KANG EBOD (KIRI) BERSAMA ROBBY DARWIS, LEGENDA SEPAKBOLA NASIONAL & PERSIB BANDUNG

KANG EBOD

Dari Lomba Burung Hingga Sepakbola, “Resistian” Jadi Andalan 

Apa yang sesungguhnya dicari dan dikejar oleh H. Makhfudz Solaiman, atau lebih dikenal sebagai Kang Ebod, sering juga dipanggil Kaisar Ronggolawe. Mengapa tampak masih selalu memburu dan mencari sesuatu meski pencapaian saat ini sungguh sudah luar biasa?

Rupanya inilah yang menjadi spirit dasarnya: mampu melewati tantangan menjadi suatu kepuasan tersendiri. Menikmati semua proses menuju kesuksesan melalui berbagai tantangan yang dihadapi.

Tak heran, begitu satu tantangan berhasil dilewati, akan dibuatlah tantangan baru. Kaisar, 47 tahun, adalah pria asli Kebumen, Jawa Tengah. Sudah lama beliau berdomisili di Bandung, Jawa Barat, hingga menggapai sukses besar.

Kita ulangi lagi, “Sukses besar”. Sungguh, Ini bukan pujian berlebihan. Julukan Kaisar, adalah salah satu representasi kesuksesannya. Dia adalah pelopor dan saat ini benar-benar pemimpin pasar untuk multi produk kebutuhan hobi burung. Bahkan, bisnis dan kegiatannya juga mulai merambah ke luar jalur hobi burung.

 

 

Yang di desa, di kota. Yang ikut lomba atau sekadar didengar suaranya di rumah. Dari generasi ke generasi sudah memakai TOPSONG.

 

Kaisar mungkin memang dilahirkan sebagai seseorang yang menyukai tantangan. Ketika mengawali kiprahnya di bisnis sangkar dan perlengkapan hobi burung berkicau, beliau berhasil melewati tantangan dengan menjadikan sangkar burung bermerk Ebod Jaya booming di pasar kicauan, sekaligus sukses mempelopori lomba wajib sangkar di berbagai gelaran lomba yang disponsorinya.

Kita harus mengakui, beliaulah yang memulai dan kemudian menjadi inspirasi bagi pebisnis lainnya yang kemudian masuk ke ceruk yang sama. Maka, sangkar bermerek, juga aksesoris dan keperluan hobi burung lainnya, sekarang sudah menjadi hal biasa. Di mana-mana kita melihat sangkar, pasti ada emblem mereknya. Padahal dulunya, hampir semua sangkar itu polos, tak ada tanda atau label yang menunjukkan siapa pengrajin, atau produsennya.

Sukses sebagai bakul sangkar yang menguasai pasar tanah air, menjadi modal utama Sang Kaisar, untuk melakoni tantangan-tantangan berikutnya.

Bila sebelumnya produk-produknya mendukung atau menjadi sponsor dari EO lain, beliau kemudian mendirikan organisasi perburungan atau EO sendiri bernama Ronggolawe Nusantara. Kini usianya sudah 7 tahun, terus berkembang dan melebar sayapnya ke berbagai daerah.

 

VitaMix METABOLIS, atau lebih dikenal sebagai Metabolis Putih, cara baru, mudah, dan cespleng menggacorkan burung. Mudah didapat di kios-kios burung. Buktikan. Informasi produk Phoenix, hubungi (WA) Yovie di 0813-8378-3626.

 

3 Tahun yang lalu, beliau kembali membentuk organisasi penangkaran, yakni APBN (Asosiasi Penangkar Burung Nusantara). Ini bukan organisasi pertama yang menjadi rumah bagi para penangkar, tapi di usianya yang ibarat belum genap seumur jagung, atau usia Paud, APBN sudah menjelma menjadi organisasi penangkaran terbesar di tanah air dengan anggota puluhan ribu penangkar.

Lomba-lomba kelas khusus Ring APBN semakin sering digelar, burung-burung yang memakai ring APBN pun semakin dicari dan diburu para kicaumania tanah air. Ring APBN yang per biji kini dibandrol 50 ribu, boleh jadi ini ring burung paling mahal tidak hanya di lingkup Indonesia saja, juga semakin laris dipesan para penangkar. 

Suka tidak suka, kita juga harus angkat topi untuk kesuksesan APBN ini. Banyak breeder yang mengaku sangat diuntungkan bergabung dengan APBN, karena anakannya menjadi lebih cepat terjual dengan bandrol harga yang lebih baik.

Meski hidup dari burung, juga memiliki EO lomba burung, tetapi sejak awal Sang Kaisar tidak ingin terlibat terlalu dalam dengan menjadi seorang kicaumania yang sekaligus seorang pelomba.

“Kalau saya juga seorang pelomba, lalu berinteraksi dan berteman dengan banyak pelomba lain, nanti Ronggolawe Nusantara pasti punya nuansa yang beda. Secara tak sadar, saya bisa bisa terinveksi “penyakit” kepentingan soal siapa yang akan jadi juara.”

 

 

Beliau tidak mau seperti itu. Dengan tidak menjadi bagian dari peserta lomba burung, Kaisar bisa dikatakan tidak peduli mau yang jadi juara di Ronggolawe Nusantara itu burung siapa, dari mana, apa itu pemain biasa atau tokoh atau bos.

“Kenapa, karena saya bukan pemain burung. Saya tidak punya burung untuk lomba. Saya tidak punya hubungan yang spesial dengan pemain atau pelomba burung tertentu. Insya Allah, sikap netral saya dalam hal hasil lomba di Ronggolawe Nusantara masih tetap terjaga sampai sekarang.”

Meski begitu, bukan berarti Sang Kaisar lantas lepas tangan dan tidak memperhatikan apa yang terjadi di Ronggolawe Nusantara atau perkembangan dunia lomba burung secara umum.

Misalnya, ketika melihat trend di banyak EO, termasuk Ronggolawe Nusantara, lomba mulai berdurasi kelewat panjang dan baru selesai hingga larut malam. Sesuatu yang secara umum dikeluhkan oleh publik kicaumania, tapi mereka seakan tak bisa berbuat apa pun selain hanya mengeluh dan mengeluh.

Beilau pun berpikir keras, apa tidak bisa dibuat sistem yang lebih simpel, lebih cepat, tetapi tetap teliti, akurat, dan terjaga fairplay-nya?

 

Hari gini belum pakai TWISTER? Segera merapat di kios-kios / agen terdekat, bila belum ada mintalah untuk menyediakan, biar Anda dan para kicau mania lainnya lebih mudah mendapatkannya. Coba dan buktikan kualitasnya, dan berikan respon melalui hotline 08112663908.

 

Pergolakan pemikiran Kaisar akhirnya menghasilkan apa yang sekarang kita kenal sebagai Resistian, singkatan dari Reformasi Sistem Penilaian. Secara sederhana, Resistian menghilangkan sistem nominasi terbuka, dan kembali ke nominasi tertutup. Tetapi, beda dengan sistem tertutup yang berlaku sebelum menganut sistem terbuka, juga tidak sama dengan sistem yang masih berlaku di organisasi lain.

Sistem ini pun diklaim mampu menjadi solusi lomba yang biasanya rampung malam, sekarang di Ronggolawe Nusantara rata-rata sudah bisa diselesaikan tak sampai jam 18.00. Hasilnya pun diklaim tak kalah akurat dan efektif.

Selain bisnisnya jalan, beliau juga ingin bermanfaat untuk orang banyak. Minimal untuk masyarakat sekitar di lingkungan pabrik tempat usahanya di Kota Cimahi, juga di sekitar tempat tinggalnya.

Kang Ebod aktif membina dan membantu masyarakat setempat. Mulai bidang ekonomi, keagamaan, kepemudaan hingga olahraga. Sebagai penghobi bola, beliau kemudian mendirikan klub sepakbola Ebod Jaya FC yang saat ini siap berlaga di Liga 3 Jabar. Untuk pembinaan usia dini, beliau juga mendirikan Akademi Sepakbola Ebod Jaya di Cimahi. 

 

 

Seperti halnya di dunia lomba burung, Kaisar juga mewarnai kiprahnya di dunia sepakbola dengan berbagai inovasi. Di antaranya dalam perekrutan pemain Liga 3 Jabar, ia mengharuskan pemain minimal memiliki tinggi 170cm.

Pemain tidak hanya dituntut memiliki skil dan fisik yang mumpuni, tetapi juga harus memiliki wawasan yang baik soal teknik bermain bola. Bahkan, istlah Resistian juga diterapkan di klub sepak bola binaannya.

Menurutnya, untuk mewujudkan sebuah tim sepak bola yang ideal, perlu diterapkan Resistian yang berarti Reformasi Sistem Latihan. “Pemain harus dibiasakan aktif saat di lapangan. Terus bergerak dan mampu menguasai bola, terutama saat ditempel lawan,” ujar Kang Ebod, saat ditemui usai ujicoba tim Ebod Jaya FC melawan PSKC Cimahi, tim asuhan Robby Darwis, di lapang Pusdikjas TNI AD Cimahi, belum lama ini.

 

Apapun problem "bunyi" pada burung Anda, dari mulai MACET sampai hanya mau tampil angot-angotan, berikan MONCER-1, tunggu beberapa hari, langsung JOSS.

 

Sudah berakhirkah tantangan itu? Tentu saja belum. Kini juga muncul tantangan baru yang boleh jadi lebih menantang dari tantangan-tantangan terdahulu. Bedanya, bila tantangan sebelumnya dipilih dan ditentukan sendiri oleh Kaisar, kali ini tantangannya muncul dari masyarakat Cimahi.

Bersediakah ia didaulat jadi pemimpin daerah di Kota Cimahi? Tantangan ini juga bukan mengada-ada, lebai, atau kelewat dipaksakan. Faktanya, beberapa tahun terakhir ini namanya memang kerap dikaitkan dengan pencalonan sebagai Walikota Cimahi untuk Pilkada 2022 mendatang.

Burungnews pun mencoba mengkonfirmasi langsung. Seperti yang sudah-sudah, beliau pun menanggapinya dengan nada berkelakar. “Ahh gosip itu. Digosok-gosok makin sip. Hahaha....” [han-han, maltimbus]

 

KATA KUNCI: kang ebod ebod jaya ronggolawe nusantara apbn resistian

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp