LAUNCHING BIC BOYOLALI

LAUNCHING BIC BOYOLALI

Perkenalkan Penilaian Love Bird Digital, Bisa Dipantau Live dari Rumah

Bonafide Indonesia Community (BIC) terus melebarkan sayapnya. Pada 18 Agustus 2019, bakal melaunching cabang atau gantangan baru di Boyolali, tepatnya di GSB atau Slembi Berkicau. Love birdnya bakal dinilai pakai Tab, lebih presisi hitungan durasinya.

Menilai burung dengan memanfaatkan teknologi informasi sesungguhnya bukan baru-baru sekali. Pelopornya bisa dibilang Sapuregel Cilacap, meskipun baru sebatas menghitung rekap nilai dari juri. Hanya korlap yang memegang Tab, lalu di akhir penilaian dia akan mengentri pilihan juri, dari juara 1-10. Setelah semua dimasukkan, tinggal tekan ENTER, hasil juara 1-10 dalam sekejap akan muncul.

 

 

TAMPAK DEPAN, TAB PENILAIAN LB DI BIC

 

Bila yang kita bicarakan adalah menilai love bird dengan memanfaatkan IT, lalu tiap juri memegang Tab untuk menandai burung yang dinilai, kapan mulai bunyi dan kapan berakhir bunyi, Ronggolawe Nusantara sudah memulainya. Di blok tengah, itu pernah dilakukan di Piala Candi Borobudur, kemudian di Piala Canting 3, 2 tahun lalu.

Di event lokal Cirebon-Indramayu, gantangan Ronggolawe masih memakainya secara rutin. Namun, di event-event besar, Ronggolawe sudah tidak menggunakannya lagi. Di Jombang, juga pernah diuji coba menggunakan sistem sensor, jadi bukan lagi juri yang menilai. Sayang, meskipun hasilnya disambut antusias, namun tidak dilanjutkan dengan alasan untuk menerapkan aplikasi ini, biayanya mahal.

 

Biar performa burung lebih gacor, stabil dan bertenaga, di-quattrick aja... Hubungi nomor yang ada di baner berikut untuk mendapatkan produk QUATTRICK yang asli, atau melalui Bukalapak atau Tokopedia.

 

Bagaimana dengan sistem IT yang dipakai oleh BIC? Konsepnya hampir sama, hanya saja karena ini lebih baru, tentunya dilengkapi beberapa fitur yang lebih up to date. “Kami tak hanya menilai durasi saja, juga bisa membedakan yang volume standar dan volume kasar. Kalau memang volumenya terdengar keras atau kasar, itu bisa dipilih juri, dan poinnya tentu lebih tinggi,” jelas Susilo, yang dipercaya memegang kendali BIC Boyolali.

Kelebihan lain, penilaian BIC ini juga bisa diakses dari luar gantangan secara live. “Misalnya, kalau si pemilik berhalangan hadir, hanya mengutus jokinya saja. Bisa dipantau kok hasil penilaian juri, dengan membuka aplikasinya. Langsung ketahuan kinerja burungnya dengan melihat pergerakan poin atau durasi yang dinilai oleh juri,” imbuhnya.

 

[IKLAN-SISIPAN]

 

Secara di atas kertas, cara ini semestinya lebih presisi dalam menghitung durasi. Tentu saja, tetap ada kelemahan baik yang sifatnya teknis maupun manusiawi. Teknis, biasanya terkait kelancaran sinyal. Kalau pas lambat, ya bisa mempengaruhi kinerja sistem.

Yang bersifat manusiawi, misalnya kapan juri harus menekan tombol START/MULAI dan END/BERAKHIR, karena itu dalam kendali tangan juri. Nah, namanya tangan manusia, bisa saja terlambat beberapa detik baik saat menekan START/MULAI, atau END/BERAKHIR.

Belum lagi dengan masalah persepsi antara juri yang satu dengan lainnya, apalah sudah mendekati sama? Misalnya, kapan bunyi love bird sudah bisa mulai dihitung, dan kapan masih ngetik/ngeplong sehingga belum saatnya dihitung. Bagaimana bila dalam satu blok ada beberapa burung sekaligus yang ngekek bersamaan, apakah fokusnya tetap bisa terjaga dan perhatiannya pada tiap burung yang sedang bunyi tidak buyar?

 

SISTEM BIC, LOLOS UJI DI GSB BOYOLALI

 

Lepas dari kelemahan baik yang sifatnya teknis maupun manusiawi di atas, upaya inovasi yang dilakukan oleh BIC ini tentu saja perlu diapresiasi dan dihargai. Beragam kelemahan yang masih melekat, jangan sampai menghalangi upaya inovasi.

“Di gantangan-gantangan BIC lain yang sudah lebih dulu ada, juga sudah berulang kali dipakai, dengan kata lain, sudah cukup teruji. Di Boyolali pun sudah beberapa kali kita uji coba, hasilnya juga baik-baik saja. Makanya kita sudah berani menerapkannya besuk pas Launching, yang evennya kita satukan dengan Anniversary Sogok Ontong (PSI),” imbuh Susilo lagi.

BIC (Bonafide Indonesia Community) adalah EO yang didirikan oleh Dr. H. Lukman Hakim, MSi. Sekarang, beliau menjabat sebagai Direktur LPPOM Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi Umat MUI. Beliau juga bekerja di bidang Sertifikasi Halal sejak tahun 1993.

 

H LUKMAN DAN PUNGGAWA BIC

 

Di dunia kicaumania, Haji Lukman awalnya menyukai murai batu, kemudian fokus mengembangkan breeding yang diberinya nama Kaffa Bird Farm (KBF), hingga muncul ide penilaian dengan metode digital, lalu terbentuklah organisasi BIC. BIC berpusat di Bogor, saat ini diketuai oleh Bapak Hidayat, dengan pak Haji Lukman menjadi owner sekaligus Pembina.

H. Lukman dikenal sebagai penggagas event Piala Presiden Jokowi, yang gelaran perdananya dihadiri langsung oleh Presiden Jokowi di komplek Kebun Raya Bogor bersama BnR Indonesia. Gelaran kedua bersama Ronggolawe Nusantara digelar di kawasan Sentul, juga masih di Kabupaten Bogor.

 

BROSUR LAUNCHING BIC BOYOLALI, KLIK DI SINI

KATA KUNCI: bonafide indonesia community launching bic boyolali sistem penilaian digital h lukman gantangan slembi berkicau gsb

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp