luar daerah. Insya Allah bersama RPM, kami bisa berbuat lebih, dari Ponorogo untuk Indonesia.”

Tentu saja, kita maklum dan memahami, apa yang disebut oleh Agus Black Jazz bila di RPM tidak ada “orang hebat”, adalah bagian dari nilai-nilai budaya Ponorogo yang mencoba untuk selalu rendah hati. Kita paham, orang seperti Seno Slank, Agus Black Jazz, Bambang Dewa, adalah tokoh yang begitu disegani oleh semua kalangan kicaumania. Mereka adalah orang-orang hebat, bukan hanya aset Ponorogo atau Jawa Timur, tapi juga milik kicau mania Indonesia. [maltimbus]

 

BREAKING NEWS! Piala Walikota XI Yogyakarta pindah lokasi ke gantangan JATAYU STADIUM, Komplek Purawisata Jalan Brigjen Katamso.

 

BROSUR ANNIVERSARY PRASASTI - MALANG

 

BROSUR SMM FEAT H. JUI

 

BROSUR PIALA MASTERPIECE ARENA 2

 

 

KATA KUNCI: agus black jazz seno slank rpm asha solo road show rpm feat asha solo slank ponorogo

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp