MR G DAN H EBOD, SIAP MEMBAGIKAN PENGALAMAN

MR. G KEBUMEN – APBN

Bukan Soal Teknis, Ini Kesalahan Besar yang Tanpa Sadar Kerap Dilakukan Para Penangkar

Saat ini, dunia penangkaran khususnya jenis murai batu sedang booming. Permintaan meningkat cukup pesat, terutama untuk pemakai jenis ring tertentu. Sayangnya, sejumlah penangkar yang pernah besar, malah gulung tikar. Mereka kerap melakukan kesalahan “besar”, tapi tidak menyadarinya. Seperti apa persisnya dan bagaimana agar tidak terjerambab di lubang yang sama, simak artikel berikut ini.

Penangkar yang besar, sudah lama dan memiliki segudang pengalaman suka dan duka, masih tetap bisa mempertahankan eksistensinya pun meungungkapkan sejumlah kesalahan mendasar yang kerap dilakukan para penangkar, tetapi sangat sering tidak disadarinya.

 

 

ANAKAN MR G, RING APBN, TERSEDIA DARI HARGA 5 JUTA (HIJAU), 6 JUTA (GOLD), DAN 7,5 JUTA (PLATINUM)

 

Itulah Mr. G dari Kebumen. Ia salah satu dari sedikit penangkar besar yang tetap mampu bertahan bahkan berkembang menjadi lebih besar saat ini. Kandangnya terus bertambah, pun materi indukannya terus di-up grade. Pengin anakannya, mohon maaf, mesti rela inden cukup lama.

Mr. G pun juga melihat, banyak penangkar yang pernah besar, tetapi kemudian tidak bisa bertahan lama. “Jadi penangkar itu memang tidak mudah. Selain kendala teknis terus datang, juga ada kendala non teknis yang tak kalah bahayanya kalau kita tidak buru-buru menyadarinyua.”

Dari pengalamannya selama ini, masalah teknis sebenarnya bisa dipelajari, baik secara mandiri atau otodidak, maupun dengan jalan bertanya dan kerap tukar pengalaman dengan sesama penangkar lainnya.

 

 

“Kalau kita memiliki banyak jaringan pertemanan sesama penangkar, itu akan menjadi nilai plus. Kalau jaman sekarang, caranya bisa lebih mudah karena sudah ada sejumlah organisasi penangkar yang menaungi dan berfungsi menjadi wadah. Kita tinggal bergabung saja di dalamnya, maka akan ada banyak akses yang kalau mau memanfaatkannya dengan baik, juga akan sangat berguna.”

Nah, soal non teknis yang dimaksud oleh Mr. G adalah soal manajemen risiko yang kerap diabaikan oleh banyak penangkar. “Menangkar burung seperti murai batu, cucak rawa, dan jenis pemakan serangga lainnya, itu tidak murah. Pakan yang selama ini lazim dipakai, yaitu jangkrik dan kroto, tidak murah. Kalau kita tidak pandai mengatur pembelanjaan, bisa keteteran.”

Banyak penangkar yang tidak bisa mengendalikan nafsunya pada saat mengalami masa enak. “Saat produk sendang lancar dan cepat terserap pasar, kita sering lupa diri. Terburu nafsu untuk menghabiskan uang hasil penjualan anakan.”

 

MR G BERSAMA H EBOD DAN DODI NAGA

 

Saat produk sedang lancar dan permintaan tinggi, penangkar seakan merasakan betapa mencari uang dari breeding begitu mudah. Bernafsulah untuk segera investasi lagi dengan secepatnya membangun kandang baru, membeli calon indukan baru dari burung juara dan harganya tentu tidak murah.

“Hanya mikir pendek bagaimana segera menambah jumlah kandang untuk meningkatkan volume produksi, atau memperbaiki materi indukan, sampai hampir semua uang hasil penjualan piyik dihabiskan. Lupa menyisakan sebagian uangnya untuk cadangan atau berjaga-jaga.”

Padahal, selalu ada fase “tidak enak” yang datangnya juga sulit diperkirakan. “Kalau masa mabung mungkin bisa kita perkirakan. Selama masa itu, bisa 1-3 bulan, normalnya akan berhenti produksi. Burung juga bisa sakit, tentu juga mengganggu produksi. Belum lagi ketika masa birahi tidak berbarengan. Kadang keduanya tampak sehat, tetapi lama tidak bertelur, atau telurnya tidak menetas, atau mentas tapi gampang mati.”

 

Lomba burung yang bernuansa konservasi, semua kelas murai batu, cucak rawa, anis kembang, harus memakai ring. Hadiah UTUH tanpa potongan. Piala Payung Geulis Tasikmalaya, Minggu 22 Maret 2020. KLIK DI SINI

 

Masa “zonk” itu bisa berlangsung lama, bisa beberapa bulan nyaris semua indukan karena berbagai sebab berhenti produksi. Artinya, selama masa itu, tidak ada penghasilkan dari breeding. Sementara biaya pakan dan lain-lain membubung tinggi. Mau-tidak mau, harus menggerogoti dari sumber lain.

Seberapa lama kuat penangkar bertahan dengan dengan cara seperti ini, apalagi penangkar yang memiliki banyak kandang, tentu tergantung masing-masing. Kadang secara keuangan sebenarnya mampu, tapi kalau terlalu lama mengeluarkan biaya ekstra tanpa hasil, bisa jadi semangatnya yang hilang. Akhirnya terbengkalai, tak terurus. Ujungnya, indukan dijual murah dengan cara borongan.

Umumnya, kalau sekitar 30-40 persen dari semua indukan kita itu produksi, sudah dianggap baik. Jadi, kalau punya 10 kadang, rata-rata yang rutin produksi adalah 3-4 kandang di antaranya. Ada waktu-waktu tertentu yang produksinya di atas 30 peren dari kandang yang ada.

 

 

Tetapi ingat, ada juga waktu-waktunya yang produk jauh lebih sedikit bahkan sama sekali tidak ada yang produk. Itulah masa-masa sulit yang perlu back up. Itulah yang sering dilupakan para penangkar karena tidak mau menyisihkan sebagian hasil penjualan di kala produk dan pemasarannya sedang baik.

Beruntung, saat ini ada produk seperti Nanjung 105 – premium. Salah satu kandungan utamanya dari ekstrak belalang. Dengan memberikan ini, produksi indukan tetap terjaga kendati konsumsi jangkrik dan kroto berkurang drastis. Bahkan pernah dites sama sekali tidak diberi jangkrik dan kroto, ternyata kebutuhan nutrisi indukan masih cukup sehingga masih bisa produksi.

Beragam kendala seperti itu, menjadi salah satu alasan yang membuat Mr. G merasa tertarik bergabung dengan organisasi seperti APBN. “Pertama, karena saya melihat tujuan dari organisasi ini baik, dari penangkar, oleh penangkar, dan untuk penangkar. Semua pengurusnya juga penangkar. Saya juga percaya kepada para punggawanya yang menjadi penggatas, seperti H. Ebod.”

 

 

Meski secara mandiri atau single fighter nama Mr. G dianggap sudah besar, dikenal, dan memiliki banyak pelanggan, tapi Mr. G sendiri merasa setelah bergabung dengan APBN banyak manfaat langsung dan tidak langsung yang ia rasakan.

“Banyak orang bilang saya sudah besar, jalan sendiri juga sudah bisa. Ucapan ini bahkan disampaikan langsung oleh H. Ebod, pemrakarsa APBN. Beliau bingung kenapa saya masih tertarik bergabung,” ungkapnya.

Banyak yang lupa satu hal, kalau kita berada bersama-sama dengan banyak orang yang punya cita-cita dan tujuan sama, itu akan membuat kita lebih besar dan lebih kuat. “Itulah hal yang sekarang mulai saya rasakan,” imbuhnya.

Tak bisa dipungkiri, APBN meski umurnya baru sekitar satu tahun, telah menjelma menjadi organisasi penangkaran terbesar. Dalam rilis yang disampaikan oleh H. Ebod dalam akun APBN belum lama ini, anggotanya sudah mencapai 18 ribu penangkar lebih.

 

Sebagai obat, atau pencegahan, terbukti efektif. Indukan murai rentan terserang penyakit dan seringkali mematikan bila tidak segera tertolong. Berikan Leman's secara teratur sebagai pencegahan, untuk efektivitas bisa dioleskan pada EF jangkrik. Untuk lolohan juga sangat bagus, dicampur dengan pakan/bubur. Piyik jadi sehat, tidak mudah mati, dan cepat bongsor. LEMAN'S, satu-satunya obat dengan formula + Vitamin.

Lemans bisa dibeli lewat bukalapak, tokopedia, atau hubungi 08113010789, 0822.4260.5493 (Jatim Tapalkuda), 0813.2880.0432 (Jogja dan sekitar), 0815.4846.9464 (Solo Raya dan sekitar), 0813.2799.2345 (Banyumas dan sekitar)

 

“Jumlah anggota yang besar itu juga menjadi pasar yang besar juga. Para penangkar itu, termasuk saya, kan tidak hanya menjual anakan, tapi juga butuh meng-up grade indukan juga, maka kita perlu juga bahan dari breeder lain. Banyak juga pembeli saya dari sesama orang APBN, sebaliknya saya juga kerap beli ke teman-teman sesama APBN. Jadi harus jujur, APBN itu juga merupakan pasar yang besar dan saya sendiri merasakan betul manfaatnya.”

Pasar atau konsumen dari para kicaumania umum yang bukan penangkar juga sekarang terus bertambah dan semakin luas pangsanya. Mereka adalah bisa dikata pemakai akhir karena ingin mendapat jago untuk lomba.

“Dengan berbagai gebrakannya, mulai lomba trotol, hingga lomba burung junior tiket murah hadiah mewah, bahkan juga mulai dikembangkan lomba-lomba prestis yang menyiapkan hadiah mulai 10 juta hingga 50 juta, membuat semakin banyak orang mencari murai batu ring APBN. Ibaratnya, asal pakai ring APBN akan dibeli, karena dianggap bisa jadi investasi yang prospektif. Saat ini, saya bisa mengatakan sekitar 60 persen yang membutuhkan bakalan murai batu akan mencari yang memakai ring APBN.”

 

Jangan sampai ketinggalan sama yang lain. Segera dapatkan TWISTER di kios-kios terdekat. Coba dan buktikan kualitasnya, dan berikan respon melalui hotline 08112663908.

 

Pernyataan MR. G tentunya bukan tanpa dasar. Saat ini Mr. G mengaku semakin kewalahan melayani permintaan. Banyak yang seakan tidak peduli dengan harga selama percaya bila burung memang dari indukan berkualitas. Apalagi untuk anakan dari kandang atau trah tertentu.

“Hal yang sama juga dialami oleh banyak peternak APBN lainnya. Jadi, mohon maaf, ini kalau mau ngomong soal value atau manfaat yang dirasakan secara pribadi, saya harus mengakui sangat besar yang saya rasakan. Mungkin belum semua, tapi sudah banyak juga peternak anggota APBN lainnya ikut merasakan manfaat yang sama. Bisa dipahami juga bila semakin banyak peternak yang pengin bergabung dengan APBN.”

Sebagai salah satu pengurus pusat APBN, Mr. G juga mengaku siap membantu para penagkar lainnya terutama yang memiliki masalah teknis. “Yang masih baru dan mulai membangun kandang misalnya, bagaimana ukuran yang ideal, bagaimana biar burung tetap sehat dan produksi lancar, hingga terkait manajemen breeding secara umum. Saya akan sampaikan semua yang saya tahu, berdasarkan pengalaman saya. Tentu harus disadari karena ini mahluk hidup, perlu penyesuaian di sana-sini, tidak bisa asal copy-paste saja.”

Selain harus mau belajar dari pengalaman orang lain, peterna perlu juga menyelami dari pengalaman sendiri. Itu soal teknis. Di luar teknis, tantangan berikutnya adalah soal non teknis seperti manajemen risiko di atas. “Ingat, itu tidak lebih mudah dari persoalan teknis, dan bisa menjadi batu sandungan yang besar.”

KATA KUNCI: mr g ring apbn breeding murai batu

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp