AMONG KURNIA EBO

Jalan-jalan bareng BurungNews

Murah Meriah, Menginap di Kawasan Muslim Manila

Pernah ke Pilipina? Sering ada tiket promo dari Philipnes Airlines ke Manila. Kenapa tidak mencoba?

Ketika Philipines Airlines mengobral tiket promo yang dibanderol hanya Rp 900 ribu PP Jakarta-Manila, tanpa mikir panjang, kami berdua langsung nekat mengeksekusi tiketnya. Maka dimulailah petualangan untuk jalan-jalan ke negeri Ferdinand Marcos itu.

Tidak ada bayangan apapun tentang Pilipina sebelumnya. Satu-satunya cara adalah surfing di dunia maya. Ketemulah kawasan Qiapo, tempat di mana komunitas muslim bermukim. Ya sudah, kita pastikan setelah mendarat kita akan ke sana saja. Dan cara termudah adalah keluar bandara Manila langsung cari taksi dan minta diantar langsung ke Masjid Qiapo, yang ternyata tak terlalu jauh, hanya sekitar setengah jam perjalanan.

 

[adop_konten]

 

MAKAN ALA PRASMANAN

 

Sampai di Qiapo di dekat masjid ternyata banyak sekali hotel dan penginapan. Ternyata ini kawasan strategis. Dekat dengan salah satu pasar utama di kawasan Manila. Pantas ramai dan banyak hotel.

Dan pilihan kita jatuh di hotel 99. Jaraknya sekitar 300 meter dari masjid Jamik Qiapo. Dan mulailah kita menemukan hal yang unik di sini.

Hampir semua hotel di dunia yang kita datangi saat traveling berlaku rumus masuknya jam 13.00 keluar jam 11.00. Tapi, hotel ini unik, hotel ini memberlakukan jam nginap dimulai dari jam masuk tamu. Kalau hotel-hotel lain selalu punya jadwal check in jam 13.00 dan check out jam 11.00, tidak demikian dengan hotel 99 ini. Kita datang jam berapa dari jam itulah kita dihitung check innya.

 

Hindari PENYITAAN atau SANKSI hukum lainnya

Daftarkan CUCAK HIJAU dan burung dilindungi lainnya. Lihat syarat, cara, dan di mana mengurusnya, KLIK DI SINI.

 

Sudah tentu, itu sangat menguntungkan kita, karena bisa masuk fleksibel menyesuaikan dengan jam datang dan jam terbang pesawat. Awalnya  kita sengaja duduk-duduk dulu sekitar sejam di lobby hotel, sambil melepaskan penat. Sambil fesbukan, tentu saja. Setelah resepsionis agak sepi tamu, kita datang ke meja chek in.  Barulah kita diterangkan bahwa durasi menginap dihitung dari jam masuk.

Saya nggak tau ada nggak hotel yang jamnya terserah tamunya seperti ini di tempat lain. Tapi ini tentu menguntungkan tamu. Karena bisa memilih secara fleksibel jam menginapnya.

Sore ini kita ingin menikmati suasana kota yang terdekatnya. Jatuhnya di old town. Kota tua. Ada katedral tua di kawasan ini. Ada benteng-benteng tua. Ada mural-mural juga. Ada gang-gang sempit yang asik. Ke kawasan kota lama ini kami naik jeepney yang menempuh waktu sekitar setengah jam perjalanan saja.

 

 

Malam kami balik  ke hotel. Lantas kami jalan ke arah masjid, dengan asumsi akan ketemu banyak restoran halal. Dan memang benar di sepanjang kanan kiri masjid banyak sekali ditemukan warung muslim.

Kami mencari rumah makan yang ideal, yang makanannya cocok, tempatnya longgar, dan tentu saja bisa udud di dalamnya.

Setelah ketemu di gang kedua sebelah masjid, saya langsung memilih sayur asem ikan bandeng dan teh panas. Sementara Tony Hardiyanto mengambil menu ayam goreng dan sambel penyetan kesukaannya. Kita lahap menu itu dengan sangat antusias. Rasanya hampir sama dengan penyetan Lamongan di Indonesia. Sambelnya maknyuss. Dan yang penting nasinya pulen.

 

 

 

Tahu sendiri kan, orang Indonesia ini kalau belum ketemu nasi artinya belum makan. Jadi ketemu warung muslim ini sama artinya menemukan makanan yang cocok dengan lidah.

Maka, begitu ada asem-asem bandeng, ikan kuthuk goreng, penyetan sambel dan ayam goreng, semua langsung dihap. Mumpung bisa ketemu yang bisa menggoyang lidah. Dan harganya pun tak mahal, kurang lebih sama dengan di Indonesia.

Jam 22.00 selesai sudah agenda makan dan nongkrong super kenyang kami. Nikmat banget rasanya. Sebutir nasi pun tak bersisa. Kemana selanjutnya? Waktu pulang lewat gang sebelahnya, nah ketemu pedagang durian. Nah, kita akhirnya berhenti dan mencobanya. Sebutir buat berdua. Enak juga. Harganya juga standar saja. Sekitar 100 ribuan. Ya tak apalah untuk mengobati rasa penasaran kita soal durian Manila. Rasanya sama.

 

Jangan sampai ketinggalan sama yang lain. Segera dapatkan TWISTER di kios-kios terdekat. Coba dan buktikan kualitasnya, dan berikan respon melalui hotline 08112663908.

 

Sehabis makan durian, teman saya balik ke hotel. Saya mau lurus menuju masjid Golden Quiapo. Penasaran. Masjid gelap. Tapi yang penting tahu jalannya. Sehabis itu langsung balik hotel sambil niat besok mau nyoba sholat subuh di sini. Pengen tahu suasananya.

Sebelum tidur alarm saya nyalakan. Tepat jam 04.15 bangun dan langsung jalan ke masjid. Tak lama adzan dikumandangkan seorang muadzin. Yang lagi tidur-tiduran segera bangun. Saya juga langsung menuju ke belakang menuju tempat wudlu.

Tempat wudlu ternyata bersatu dengan ruangan takmir masjid. Ada ruang besar di dalam. Dan ternyata banyak juga jamaah yang lagi berkumpul di dalam.

 

 

Jam 04.25 sholat subuh dimulai. Dipimpin langsung imam besar masjid Golden Quiapo. Jamaah membludak sampai belakang. Mungkin sekitar 100-200 orang yang ikut berjamaah Subuh pagi ini. Cepat sekali manusia berdatangan. Tapi wajar sih, kan komunitas muslim memang terkonsentrasi tak jauh dari seputaran masjid.

Setelah sholat Subuh, ada pengumuman bahwa akan ada majlis taklim sampai menjelang Fajar. Bagi yang ingin mengikutinya dipersilahkan maju ke depan. Tentu saja, pemgumuman disampaikam dalam Bahasa Tagalog.

Yang agak mengagetkan ternyata yang akan mengisi kajian adalah jamaah dari Indonesia. Dari rombongan Jamaah Tabligh. Yang maju ke depan adalah Indra Syaifullah dari Medan. Didampingi seorang penerjemah.

 

 

Ikut menyertainya ada yang berasal dari Bogor, Bandung, dan Jakarta. Ada tujuh orang rombongan Jamaah Tabligh yang sedang menjalannkan misi dakwahnya ke Manila. Tapi ini bukan yang pertama. Sudah sering, katanya.

Jam enam tepat, kajian selesai. Saya pun balik ke hotel setelah saling bersalaman dan saling mendoakan dengan jamaah yang lain.

Teringat di kepala saya. Kunci sukses hidup ini ada empat kata sang Ustad: takwa, tawakal, tawadhu, dan taklim. Mengamalkan keempatnya akan bikin hidup jadi mudah dan lebih berkah.

 

Yang di desa, di kota. Yang ikut lomba atau sekadar didengar suaranya di rumah. Dari generasi ke generasi sudah memakai TOPSONG.

 

Alhamdulillah, bisa Subuhan di negeri orang lagi. Bisa merasakan nikmatnya indah bersama kelompok minoritas. Ya, karena di Philipina ini lebih dari 90% warganya adalah penganut Katolik Rhoma.

Sungguh perjalanan iseng ke Pilipina ini penuh kejutan. Dapat tiket promo supermurah. Ketemu kawasan yang cocok dengan selera lidah orang Indonesia. Dan yang penting, ketika kita malam-malam keliling tengah kota kondisinya persis di Indonesia:  gelandangan dan bau pesing di mana-mana.

Benar-benar amazing! Perjalanan tanpa rencana yang banyak menemukan hal tak terduga. Silakan dicoba. Apalagi tiket promo banyak berseliweran ditawarkan di medsos kita.* Among Kurnia Ebo, traveler, kontributor tetap BurungNews.com.

AGENDA LOMBA, KLIK DI SINI

 

 

KATA KUNCI: jalan-jalan bareng burungnews manila

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp