TEAM JURI MAHADEWI INDONESIA. DARI KIRI: INTAN (DEPOK), MEY MEY (JKT), RIKA (KARAWANG), RERE (MC), F

LOMBA JURINYA FULL PEREMPUAN CANTIK “MAHADEWI”

Ini Serius, Bukan Sekadar Beda dan Gimik, Apalagi Lagi Lucu-Lucuan

Jumat, 27 Desember 2024 - PROFIL

Minggu 22 Desember, bertepatan dengan hari ibu arau mother day’s, ada event yang unik di HLS Jakarta. Event yang semua jurinya perempuan muda dan cantik. Banyak yang mengapresiasi sebagai sebuah gebrakan, tak sedikit yang nyinyir dan menganggap gimik semata.

Pro dan kontra itu, sebenarnya sah-sah saja. Lomba dengan semua juri wanita, sesungguhnya bukan yang pertama. Yang membedakan, sebelumnya-sebelumnya mungkin benar sekadar tampil beda, terkesan asal rekrut para juri wanita tanpa proses seleksi kompetensi, atau beberapa event bahkan kentara sekali sekadar buat lucu-lucuan.

Sementara yang terjadi di HLS pada Minggu kemarin, benar-benar dilakukan dengan serius. Abah Imam, kicaumania perantauan asal Surabaya yang kini mukim di Jakarta, memang ingin beda dari yang sudah ada.

MANAJEMEN CV MAHADEWI INDONESIA SATU. DARI KIRI: ALI AGUNG, FITRI (PENGAWAS JURI), ABAH IMAM (OWNER), RERE (MC), ALFIAN GIRI (SEKJEN), EKO GENTONG (PENGAWAS)

“Bahwa ingin beda, saya tidak mengelak. Bahkan team juri dari para laki-laki pun ingin ada pembeda dengan yang lain. Merekrut para juri yang semuanya perempuan, memang salah satu pebeda, tapi bukan asal beda.”

Bentuk keseriusan yang Abah Imam, sudah dilakukan sejak mencari dan menyeleksi juri perempuan dari seluruh tanah air yang benar-benar kompeten, punya pemahamanan dan keahlian dalam menjuri burung. “Pengalaman minimal 5 tahun, umur maksimal 30 tahun dengan penampilan menarik tentu saja.”

Setelah proses seleksi dilakukan, Abah Imam pun melanjutkan langkah seriusnya, dengan membentuk perkumpulan yang legal dan terdaftar  secara hukum. “Kami telah membentuk CV. Mahadewi Indonesia Satu dan sudah remsi terdaftar sejak 19 Desember 2024 di Kemenhum,” terang Abah Imam.

Meski sudah punya pengalaman dengan jam terbang yang lebih dari cukup, juga kemampuan dan kecakapan teknis menjuri, namun serangkaian pelatihan, lalu diskusi yang panjang untuk penyamaan persepsi, terlebih dahulu sebelum mereka benar-benar diterjukan di arena yang sebenarnya.

“Dengan demikian, kami berani mengatakan bila ini adalah proyek yang serius dan berkelanjutan, pasti berbeda dengan yang mirip-mirip sebelumnya. Beda tapi tidak adal beda, juga bukan sekadar gimik,” tandasnya.

Abah Imam punya harapan besar, skuad juri Mahadewi akan dikenal luas bukan karena sekadar parasnya yang cantik menawan, tapi lebih karena punya kompetensi yang memadai, mengerti pakem burung yang layak juara seperti apa, punya mental yang kuat supaya tetap teguh ketika bertugas yang seringkali memang tak bisa lepas dari tekanan. “Sebab sejak proses rekrutmen, kami juga pantau track record sebelumnya, jadi paras menawan itu hanya sebagai penunjang, yang pertama dan utama itu ya kemampuannya.”

MAHADEWI SUDAH LEGAL, TERCATAT DI KEMENTRIAN HUKUM

Sebagai sebuah perkumpulan yang sah secara legal, Mahadewi diklaim yang pertama di dunia. “Harapannya, hobi yang kebanyakan pelakunya kaum adam ini bisa dikemas menjadi sebuah entertain yang oke, hobi burung berkicau akan lebih dikenal luas oleh masyarakat, penggemar terus bertambah, potensi yang besar dari kicaumania pun akan semakin bisa dirasakan oleh masyarakat luas,” imbuhnya.

Tentu saja, kita semua bisa memahami, bila ada (banyak) juri perempuan yang punya kemampuan baik dalam menilai burung, pada saat yang sama juga good looking alias enak dilihat, memang akan menjadi daya tarik sebuah gantangan. Kalau bisa, kehadirannya juga bisa memberikan energi positif bagi gantangan dan membuat para kicaumania tertarik untuk datang.

Begitulah yang kemudian sudah berjalan di Highland Stadium, bertepatan dengan hari ibu atau Mother’s Day, Minggu 22 Desember 2024. Para juri Mahadewi bisa menunaikan tugas menyelesaikan 18 kelas. Sebagai daya tarik tambahan, panitia juga menyediakan banjir doorprise, termasuk sembako, yang diundi di setiap sesi.

Secara umum, lomba berjalan lancar dan kondusif. SebagaImama jamak terjadi pada banyak lomba yang lain, banyak yang mengaku senang dan puas, kalau pun masih ada kekurangan masih dalam batas wajar dan bisa dimaklumi. Begitu pun bagi yang mengeluh, merasa burung kurang terpantau maksimal sehingga hasilnya belum sesuai yang diharapkan.

Setelah brosur tersebar, kemudiah lomba terlaksana dan laporannya juga tersebar luas, yang kemudian lebih heboh adalah para netizen yang kebanyakan tidak hadir secara langsung. Banyak yang mendukung dan mengapresiasi, menganggap ini adalah sebuah gebrakan dan inovasi yang layak didukung, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

RIKI PENDRI, PESERTA DARI LAMPUNG

“Jangan kendor juri juri wanita, tunjukkan bahwa wanita mampu menjadi juri yang fair play,” ujar Dian Toto, salah satu tokoh lawas kicaumania yang pernah menjadi pengurus sejumlah EO besar, juga pernah punya/mendirikan EO.

Tak sedikit pula komentar yang miring, nyinyir, bahkan menghujat. “Suruh jadi pemain burung dulu juri ceweknya, biar dia tahu bagaImama rasanya ngurus burung, nyeting burung, ngondisiin burung mau lomba, nabung dulu buat beli tiket. Kalau cuma sekadar kursus dan modal muka cantik doang, emang ini mau nilai anak sekolah apa. Makanya kalau juri yang rata-ra eks pemain, pasti lebih dihargai di lapangan. Fakta,“ ujar akun Aldi Rinaldi.

Abah Imam menanggapi positif semua itu. “Kalau kita membuat sesuatu yang baru, bahkan setiap kali melakukan kegiatan, pastinya ada pro dan kontra. Kita sudah sadar sejak awal dan tentunya juga siap dengan itu semua. Misal soal keputusan koncer yang tidak memuaskan sebagian peserta, di lomba lain  pun sering terjadi. Namun masukan itu tentu kami hargai, kami pasti akan menindaklanjuti dan evaluasi secara terus menerus. Insya Allah makin ke depan bakal semakin baik.”

Abah Imam pun mengucapkan terimakasih atas kehadiran para kicaumania, juga atas perhatian yang luar biasa dari mereka termasuk yang belum bisa hadir secara langsung. “Meski tidak hadir, kalau memberikan perhatian apa pun bentuknya, apakah itu apresiasi atau nyinyiran dan hujatan sekali pun, itu kami anggap suatu bentuk kecintaan.”

Nyatanya, Abah Imam mengaku begitu banyak permintaan untuk menggelar event bersama Mahadewi. “Untuk bulan depan sudah banyak permintaan, ada yang untuk mempromosikan gantangan baru, dalam rangka anniversary, juga buat mem-branding tokoh kicaumania.”

PESERTA ASAL CIREBON

Abah Imam kemudian memberikan catatan. Menurutnya, menjadi juri (apakah laki atau perempuan) itu seperti artis, suatu saat bisa tidak laku. “Sebabnya beragam, bisa karena tren burung kicauan tidak ramai lagi, sudah tua dan menurun, atau karena tidak mengasah kemampuan ilmu penjurian yang terus berkembang dari waktu ke waktu.”

Mahadewi Indonesia juga sudah menerapkan pakem dan sistem "kekinian", dengan ajuan terbuka, tanpa korlap, tanpa koordinasi. Setelah nominasi ditentukan, para juri terlebih dahulu harus menuliskan ajuan koncer A/B, kemudian ditunjukkan kepada peserta/penonton, sebelum menusuk koncer.

"Artinya, skil para juri perempuan itu juga dituntut harus sama dengan juri laki-laki, sehingga juga harus berani memilih dan memutuskan sendiri burung mana yang layak diajukan nominasi hingga diajukan koncer. Sekali lagi, ini bukan asal beda, bukan lucu-lucuan, kami ingin memberikan 'rasa beda' dengan  tetap mengedepankan kualitas," tegas Abah Imam. [maltimbus] 

VIDIO PENDEK EVENT MAHADEWI INDONESIA, KLIK DI SINI

BROSUR MASTERPIECE HAPPY NEW YEARS

BROSUR MASTERPIECE GOES TO VIKING ARENA, 29 DESEMBER

GANTANGAN MODERN DENGAN FASILITAS PENDUKUNG PALING LENGKAP HADIR DI YOGYAKARTA, IKUTI SOFT LAUNCHING 5 JANUARI

MUSTHOFA AWARD JILID 3, 5 JANUARI DI YOGYAKARTA

BROSUR JAYAKARTA CUP, 19 JANUARI 2024

KATA KUNCI: mahadewi indonesia cv mahadewi indonesia satu highland stadium abah imam gus imam kemampuan juri perempuan sama dengan juri laki-laki