SOLO FAIR FACTOR

SOLO FAIR FACTOR

Banyak Tokoh Sudah Memastikan Dukungan, Simak Brosur dan Jadwal Lomba

Jadwal lomba Solo Fair Factor sudah dipublish. Semua ada 22 sesi, terdiri dari jenis burung murai batu, cucak hijau, kacer, dan anis merah. Simak dan segera amankan tiketnya, selagi masih tersedia.

Sambutan kicaumania memang luar biasa, demikian pula antusiasme untuk mengikuti event yang akan berlangsung pada 24 April yang akan datang. “Banyak yang sudah pesan, sebagian pengin melihat jadwalnya dulu,” terang Itok, salah satu punggawanya.

 

DUKUNGAN LANGSUNG DARI H MHB

 

Dukungan sesungguhnya sudah mengalir deras, terutama dari kicaumania di Jawa Tmur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Dengan kemasan yang ramah untuk semua kalangan, mulai 100an ribu hingga 1 juta rupiah, gelaran ini dipastikan bakal diramaikan mulai para kicaumania kebanyakan hingga para tokoh.

“Banyak juga yang mau datang lebih untuk memantau dan berburu jagoan baru, baik di kelas bursa maupun di kelas reguler. Setelah lebaran kan banyak gelaran akbar, jadi sejumlah bos memang masih ingin memperkuat jagoannya, apakah itu di murai batu, cucak hijau, kacer, maupun anis merah,” imbuh Itok.

 

 

Sebelumnya, Itok dan kawan-kawan memang sudah melawat ke sejumlah event untuk melakukan sosialisasi dan menggalang dukungan. “Di SMM, kami sudah langsung mendapatkan dukungan nyata, sebab sekarang hampir semuanya juga sudah memesan dan mengamankan  tiketnya, mulai dari Bapak M. Hidayat Batubara, Dwi Sampit, Dwi Jalu, Andri Bolang, Noor Royal Merapi, dan masih banyak lagi.”

Di luar yang ketemu di SMM, dukungan juga datang dari Sigit Tamansari Madiun, H. Udik DRT Madura, Joko Sukoharjo, Asha Solo, H. Samsul PBI, Wawan PBI Solo, Asep DM RGN, Robert Pantau, Bintang Pradana, dan lainnya. Demikian pula saat melawat ke gelaran NZR Indonesia di Semarang, komitmen dukungan juga datang antara lain dari  Samuel, Nevi dan kawan-kawan, Ekaliza, Husen Solo, Agus Nasa, Menyan Solo, dan masih banyak lagi.

 

NOOR ROYAL MERAPI

 

“Apa yang ingin kami tawarkan sebenarnya lebih pada konsep dan sistem penjurian yang terbuka dan transparan. Insya Allah, dari lomba ini akan terasa aura lomba yang lebih mendekati fairplay. Kalau kemasan memang dibuat sederhana, karena kami masih ingin berkomitmen mengakomodasi kalangan akar rumput juga. Biar semua kalangan bisa bertemu dan berkumpul di satu event,” terang  Rimba Star, punggawa lainnya.

Itok, Rimba, dan kawan-kawn mengaku belum mematok target muluk-muluk dari gelaran ini. “Besuk itu kan bisa dikatakan yang pertama, meski konsep lomba semacam ini sebenarnya pernah kita gelar di Lawu Fair dan cukup sukses,” imbuh Rimba.

 

Burung yang sebelumnya bunyi tiba-tiba MACET dan memBISU? Berikan MONCER-1 selama beberapa hari, lihat perbedaannya dalam 5-7 hari, dijamin langsung JOSS kembali.

 

Sayang memang, konsep dan sistem penjuriannya di Lawu Fair tidak terekspos. “Kita berharap besar teman-teman juri bisa bekerja maksimal, profesional, Amanah. Insya Allah, kita sudah memilah dan memilih SDM yang bisa diandalkan. Sistemnya sudah kita disain untuk menutup semua celah yang mengarah pada kecurangan, sekecil apa pun,” tandas Rimba.

Di Solo Fair Factor, pagar akan dibuat rangkap dua. Tiap burung hanya diijinkan dua orang yang boleh masuk sampai ring 1, yang sudah tersedia kursi dalam jarak cukup dekat yang bisa memantau burung di semua sisi dengan cukup baik. Ring 0 (nol), tepat di bawah gantangan, hanya boleh ada 4 orang juri, steril dari yang lain, apakah itu panitia, media, apalagi peserta.

 

NEVI/JUSTIVA SEMARANG

 

Panitia menyediakan 4 papan di tiap sisi. Di akhir penilaian, juri yang satu sama lain tidak boleh saling komunikasi selama bertugas, harus menuliskan ajuan koncer di papan tempat dia berada. Papan menghadap ke sisi luar atau arap penonton, sehingga tidak bisa melihat ajuan yang ditulis juri yang lain.

Setelah semua selesai menuliskan ajuan, papan diperlihatkan ke semua sisi. Barulah tiap juri menancapkan koncer, harus sesuai dengan ajuan yang sudah ditulis sebelumnya. Ajuan inilah yang kemudian direkap.

 

 

Pada G-24 (tiket 225 ribu – 1,050 juta) akan diambil kejuaraan 1 – 5. Sedangkan pada G-36 (tiket 120 ribu) kejuaraan akan diambil 1-7. Bila koncer menyebar, ada kemungkinan mereka yang mendapatkan koncer (B), setelah direkap berada di posisi ke-6 pada G-24.

“Ini yang memang perlu disosialisasikan dan dipahami. Karena sistem kita sebenarnya langsung mengurutkan juara, meskipun mendapat koncer (B), kalau perhitungan rekap sudah di luar kuota juara (misalnya urutan ke 6 (enam) pada G-24, atau urutan 8 (delapan) pada G-36), otomatis terbuang,” jelas Rimba.

 

MENYAN SOLO

 

Hingga kini (sebelum keluar jadwal), secara umum pesanan tiket sudah mencapai 50an persen, dan sebagian besar juga sudah transfer. Begitu jadwal dipublish, laju pesanan tiket diyakini akan semakin kencang, apalagi waktu pelaksanaan juga semakin dekat. Segera pesan tiket, dengan konfirmasi ketersediaan dulu kepada Mul Pandawa di 0822.4753.3361. [asept, maltimbus]

 

BROSUR DAN JADWAL LOMBA FAIR FACTOR, KLIK DI SINI

 

TWISTER GOLD, salah satu pakan burung yang disebut paling cocok untuk murai batu, hwamey, anis merah, kacer oleh para kicaumania yang sudah mencoba dan kemudian terus memakainya, termasuk untuk jenis burung pemakan serangga lainnya. Tersedia juga TWISTER SEAWEED, ANTI STRES, MASTER, serta TWISTER TROTOLAN untuk meloloh pemakan serangga dan TWISTER BUBUR untuk meloloh pemakan bijian.

 

BROSUR SOLO FAIR FACTOR (preview):

 

JADWAL LOMBA SOLO FAIR FACTOR (preview):

 

 

JOKO SUKOHARJO:

 

ASHA SOLO:

 

SAMUEL SEMARANG:

 

BARU... TOPSONG PREMIUM, mengandung enzim alami serangga, burung lebih gacor, daya tahan lebih tinggi. Tersedia TOPSONG PREMIUM ANIS MERAHMURAI BATUHWAMEY (PREMIUM GOLD), LARK / BRANJANGANMINI PELETBEO.

Segera dapatkan di kios langganan Anda, buktikan perbedaannya.

 

H. UDIK DRT MADURA:

 

HUSEIN SOLO DAN AGUS NASA SALATIGA:

 

SIGIT TAMAN SARI MADIUN:

KATA KUNCI: solo fair factor itok solo rimba star mhb dwi jalu agus nasa husein solo menyan solo samuel semarang team 76

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp