BENY PESONA, PONI, & RUDY CAPLANG

JURI INDEPENDEN = JURI COMOTAN?

Bisakah Menilai Secara Kompak dan Fairplay?

Entah benar atau tidak, sejumlah orang sering menjuluki juri independen sebagai juri comotan. Kenapa, karena tidak punya induk organisasi, punya pakem sendiri-sendiri, sehingga peluang pincang saat penilaian menjadi besar. Begitukah?

Bisa ya bisa tidak. Tetapi, beberapa event yang pernah digalang oleh Rudy Cap Lang, Beny Pesona, dan kawan-kawan di tlatah Banyumas membuktikan bila penilaian para juri independen bisa bagus, tak kalah dengan yang dilakukan oleh para juri dari EO-EO besar yang mapan.

“Kita bisa melihat atau mengukur dari kepercayaan peserta yang hadir, dan tanggapan atas hasil penilaian. Kalau tak banyak komplain, atau malah tidak ada, terus yang kalah juga mau menerima dengan legawa, berarti kinerja team juri bolehlah kita anggap bagus,” ujar Rudy.

Selain dimulai dengan memilih juri yang punya jam terbang tinggi, benar-benar paham burung, dan tentu juga secara luas dikenal lurus dalam berbagai tugas yang pernah diembannya, juga ada mekanisme pengawasan berjenjang.

Menurut Rudy, dia dan teman-teman sudah melakukan pendataan, tanya kanan-kiri, para juri yang  benar-benar mengerti soal burung, dan jejak rekam dalam bertugas juga tidak banyak komplain, tidak dianggap membawa penumpang, dan semacamnya.

 

Yang di desa, di kota. Yang ikut lomba atau sekadar didengar suaranya di rumah. Dari generasi ke generasi sudah memakai  TOPSONG.

 

Untuk juri kicauan, hampir semuanya akan mengandalkan para juri dari luar kota. Sementara para juri dalam kota, lebih banyak bertugas di lapangan yang menilai love bird dan burung-burung kecil lainnya.

“Korlap kita punya para juri senior yang sudah sangat berpengalaman dan integritas diakui, juga disegani oleh para pemain. Demikian pula dengan IP-nya. Rasa-rasanya sih aman untuk urusan juri.”

Masalah pakem, menurut Rudy sesungguhnya akan mengerucut pada hal yang sama. “Burung juara itu seperti apa sih, saya kira akan menjurus pada hal yang sama. Yang membedakan hanya caranya saja. Misalnya, ada yang mencoba menandai burung-burung yang membuat pelanggaran, ada yang tidak. Ada yang nominasi tertutup, ada yang terbuka. Hasil akhirnya, kalau benar-benar mengedepankan hati nurani dan fairplay, pasti akan mendekati sama.”

Tentu saja, para juri yang berasal dari berbagai daerah itu tidak begitu datang langsung masuk lapangan. Seperti biasanya, akan ada mekanisme briefing dulu. Tidak searah, misalnya dari panitia hanya ngomong tolong kalian para juri harus bekerja profesional, jujur, fairplay.

“Juga ada proses diskusi. Kadang bisa seru dan lama debatnya. Masing-masing juri yang mungkin punya pengalaman tertentu akan coba dikemukakan, untuk disikapi bersama. Tapi kalau sudah disepakati model yang akan dipilih, ya itu yang nantinya akan diterapkan di lapangan,” imbuh Beny Pesona.

 

 

 

Cara-cara di atas, yang sudah terbukti baik dalam gelaran-gelaran sebelumnya, akan kembali diterapkan di gelaran Piala Andhang Pangrenan, Minggu 2 Februari 2019 di Kampus UMP Purwokerto. Main dua lapangan, semua kelas hadiah utuh tanpa potongan. Tropinya, dijamin bikin gemes.

“Kemasan sudah begitu menarik, penjurian Insya Allah juga akan memuaskan. Jadi, event yang merupakan kolaborasi seluruh EO di tlatah Banyumas ini benar-benar sudah komplit. Maka kalau ada yang tidak ingin merapat ke sini, ya pasti akan rugi dan menyesal,” tandas Rudy lagi.

Ya, Piala Andhang Pangrenan memang even milik semua EO yang ada di Kabupaten Banyumas. Panitianya bersama-sama. Mereka tentu juga sepakat di hari yang sama tidak akan menggelar lomba.

Lobi dan penggalangan dukungan ke daerah-daerah di sekitarnya pun sudah sejak lama. Secara umum dukungan penuh mulai dari Cirebon, Ciamis, Tasikmalaya, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Wonosobo, Temanggung, Magelang, Banjarnegara, Purworejo, Kebumen, Cilacap, Purbalingga, Banjarpatroman, Bumiayu, dan lainnya.

Beberapa event kecil mungkin masih ada, tetapi secara umum para kicau manianya bakal merapat ke Purwokerto. Bahkan juga sudah banyak yang dari jauh seperti Jakarta, Bandung, Kediri, Semarang, Solo, Yogyakarta, dan lainnya sudah masuk pesanannya.

“Insya Allah secara peserta bakal ramai. Kami tinggal memastikan penyelenggaraannya akan baik dan rapi,” tutup Rudy Cap Lang.

Kesimpulan umumnya, mau pakai juri independen atau memilih yang tergabung dalam EO pada dasarnya sama. Juri Independen, apakah itu yang masih muda maupun yang senior, yang punya kemampuan tinggi dan sekaligus integritasnya bagus, juga banyak.

Sebaliknya, juri EO yang kemampuannya pas-pasan pun tidak sedikit. Sementara yang sesungguhnya punya kemampuan dan jam terbang tinggi, tetapi kejujurannya diragukan, juga bejibun.

Jadi, tinggal pinter-pinternya panitia dalam memilih para juri, dan kemudian mengelolanya dengan baik. Dengan demikian, lomba bisa berlangsung lancar, kondusif, dan secara umum bisa memuaskan para pesertanya.

 

BROSUR DAN JADWAL PIALA ANDHANG PANGRENAN, KLIK DI SINI

  

Jangan sampai ketinggalan sama yang lain. Segera dapatkan  TWISTER  di kios-kios terdekat. Coba dan buktikan kualitasnya, dan berikan respon melalui hotline  08112663908.

 

 

 

 

KATA KUNCI: rudy cap lang beny pesona piala andhang pangrenan juri independen

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp