FATKUR ROKIM, HASIL KERAJINAN SANGKARNYA SELALU TERSERAP PASAR

FATKUR ROKHIM, DISABILITAS TANPA KEDUA KAKI ASAL GRESIK

Kerajinan Sangkar Burungnya Mampu Hidupi Anak dan Istri, Ikuti Tren Biar Tidak Ketinggalan

Kecelakaan di jalan raya pada 2014 itu membuat kedua kaki Fathur Rokhim (34) terjepit hingga akhirnya harus diamputasi. Kehilangan kedua kaki sempat membuat ayah dua orang anak ini binggung harus bekerja apa, hingga akhirnya membuat kerajinan sangkar burung menjadi pilihan hidupnya.

Fatkur Rokhim yang tinggal di Desa Bulangkulon, Kecamatan Bejeng, Kabupaten Gresik, sebelum kehilangan kedua kakinya adalah seorang kodektur bus antar kota. Suatu saat di tahun 2014, bus yang ditumpangi Fathur Rohkim bersama penumpang yang lain mengalami kecelakaan di Jalan Raya Klaten, Jawa Tengah.

 

 

FATKUR ROKHIM SAAT MENERIMA BANTUAN BOR DARI SUGENG KAKI PALSU

 

Peristiwa 6 tahun yang silam itu tidak begitu diingat Fathur Rokhim secara detail. Hanya saja seingatnya, selain dirinya korban yang lain juga banyak. Namun, berapa yang meninggal dan terluka, Fatkur Rokhim tidak ingat secara rinci.

“Kecelakaan itu membuat kedua kaki saya terjepit dan mengalami luka yang cukup parah. Karena tidak bisa ditolong lagi, waktu di rumah sakit sebelah kaki terpaksa diamputasi,” kisah Fatkur saat bertemu dengan Burungnews.com di Markaz Pembuatan Kaki Palsu milik Sugeng Siswoyudono, di daerah Mojosari, Mojokerto.

 

Hari gini belum pakai TWISTER? Segera merapat di kios-kios / agen terdekat, bila belum ada mintalah untuk menyediakan, biar Anda dan para kicau mania lainnya lebih mudah mendapatkannya. Coba dan buktikan kualitasnya, dan berikan respon melalui hotline 08112663908.

 

Waktu itu, Fathur sedang mendapatkan bantuan mesin bor dari Mirtha Production untuk memudahkan usahanya dalam membuat kerajinan sangkar burung.  Saat kecelakaan terjadi, Fatkur mengaku sudah mempunyai istri dan anak.

Fathur menceritakan jika setelah kaki satunya diamputasi, kaki yang sebelahnya justru mengalami infeksi hingga membusuk dan akhirnya tidak ada pilihan lain kecuali diamputasi juga.

 

GAMBAR-GAMBAR YANG RUMIT AGAK MAHAL

 

Setelah kedua kakinya diamputasi, lelaki kelahiran 1987, mengaku binggung apa yang harus dilakukan tanpa kedua kaki. “Tak menunggu waktu lama, mungkin karena saya masih muda dan tidak ada bawaan penyakit lain, luka akibat amputasi cepat mongering. Tapi, saya justru binggung mau kerja apa saya tanpa kedua kaki,” kisah Fatkur.

Sekitar 6 bulan setelah kakinya diamputasi, Fatkur akhirnya menjatuhkan pilihannya untuk menjadi perajin sangkar burung. Pilihan itu dilakukan Fatkur sebab ia berkeyakinan sangkar burung selalu dibutuhkan sebab orang yang hobi burung tidak pernah hilang. Pertimbangan lain bahan-bahan untuk membuat sangkar mudah didapatkan.

 

 

“Saya sebelumnya tidak pernah membuat sangkar, karena terpaksa dan yakin bisa ya akhirnya bisa,” ucap Fatkur yang berteman baik dengan Sugeng Kaki Palsu dan termotivasi oleh sikap dan prilaku Sugeng Kaki Palsu.

Fatkur mengaku bahwa hasil kerajinan sangkarnya selalu terserap pasar. Untuk sementara ia masih membuat sangakr model kos-an, yang biasa dipakai untuk burung kenari, cendet, cucak hijau, dan kacer. Untuk burung murai pun bisa, hanya saja modelnya masik kotak dan ukurannya diperbesar lagi.

 

Yang di desa, di kota. Yang ikut lomba atau sekadar didengar suaranya di rumah. Dari generasi ke generasi sudah memakai TOPSONG.

 

Agar sangkar hasil kerajinannya tidak ketinggalan zaman, Fatkur mengaku selalu mengikuti tren apa yang sekarang disukai kicaumania. Saat ini, yang sedang ramai model gambar, Fatkur mengaku bisa melakukannya. Untuk harga setiap sangkarnya, boleh dibilang masih murah, yaitu antara 350-500 ribu.

“Tergantung model dan ukurannya, biasanya kalau minta gambar yang agak rumit, ya agak mahal harganya,” kata Fatkur.

 

 

Apapun problem "bunyi" pada burung Anda, dari mulai MACET sampai hanya mau tampil angot-angotan, berikan MONCER-1, tunggu beberapa hari, langsung JOSS.

 

Untuk menambah penghasilan, di rumahnya pun Fatkur memelihara beberapa burung ocehan, yang biasanya beli trotolan untuk dirawat sampai beberapa bulan, setelah bisa makan sendiri dijual kepada yang menginginkannya.

“Saya paling sering pelihara cendet anakan, setelah bisa makan sendiri dan punya materi isian agak bagus, biasa selalu ada yang membelinya. Tidak pernah bertahan lama di rumah,” ujar Fatkur mengakhir kisahnya. [RANTO]

AGENDA & BROSUR LOMBA, KLIK DI SINI

 

SANGKAR MODEL KOS-AN, UNTUK OCEHAN

 

BERITA LAINNYA

KATA KUNCI: fatkur rokhim disabilitas tanpa kedua kaki asal gresik tetap berkarya meski disabilitas

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp