JURI KMI SEDANG MENILAI DI INTERCON STADIUM. 5 EVEN AWAL SELALU FULL

SUDI DAN SUWAR, PEMULA YANG SUKSES MENGGEBRAK JAKARTA

Longgar Pada Pelanggaran Burung, 5 Event Pertama Selalu Dibanjiri Peserta

Beberapa tahun terakhir, banyak sekali berdiri gantangan dan/atau EO baru. Tak semua mulus dan sukses, kendati pendiriannya melibatkan tokoh beken atau juri senior dengan jaringan luas. Mengapa Intercon bersama KMI bisa langsung melesat, padahal pendirinya orang baru dan belum dikenal luas?

Mungkin banyak di antara kicaumania yang merasa asing dengan nama Komunutas Murai Batu Indonesia (KMI), “EO” yang dibesut antara lain oleh adik-kakak Sudi dan Suwar. Keduanya adalah owner gantangan Intercon di Jakarta Barat. Masih baru, namun sejak event pertama hingga terakhir yang ke-5, main 21 sesi selalu full 24-G.

Membuat fisik gantangan, bukan hal yang sulit. Demikian pula membuat EO baru, siapa pun bisa. Bagaimana agar gantangan dan atau EO itu bisa ramai, diminati kicaumania tidak hanya di laga pembuka atau launching, tentu cerita yang berbeda.

 

SUDI & KRU INTERCON (dok. BAROMETER INDONESIA, @MARMER CUP 2)

 

Faktanya, tak semua gantangan dan atau EO bisa meraih sukses. Kadang, sejak laga pembuka atau awal saja sudah kurang meriah. Ada pula yang di laga awal ramai, biasanya banyak bonus dan penawaran menarik, berikutnya pelan-pelan ditinggalkan peserta. Padahal, didirikan oleh tokoh beken, sudah punya nama besar, atau oleh juri senior dengan jaringan yang cukup luas.

Inilah yang menarik dari Intercon. Didirikan oleh duo adik kakak yang bukan asli Jakarta, melainkan perantau asal Klampok, Banjarnegara. Sudi dan Suwar pun terhitung masih baru dalam hobi burung berkicau. Belum banyak yang mengenal dan dikenal.

Coba jujur, pasti banyak di antara kicau mania yang merasa asing dengan dua nama tersebut. Orangnya yang mana, juga banyak yang belum tahu.

 

Burung yang sebelumnya bunyi tiba-tiba MACET dan memBISU? Berikan MONCER-1 selama beberapa hari, lihat perbedaannya dalam 5-7 hari, dijamin langsung JOSS kembali.

 

Sebagai pendatang baru, keduanya berusaha menggebrak dengan menghadirkan sesuatu yang baru pula, baik secara fisik gantangan, maupun dari sisi konsep lomba, terutama terkait pakem dan teknis penjuriannya.

Sebagian bertolak dari latar belakang dan pengalaman mereka ketika menjadi kicaumania (pemula). “Kami orang baru belajar, ibarat membuat burung mau bunyi saat di gantangan saja sulit bukan main. Melihat burung sudah mau bunyi saja sudah senang bukan kepalang,” terang Sudi memulai kisahnya.

Apa yang terjadi kemudian, setelah burung mau bunyi nyaris dari awal sampai selesai, ternyata mendapatkan bendera pelanggaran, kadang hingga diskualifikasi. Sebabnya, sepele menurut ukuran para kicaumania yang baru “belajar” membunyikan burung, hanya karena burung lompat, nempel ke jeruji, atau mantul sebentar ke tebok.

 

H. NENDRA. SALAH SATU TOKOH MUDA YANG PERNAH HADIR KE INTERCON - KMI. (dpK. WONGE KICAU)

 

“Aduh rasanya bagaimana ya, nyesek sekali. Tapi mau bagaimana, itu aturan yang sudah ditetapkan. Sebagai peserta, kalau sudah beli tiket dan nggantang, dianggap sudah tahu dan harus mengikuti aturan yang berlaku.”

Kekecewaan pada aturan pelanggaran yang dianggap berlebihan itu, ternyata bukan hanya dirasakan oleh Sudi dan Suwar saja. “Ketika kita ngobrol dengan sesama peserta, ternyata mereka juga mengeluhkan hal yang sama. Bahkan mereka yang kita anggap senior pun pada prinpsipnya kurang suka dengan aturan seperti itu. Banyak sekali yang ingin suatu saat ada lomba yang lebih longgar atau toleran. Namanya binatang, punya kaki, punya sayap, masa sesekali polah (bergerak, bergeser, lompat, red.) tidak boleh.”

Hasil dari obrolan yang kian sering dari hari ke hari, mengerucut pada semacam kesimpulan, aturan pelanggaran yang ketat dan berlebihan itu, malah membuat para juri lebih fokus mencari-cari kesalahan burung, hingga seakan “lupa” mencari burung kualitas. “Jadinya, juaranya itu burung “aman” karena paling minim membuat apa yang mereka sebut sebagai keasalahan atau pelanggaran,” imbuh Sudi.

 

BARU... TOPSONG PREMIUM, mengandung enzim alami serangga, burung lebih gacor, daya tahan lebih tinggi. Tersedia TOPSONG PREMIUM ANIS MERAHMURAI BATUHWAMEY (PREMIUM GOLD), LARK / BRANJANGANMINI PELETBEO.

Segera dapatkan di kios langganan Anda, buktikan perbedaannya.

 

Dari situ, Sudi dan Suwar pun mulai kepikiran untuk membuat gantangan berikut team juri yang bisa mengakomodasi konsep lomba seperti itu. “Kita banyak bertanya dan belajar, lalu muncul pengetahuan, bila pada pakem klasik atau lawas, tidak ada itu yang namanya bendera pelanggaran, benar-benar lebih mencari kualitas.”

Apa yang akan dibangun oleh Sudi dan Suwar, ingin mengarah ke sana. Tentu, tidak meniru mentah-mentah apa cerita orang. Tetap ada penyesuaian, belajar juga dari gantangan atau EO yang sudah ada lebih dulu, supaya bisa mengikuti perkembangan jaman juga. Mana yang baik bisa diadopsi, mana yang kurang diperbaiki.

“Intinya, bagaimana mencari kualitas. Aturan tetap ada, tetapi lebih longgar, supaya tidak mempersempit ruang gerak para kicau mania, khususnya yang masih awal-awal dan mengaku kesulitan sekadar membuat burung mau bunyi.”

 

SUDI. MEMANTAU JALANNYA LOMBA. (dok. WONGE KICAU)

 

Sudi mencontohkan, burung nempel juruji, bahkan sambil bunyi sekalipun, masih ditolerir. Tidak ada bendera peringatan. “Burung mantul atau nebok, bila yang lain hitungan satu-dua-tiga, atau ada yang sampai empat, sudah dapat bendera diskualfikasi. Di sini sampai 7 detik, dengan teknis hitungan mulai seratus satu … sampai seratus tujuh. Kalau sampai 7 detik belum kembali, baru dapat bendera diskualifikasi. Itu sudah kita anggap berlebihan nakalnya.”

Membuat gantangan secara fisik yang megah dan modern, bukan perkara sulit. Lalu bagaimana mengisi “nyawa” dengan team juri yang hasil-hasil keputusannya bisa diterima para peserta. “Sekarang banyak juri pengalaman yang bisa kita rekrut. Dengan konsep lomba 4 juri, tanpa komunikasi atau koordinasi, tanpa korlap dan IP, ajuan terbuka, tentu ada tantangan tersendiri, milihnya lebih sulit, lebih selektif. Selain perlu juri pintar dan cakap secara teknis, juga mesti yang berintegritas, jujur, amanah. Kita cari kombinasi itu. Alhamdulillah, meski tak mudah, sudah bisa terpenuhi.”

Pada saat awal-awal menilai di event perdana, memang tampak masih kikuk. “Berjalannya waktu, makin luwes. Kalau saya bilang sih, meskipun awalnya kikuk, tapi keputusannya tidak salah, bisa mengerucut pada burung atau nomor gantangan yang sama. Pilihan mereka, meski tidak komunikasi dan koordinasi, tidak berantakan. Begitu dari event pertama sampai yang ke lima, dan Insya Allah juga event ke-6 besok tanggal 2 April dengan tajuk Media Award.”

Team juri yang kemudian diberi nama KMI (Kamunitas Murai Batu Indonesia) itu, diakui Sudi merupakani hasil kolaborasi dan konsultasi dengan beberapa tokoh yang dianggap lebih paham dan berpengalaman, serta memiliki jaringan cukup luas, seperti Utis Bird dan Logo Baskoro.

 

 

Sudi pun lantas menceritakan “kunci” yang membuat gantangan Intercon dan KMI lebih cepat dikenali dan selalu dijubeli peserta. “Kerjasama atau kolaborasi dengan teman-teman media. Peran mereka sangat penting, karenanya saya benar-benar ingin bekerjasama dengan rekan media.”

Hubungan dekat dengan rekan-rekan media sejak gelaran pertama hingga ke lima itulah, yang kemudian memunculkan kolaborasi baru, menggelar event bertajuk Media Award. “Kemasannya relatif sama dengan event-event di Intercon sebelumnya, tiket menengah mulai beberapa ratus ribuan, hingga yang  tertinggi 2 jutaan. Sesinya juga 21.”

Hingga berita ini ditulis, tiket event ini sebagian besar sudah pada penuh juga, menyisakan beberapa lembar tiket pada satu dua kelas murah “Optimis nanti pasi penuh juga,” tandas Sudi.  [maltimbus]

 

 

SUWAR. IKUT MEMANTAU LOMBA

 

PAKEM PENJURIAN DAN ATURAN PELANGGARAN BURUNG:

 

 

BROSUR MEDIA AWARD:

 

JADWAL LOMBA MEDIA AWARD:

 

BROSUR DAN AGENDA LOMBA LAINNYA, KLIK DI SINI

 

 

DATA PESERTA (UP DATE SENIN 27 MARET):

UPDATE TERKINI, HUBUNGI 0812.8799.5008 

UPDATE TERKINI, HUBUNGI 0812.8799.5008  

 UPDATE TERKINI, HUBUNGI 0812.8799.5008 

 

BROSUR PIALA PESONA INDONESIA, KLIK STOP PRESS BERIKUT: 

KATA KUNCI: media award sudi suwar komunitas murai batu indonesia kmi intercon stadium longgarkan pelanggaran burung mencari kualitas burung

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp