OYONG ALB & BANG BOY

LOVE BIRD DI SIMPANG JALAN (Bagian 2)

Kelas Fighter, Solusi atau Langkah Mundur untuk Ramaikan Love Bird?

Beragam tanggapan bermunculan setelah BnR mengumumkan tidak akan menilai love bird konslet. Para pendukung konslet menyebut, tanpa konslet gantangan kurang menarik, tak ada lagi burung mahal. Ide kelas fighter bisa jadi malah seperti menggali kuburan sendiri. Awalnya mungkin ramai, perlahan juga akan sepi.

Secara umum, para kicaumania khususnya para love bird mania mengakui bila apa yang disebut sebagai love bird konslet itu, adalah puncak dari love bird yang berkualitas. Peluang menangnya memang sangat besar, apalagi bila musuhnya sesama konslet belum ada atau belum banyak.

Love bird konslet, sempat identik dengan juara. Kadang masih ditenteng sudah ngekek, paling tidak begitu digantang tanpa perlu nunggu lama dan tengok kanan-kiri langsung ngekek panjang. Jeda sebentar, lantas ngekek lagi. Begitu seterusnya.

 

 

ORANG RELA BERDESAKAN DEMI MELIHAT KUSUMO

 

Banyak yang merasa terhibur, banyak yang ingin memiliki. Harganya pun melambung. Mulai puluhan juta, hingga ratusan juta bila didukung kualitas yang istimewa. Kualitas istimewa merujuk pada beberapa hal: tidak semata ngekek, durasinya panjang, volumenya lantang, gayanya oke (misal neklek, atau malah sambil gela-gelo, sesekali sambil jalan, ada ritme (kadang disebut sebagai lagu), stabil (tiap digantang nyaris selalu mau kerja, mau panas, hujan, siang, sore, malam).

Pada awal munculnya, sejumlah love bird yang kemudian oleh publik diberi label konslet, karena jumlahnya belum banyak, burung-burung itu kerap memborong juara. Tak hanya nyeri, hatrik, bisa kuatrik, bahkan bisa memborong di atas 7 kali juara 1 dalam satu even.

Beberapa burung konslet itu kemudian menjadi bintang. Jadi buah bibir. Lalu mulailah terjadi transaksi yang bisa dikatakan fenomenal. Semakin virallah para love bird yang disebut konslet itu. Mulailah hampir semua love bird mania mencari cara bisa menghasilkan konslet. Karena itu “jaminan” juara, jaminan jadi terkenal, dan tentu saja juga jaminan jadi “ATM” yang bisa secara rutin menghasilkan uang.

 

KELAS FIGHTER MULAI DIPERKENALKAN PBI SOLO. AWALNYA MENARIK, BISAKAH BERTAHAN LAMA?

 

“Beberapa kicaumania bermodal yang tak mau repot, seakan berebut membeli love bird berkualitas istimewa itu, dari puluhan hingga ratusan juta, bahkan ada juga klaim tawaran sampai menyentuh milyaran rupiah. Tentu saja kita tidak bisa menyangkal bila itu adalah salah satu daya tarik yang membuat love bird jadi ramai. Yang tadinya koleksi burung jenis lain, akhirnya juga ikutan main love bird. Bahkan yang awalnya tidak suka burung pun, akhirnya ikut-ikutan. Saya kira pemula paling banyak itu dari jenis love bird,” ujar Oyong, yang hingga kini masih mengklaim sebatas pekatik atau joki burung.

Dalam beberapa tahun terakhir, transaksi love bird pun secara telak mampu mengungguli jenis burung lainnya yang sebelumnya terkenal mahal, seperti murai batu. Padahal, murai batu dikenal sebagai burung yang paling stabil popularitas maupun hargga. Transaksi love bird meninggalkan murai batu baik dari jumlah transaksi maupun nilai transaksi.

Saking larisnya, beberapa tahun lalu kita sampai kesulitan mau mencari bahan. Pemburu love bird menyisir langsung sampai ke peternak. Di Pasar Depok Solo yang sebelumnya dikenal sebagai gudanya love bird, sampai kosong. Pasar online, yang menghubungkan konsumen dengan peternak, atau penjual rumahan, memang salah satu yang dianggap jadi penyebab kosongnya stok love bird di pasar-pasar konvensional.

 

Problem sering menghampiri love bird, mulai NYILET/KURUS, suara SERAK hingga BISU, hingga mata kena SENOT. Apa pun penyakitnya, LEMAN'S siap membantu mengatasinya. LEMAN'S juga dilengkapi vitamin, sehingga mampu mendongkrak perfoma burung. Jangan ragu, sudah banyak yang membuktikannya.

INFORMASI: 0822.4260.5493, 0811.3010.789, 0857.3383.2888, 0815.7833.9142, 0813.2799.2345. Ingat, ini BUKAN ramuan ajaib pencetak konslet!

 

Semua orang ingin punya love bird, lalu menggantangkannya. Beli bahannya mungkin beberapa ratus ribu. Tapi kalau sudah mau tampil lumayan, begitu mudah menjualnya dengan  harga berlipat. Para peternak yang sudah punya nama, dengan embel-embel indukan trah, bahkan melepas anakan dengan kisaran 1,5 juta juga laris manis. Juara Paud di latberan saja bisa laku 5 juta. Bahkan, banyak bakul dan makelar yang jualan hanya bermodalkan foto atau video. Burungnya mungkin belum dalam penguasaannya.

Itulah fakta yang terjadi di era keemasan, era booming love bird ngekek, beberapa tahun yang lalu. Era yang membuat munculnya banyak pemain pemula, lalu melahirkan banyak gantangan hingga ke kampung-kampung, termasuk gantangan malam yang sebagian khusus menggelar love bird. Pun lahirnya gantangan bursa, juga bermula dari love bird.

Bila sebelumnya ada satu dua jago konslet yang kemudian bisa merajai di berbagai arena, beberapa waktu kemudian muncul generasi baru love bird konslet yang jumlahnya lebih banyak.

 

PERNAH JADI ANDALAN EO KARENA SELALU RAMAI, KINI CENDERUNG LENGANG. KELAS FIGHTER JADI SOLUSI?

 

Muncul fenomena baru. Para pemilik konslet itu kemudian saling intip. Dengan beragam cara, pengin tahu “pesaing”-nya itu bakal diturunkan di mana. Satu sama lain berusaha saling menghindar supaya tidak ketemu. Kenapa? Agar peluang menang lebih besar.

Nah, bila sesama burung konslet saja mulai kawatir atau tidak pede kalau harus berjumpa dengan lawan yang sama-sama konslet, bagaimana dengan burung yang belum konslet alias biasa-biasa saja, atau yang belakangan ini disebut sebagai fighter? Burung yang sudah konslet rata-rata sangat stabil, tiap digantang mau tampil. Sementara burung fighter itu bisa tampil bisa tidak. Bila dirata-rata, mungkin lebih banyak tidak tampilnya.

Kehadiran love bird konslet di gantangan mulai membuat paranoid bagi para peserta kebanyakan yang masih standar, alias fighter. Ketika melihat di gantangan ada satu dua burung konslet, banyak peserta yang protes supaya tidak turun di sesi berikutnya, atau memilih mundur, pulang atau pindah ke gantangan lain yang mulai menjamur dan menggelar even di saat bersamaan. Bahkan, banyak akar rumput yang baru lihat pemilik atau jokinya saja, sudah parno.

 

Buat Anda yang pemberani, tersedia 3 kelas LOVE BIRD (tanpa embel-embel apa pun). Semua kategori love bird, boleh turun di sini. Buat yang merasa belum siap bertarung bebas, tersedia dua kelas Fighter. Ingat 16 Juni 2019. Lihat brosur dengan KLIK gambar di bawah ini.

 

Begitulah, beberapa EO terang-terangan membatasi beberapa burung yang dikenal konslet hanya boleh turun satu dua kali saja. Ada yang menghubungi langsung si pemilik supaya tidak datang karena akan membuat lomba jadi sepi. Beberapa waktu kemudian mulai muncul wacana memisahkan kelas konslet dengan fighter. Lalu ada pembatas poin (bagi EO yang menerapkan sistem penghitungan poin untuk love bird).

Apakah itu sudah jadi solusi? Secara umum belum sama sekali. Memang beberapa EO yang membuka kelas fighter relatif lebih ramai. Tetapi ini belum mewabah secara nasional. Secara umum peserta kelas love bird dalam satu dua tahun terakhir terus merosot.

Soal baru kemudian muncul. Kalau kelas fighter dikembangkan, sementara kelas umum yang boleh memasukkan burung konslet dipersempit, orang pun mulai enggan membeli love bird (konslet) dengan harga mahal.

Saat dikonfirmasi burungnews.com, Bang Boy pada prinsipnya tidak mengelak bila Konslet itu menunjuk pada burung love bird berkualitas, bahkan puncaknya love bird berkualitas. Wajar bila banyak orang pengin punya yang seperti itu. Selain faktor pengin jual dengan harga mahal, atau bisa buat ATM, bagi kelompok tertentu juga karena ingin sering juara, disegani, ingin presitis.

 

Masih merawat dan nyeting Paud? Cobalah berikan EGG MORE. Mereka yang sudah mencoba dan berhasil mengatakan burung jadi lebih rajin/gacor, langganan juara. Tapi banyak yang menyampaikan pesan sambil bisik-bisik, "Tolong ini rahasia, buat kamu saja, jangan bilang-bilang yang lain ya."

 

Akhirnya, burung-burung love bird berkualitas atau oleh banyak kalangan disebut konslet itu, menjadi “koleksi” kelompok tertentu. Mereka yang punya uang, ketika menginginkan sesuatu, termasuk burung love bird “konslet’, memang tidak perlu repot-repot.  Tinggal membeli saja. Ada rupa, ada harga tentu saja. Ini disadari dan bukanlah masalah besar bagi kelompok ini.

Tetapi, banyak burung yang sekarang disebut konslet itu awalnya berasal dari kalangan pemula juga. Karena dibeli cukup mahal, bagi mereka para pemula, ini seperti berkah. Seperti mendapat durian runtuh.

“Jadi pemahaman love bird konslet itu puncaknya burung love bird kualitas, kita tahu itu versi siapa. Itu versi yang punya uang. Coba amati, yang punya love bird konslet siapa. Secara sekilas saja sudah bisa tergambar, sekarang love bird hanya dikuasai oleh beberapa pemain. Kesempatan yang lain khususnya akar rumput jadi tidak ada. Jadi dengan BnR hanya menilai yang fighter saja, kesempatan akar rumput akan terbuka lebar, dunia love bird tidak dikuasai kelompok tertentu saja. Mereka yang selama ini memilih tiarap akan kembali turun gunung dengan penuh semangat.”

 

Tersedia 4 kelas love bird BEBAS (tanpa embel-embel), 1 kelas love bird fighter, 2 kelas balibu.

 

Bang Boy kembali menegaskan bila dalam hal ini, BnR hanya ingin memperjuangkan para akar rumput supaya bisa sejajar dalam dunia burung. “Para penangkar juga bisa kembali mengangkat harga love bird.”

Bang Boy pun menegaskan, sama sekali tidak bermaksud mematikan konslet. “Kami hanya ingin mengangkat akar rumput supaya bisa bersaing secara adil. Itu saja. Ibarat warung makan, EO itu bukan hanya BnR. EO lain kan ada, bahkan banyak, semua masih membuka kelas umum atau mengijinkan burung konslet turun. Silakan menurunkan di sana, tidak ada masalah dan saya kira juga tidak perlulah kita sesama EO lantas diadu-domba.”

Betulkan dengan BnR sebagai salah satu EO besar dan berpengaruh hanya akan menlai love bird fighter, lalu kelas love bird secara umum akan kembali ramai dan meriah seperti masa keemasannya beberapa waktu lalu?

 

 

Pengamat dan Love bird mania seperti Oyong dari Malang, mengaku tidak terlalu kaget dengan keluarnya statemen Bang Boy yang hendak menghilangkan penilaian love bird konslet di BnR.

“Ini keputusan yang sudah saya duga sebelumnya. Semenjak sejumlah Tokoh dan EO mulai membatasi ruang gerak love bird konslet, saya sudah menduga dan membaca arahnya mau ke mana. Suka tidak suka, beliau itu membawai EO besar yang berpengaruh, makanya meskipun statemennya itu belum berlaku, sudah gaduh duluan.”

Oyong mengaku mencoba tetap tenang. “Konslet itu hanya istilah atau label, mungkin sesuatu yang salah kaprah. Bagaimana menentukan apakah itu konslet atau fighter, di mana persisnya yang jadi pembeda, kita juga masih akan berdebat panjang.”

 

17 kelas love bird beragam kategori (Bebas Aksi, Batas Poin, Pemula, Balibu), semua kelas hadiah utuh tanpa potongan.

 

Kalau burung konslet, atau burung love bird berkualitas, benar-benar tidak boleh digantangkan, banyak penggemar love bird yang membayangkan lomba akan kehilangan daya tariknya. “Lomba itu kan bagian dari proses seleksi. Mulai dari Latber mau tampil baik dan juara, kemudian berani turun di Latpres dan seterusnya hingga lomba Lokal, masih bisa menang maju ke Regional. Misal saya punya burung, kalau di lokal Malang saja masih belum bisa bersaing, masa mau nekad bawa ke Surabaya, apalagi sampai jauh ke Jakarta," imbuh Oyong.

Beda kalau sudah punya materi bagus, sudah teruji di tingkat lokal sampai regional. Pergi lomba ke Jakarta dari daerah misalnya, tentu ada hitung-hitungan. Ada harapan bisa juara hadiah masih cukup buat biaya-biaya bahkan masih ada sisia buat yang ditinggal di rumah.

Mungkin tidak juara, tapi burung tampil bagus dan kepantau orang, bisa laku mahal. “Keinginan menang entah karena besaran hadiah atau prestis suatu lomba, lalu peluang bisa laku mahal, itu kan hal-hal yang tidak bisa kita pungkiri jadi daya tarik di love bird. Setidaknya buat saya pribadi. Hal seperti itu saya bayangkan sulit bisa terjadi kalau burung-burung yang kualitas tidak boleh turun. Orang jauh tak mau datang dong, lomba jadi kehilangan greget dan prestisnya,” tambahnya.

Kalau kelasnya terus menyusut, apalagi benar-benar dihapus, hingga burung yang kualitasnya bagus pada level tertentu (sebutlah level konslet) sudah tidak boleh lagi ikut lomba, ya mereka yang punya uang lebih tidak mau lagi beli love bird (mahal).

 

 

Fenomena seperti Itu yang menurut Oyong sekarang mulai terjadi dan dirasakan. Kalau orang tak mau lagi beli burung berkualitas dengan harga mahal, sampai ke level paling bawah, burung bahan, harganya ikut anjlok.

“Dulu bahan sayur bisa laku 500 ribu, sekarang coba... 50 ribu juga sulit. Bahkan mungkin dikasihkan saja tidak mau. Karena tak ada lagi harapan bisa jual mahal di level atasnya. Itu sebabnya, saya berpikir ketika ada upaya membeda-bedakan antara konslet dan fighter atau apa pun namanya, ini justru akan jadi langkah mundur. Sudahlah, kembalikan ke pakem awal dulu, kelas love bird saja. Sesuai namanya, lomba burung berkicau. Kalau mau bunyi ya itu ada nilainya. Mau nilainya bagus, ya harus bagus bunyinya. Pengin juara, ya bagaimana supaya bunyinya lebih bagus dari yang lain, tidak asal bunyi. Sesuai kriteria umum saja, ada kerajinan, ada volume, dan seterusnya.”

 

HERU SB BETON / DEN BAONGK, PEMILIK LB MUSLIM Bicara Konslet vs Fighter. "Yang kita takuti sebenarnya TITIPAN JURI, bukan konslet."

 

Bagaimana dengan “problem” bahwa burung konslet atau berkualitas itu hanya dimiliki orang tertentu, atau disebut Bang Boy hanya dikuasai kelompok tertentu saja? Bukankah hal ini juga jamak terjadi pada semua jenis burung yang lain juga?

“Alamiah, burung bagus jenis apa pun bisa muncul dari mana saja, dari siapa saja. Koslet banyak yang asalnya dari pemula. Setelah melalui proses seleksi, pada akhirnya akan menjadi koleksi para bos. Dibeli mahal yang bagi pemula, ini jelas berkah luar biasa. Di jenis burung apa saja, kalau sudah jadi burung langganan juara nasional, kita bisa tunjuk pakai jari siapa-siapa pemiliknya. Pembedanya, hanya pada love bird yang sudah jadi dan matang, relatif lebih stabil, sehingga kesannya juaranya itu-itu saja, tidak gonta-ganti. Tapi pada kondisi sekarang saat burung berkualitas semakin banyak, makin berimbang, saat ketemu di even besar juaranya juga ganti-ganti. Jarang ada satu burung bisa menguasai banyak kelas,” tandas Oyong. [maltimbus, bersambung]

KATA KUNCI: love bird fighter klfi itok lb oyong alb bang boy bnr tidak akan menilai love bird konslet

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp