EDI (KIRI), MASIH MENAMPUNG PIYIK JALAK UMUR 1 HARI

MELIHAT LEBIH DEKAT PELOLOH BURUNG DI KLATEN

Beli Piyikan Umur 1 Hari, Diloloh Sampai Nangkring Belum Ada yang Beli

Dunia penangkaran di Klaten ternyata berkembang jauh dari yang banyak dibayangkan orang. Kita yang jauh dan tak pernah berinteraksi, mungkin terbelalak kalau tahu piyik yang baru netas ternyata sudah dijual dan banyak yang siap beli.

Sebagian besar memang piyik jalak suren, yang populasinya memang paling banyak. Namun ini juga berlaku untuk jenis burung lain seperti cucak rawa, jalak putih, hingga jalak bali, bahkan juga murai batu. Para pembeli burung indil, atau orang Klaten menyebut abangan, untuk menyebut piyik yang baru netas umur 1 hari, bahkan mencarinya sampai ke luar Klaten seperti Yogyakarta, Solo, Boyolali, Sukoharjo, dan sekitarnya.

Piyik indil itu kemudian dimasukkan ke kotak kecil, bila jumlah sedikit kadang cuma dimasukkan bagasi motor. Padahal, isinya bisa piyik cucakrawa yang belinya sudah jutaan rupiah!

 

 

BU WARTI. PROFESI PELOLOH BANYAK DILAKUKAN EMAK-EMAK

 

Siapa yang berani membeli piyik burung yang baru saja ceprot netas 1 hari? Mereka adalah para peloloh. Menurut Edi,  salah satu pengepul burung hasil breeding di Jimbung, jumlah para peloloh itu sekitaran 500an orang. Mereka memang hanya peloloh murni, tidak punya ternakan.

Ada juga peternak yang bisa dan sempat meloloh sendiri, jumlahnya mungkin ya 500an peternak. Sisanya yang ribuan peternak memilih menjual saja. Duit lebih cepat didapat, terhindar dari risiko kematian. Indukan biar bisa segera bertelur lagi.

 

TOPSONG BREEDING. Terbukti paling cocok untuk indukan dan anakan. Indukan tetap lancar produksi kendati sedikit bahkan tanpa EF seperti jangkrik dan kroto. Untuk loloh basah sejak umur 1 hari (baby) juga aman, karena halus tanpa butiran kasar. Piyik sehat, tak mudah mati, dan cepat besar.

Tersedia dalam kemasan 1, 5, 10, 15, dan 25 kilo gram. HOTLINE 0813.2941.0510.

 

Jenis pekerjaan unik ini sudah mewabah sejak tahun 90an. Sebelum Permen keluar, harga jalak suren umur 1 hari, bisa 100 ribu. Ada yang hanya meloloh sampai umur 12 hari, kemudian dijual lagi ke peloloh berikut, untuk dililoh sampai umur 24 hari. Umur 12 hari, harganya kisaran 200 ribu, kalau sudah 24 hari atau nangkring, jadi 350-380 ribu. Kenapa memilih menjual umur 12 hari, agar perputaran uang lebih cepat, bisa dibuat kulakan lagi.

“Secara hitungan memang tampak untung banyak itu para peloloh. Tapi ya tidak sesederhana itu. Selain mesti keluar biaya pakan, juga ada risiko mati. Harus punya keahlian, juga orang yang punya waktu dan rela tidak pergi ke mana-mana terlalu jauh, kan mesti diloloh secara teratur tuh momongannya. Karena tidak semua orang punya kemampuan, juga rela sepanjang waktu tidak bepergian jauh, itu yang membuat tidak semua orang mampu melakukannya,” imbuh Edi.

 

MBAH TRISNO. BERHARAP PEMBELI BERDATANGAN LAGI

 

Mbah Trisno, salah satu peloloh yang sempat disambangi burungnews misalnya. Belakangan ini ia mengaku merugi. “Selain banyak yang mati, ndak tahu faktor cuaca atau mungkin lagi banyak penyakit, piyik yang seharusnya sudah dijual juga masih numpuk. Yang biasa beli,  tunda dulu. Lha kan berarti mesti kasih pakan terus, lalu yang seharusnya sudah jadi duit juga bisa mati lagi saat masih di sini.”

Saat burungnews hendak meninggalkan rumahnya, ia lantas bertanya. “Maaf, sampean bukan orang pemerintah ta, saya tidak akan diapa-apakan ta. Saya orang kecil, takut kalau ada urusan sama pemerintah,” ujarnya memelas.

Ia terus melanjutkan bertanya. “Sebenarnya ini lagi ada apa ta... sebelumnya orang pembeli pada ke sini buat ambil burung yang sudah umur, kok sudah beberapa pekan ini pada nunda beli dulu. Saya hanya bisa sedih saja, kok jamannya angel begini. Semoga pembelinya lekas datang lagi, biar tidak terlalu banyak lagi meruginya.”

 

PUJI RAHAYU. MENEKUNI PROFESI PELOLOH SJEAK 90-AN

 

Mbah Trisno dan banyak peternak serta peloloh lainnya di Klaten memang terlalu rumit kalau harus memahami Permen. Mereka hanya tiba-tiba merasakan dampaknya. Mereka ibarat orang tak berdosa yang harus jadi korban, atau mungkin memang dikorbankan.

Saat burungnews baru tiba di kios pak Edi, datanglah seorang bapak tua membawa indil 1 hari. Rupanya, dia sudah tahu kalau harga saat ini sudah turun jadi 50 ribu. “Ya bagaimana lagi, kan harus dijual wong saya tidak bisa meloloh sendiri. Selain itu, juga buat kebutuhan, biar dapur tetap ngepul,” ujarnya.

Menurut Edi, setelah Permen keluar dan jadi berita luas, harga memang langsung turun. “Di sini ada 10 pengepul, sudah tidak mau terima lagi. Tapi saya masih nekad berani nampung, tapi harganya ya turun jadi 50 ribu. Kalau saya juga ikut-ikutan tidak mau nampung, harga bisa jatuh lagi, mungkin bisa ke angka 20 ribu. Kalau mau, saya juga bisa saja hanya mau beli dengan harga lebih rendah, 30 ribu misalnya. Pasti dikasih juga wong tidak punya pilihan itu. Tapi masa tega, kami sudah puluhan tahun saling membutuhkan. Apalagi, kios saya kan selama ini dijadikan acuan oleh yang lainnya.”

 

Ada masalah dengan penjodohan, macet bertelur, atau telur tidak ngisi sehingga tidak netas? Berikan SUPER BREEDING, dari Super Kicau Grup yang terpercaya.

 

Sebagai pedagang pengepul, Edi mengaku harus berani spekulasi. Selama modal ada, ia akan terus menampungnya. Kalau peloloh yang biasa ambil darinya menolak ambil karena barang di mereka juga belum terserap, ia kan meloloh pakai pegawainya sendiri.

“Kondisi sekarang pembeli dari luar daerah memang lagi pada tiarap, pada takut lah kalau tidak bawa surat-surat. Katanya burung dilindungi. Mau ngurus surat-surat kok ya gak cocok dengan harga jalak yang hanya beberapa ratus ribu. Jadi ya kuat-kuatan numpuk barang ini, ongkos pakannya jadi berlipat, uang jadi mandeg. Tapi ya begitulah risiko dagang.”

 

EDI. DI SAAT SELA MELOLOH SENDIRI

 

Menurut Sugiyarto yang memimpin aksi Penolakan Permen 20/2018, salah satu penyebab banyak peternak jalak yang ikut  turun ke jalan, karena mereka sudah merasakan langsung dampaknya. “Kalau jumlah semuanya, saya perkiraan bisa 5 ribuan orang peternak. Namun yang sudah berhasil kita data belum sampai 50 persen. Saat-saat begini banyak yang takut didata, takut ada risiko apa-apa.”

Sugiyarto yang selain ternak juga berdang mengaku betapa sulitnya menjual jalak setelah keluar Permen. “Semua resah, mau bawa keluar saja takut, apalagi menjual. Misalnya ada berita penjual jalak ditangkap polisi, kan sekarang cepat nyebar. Jadi tambah takutlah kita baik yang mau jual maupun orang luar yang mau beli. Kemarin sudah demo, coba menyampaikan aspirasi melalu wakili rakyat dan Pemda. Masih nunggu kabar, ini belum tahu lagi kalau mentok mau mengeluh ke mana lagi.”

 

KATA KUNCI: sugiyarto penangkar burung penangkar jalak appbk klaten aksi damai 148 aksi penolakan permen 20/2018 di klaten akaratu klaten

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp