H SAMSULHADI. LUWES BERGAUL DENGAN SIAPA PUN

H.M SAMSULHADI

Tetap Cool dan Kreatif Hadapi Berbagai Situasi di Perburungan

Para kicaumania di tanah air, tentunya mengenal dengan cukup baik nama HM. Samsulhadi, juri senior PBI Bantul. Ia sudah menjadi kicaumania dan berlomba sejak era 90-an. Piala Pakualam yang akan digelar pada 30 Juni besuk, adalah salah satu event yang diarsiteki olehnya. Demikian pula dua event unggulan lainnya, Jogja Istimewa (d/h Valentine) dan Piala Raja.

Karirnya di PBI bermula dengan menjadi juri di PBI Sleman yang waktu itu diketuai oleh Esnawan, SH. Setelah PBI Bantul terbentuk, H. Samsul berpindah “domisili” menjadi juri di PBI Bantul, sampai sekarang. Posturnya yang relatif kecil tapi lincah, membuatnya sering dijuluki sebagai Si Kancil oleh rekan-rekannya yang lebih sepuh. Kini ia memiliki jabatan cukup penting, Humas PBI Pusat selain di bidang konservasi, serta menjadi Wakil Ketua PBI Cab. Bantul.

Sebagai kicaumania lawas yang merasakan langsung situasi lintas orde atau zaman, burungnews mencoba mengajak ngobrol terkait tantangan yang mesti dihadapi oleh PBI dari masa ke masa. Berikut rangkumannya.

 

 

DAMPINGI H. BAGIYA, SOWAN KE GUSTI PAKUALAM

 

Samsul mengakui, situasi dan kondisi jaman sekarang memang berbeda. “Dulu, PBI menjadi satu-satunya EO. Lalu mulai muncul EO baru yang diawali oleh LKMI dengan Mr. Endik Gundul sebagai tokohnya. Endik memang memberikan warna baru pada masa itu, seperti memperkenalkan juara umum, memberikan sebutan Mister untuk para kicaumania, mengenalkan kelas-kelas seperti Bintang, Favorit, hingga yang berani memulai hadiah materi seperti barang elektronik sebelum hadiah uang. Kami di PBI jadi tidak sendirian lagi, jadi ada “pesaing”, he he he. Harus diakui juga, LKMI menginspirasi munculnya EO-EO lainnya di luar PBI. Dalam hal memberikan hadiah mulai materi dari barang hingga uang, PBI bisa dikatakan paling akhir, karena memang ada mekanisme yang harus dilalui dengan merubah aturan di AD/ART terlebih dahulu.”

Meskipun begitu, bila dibandingkan saat ini, jumlah EO saat itu masih termasuk sedikit, relatif masih bisa bekerja sama, berbagi hari Minggu. Sebab awalnya, lomba hanya hari Minggu saja. Hari libur di luar hari Minggu belum digunakan untuk lomba. “Jadwal dari PBI yang keluar setahun sekali, tetap menjadi rujukan bagi EO yang lain, mereka akan mengisi hari lain yang tidak dipakai oleh PBI. Kan lombanya PBI tidak banyak. Tiap Cabang rata-rata setahun hanya menggelar satu kali, paling banyak 3 kali dan itu hanya di PBI Cabang tertentu yang cukup kuat. Jadi untuk event lokal, masih banyak hari yang bisa dipilih oleh EO lain untuk menggelar lomba tanpa harus saling benturan, atau barengan.”

 

SILATURAHMI TANPA BATAS, LINTAS EO & BLOK

 

Jaman terus berubah, hingga bermunculan lagi EO-EO baru baik sekala Nasional, Regional, sampai pada lingkup yang paling kecil, hingga ke level “kampung”, bahkan bisa lebih kecil lagi. EO-EO era sekarang itu hampir semuanya punya gantangan permanen untuk membuat gelaran rutin minimal seminggu sekali. Hari Minggu jadi penuh lomba, lalu mulai menggunakan hari libur lain di luar hari Minggu, penuh juga mulailah merengsek ke hari-hari kerja dengan mengambil waktu sore. Kemudian juga berkembang gantangan malam.

“Waktu jaman awal dekade 2.000-an, tidak ada namanya gantangan permanen. Semuanya lepas pasang. Baru dipasang kalau mau ada lomba, setelahnya dilepas. Belum ada gelaran rutin yang sekarang dikenal sebagai Latber, Latpres, Spesial, dan seterusnya. Sekarang situasinya sudah jauh berbeda.”

 

 

Situasi sekarang memang diakuinya penuh tantangan. “Bagi kami yang ada di PBI, memang ada banyak tantangan. Kami dituntut harus tetap kreatif agar tidak ketinggalan jaman, di sisi lain harus tetap berada dalam koridor aturan main yang sudah dirumuskan dan disepakati dalam AD/ART. Ini berbeda buat saudara-saudara kita yang berada di luar PBI, mungkin relatif lebih longgar dalam berkreasi.”

Di saat para EO lain terus menambah jenis burung yang dilombakan, PBI justru sebaliknya, mengurangi. “Karena kami di PBI kan juga punya prinsip lomba itu harus dikendalikan, dan itu alhamdulillah masih konsisten terus diterapkan sampai sekarang. Itu sebabnya, jumlah lomba yang digelar oleh masing-masing Cabang PBI hingga event-event koalisi tetap seperti dulu, rata-rata setahun hanya sekali, sampai maksimal paling 3 kali. Jadi kami tidak pernah mentang-mentang sedang ramai peserta, lantas pengin bikin lomba terus tiap bulan misalnya.”

 

SAHABAT LAMA DAN BARU, TETAP TERJAGA HUBUNGAN BAIKNYA

 

Demikian pula dalam jenis burung. Beberapa jenis dikurangi atau dihapus, seperti jaman dulu ada kelas decu, prenjak/ciblek, branjangan, anis kembang, cucak rawa, murai batu. “Beberapa jenis burung yang sudah terbukti bisa diternak secara masal, mulai kami buka lagi tapi wajib ring. Dimulai dari cucak rawa dan anis kembang, lalu mulai 2017 sudah menutup kelas murai batu (non ring), dan beralih hanya melombakan kelas murai batu ring. Demikian pula dengan branjangan dan jalak, kita bisa buka lagi dengan catatan juga pakai ring. Terkait murai batu ring, karena ini masih relatif baru, tentu banyak kicaumania jaman sekarang masih ingat betul, pada awalnya juga menimbulkan kontroversi, banyak yang menentang. Toh kami tetep keukeuh, hasilnya sekarang kelas murai batu ring juga tetap diminati, peserta secara umum masih tetap penuh-penuh. Lalu kami secara spesifik mulai mengembangkan kelas ring khusus PBI, yang dimulai dari ring warna silver. Respon sekarang juga terus membaik.”

Untuk burung impor, jenis hwamey yang dulu pernah mengalami masa keemasan, juga mulai dimasukkan lagi. Jenis burung impor lainnya seperti love bird, kenari, finch, juga bisa dipisahkan lagi jenisnya kalau ingin menambah kelas.

 

 

Samsul tak menampik, masih banyak kritik ditujukan kepada PBI, baik itu terkait dengan program dan konsep konservasi hingga terutama terkait penyelenggaraan lomba. “Iya, pada prinsipnya PBI itu juga selalu berusaha responsif, menerima setiap masukan. Memang tidak setiap masukan serta merta bisa langsung diterapkan, harus dipilah-pilah dulu. Sebagian masukkan kalau dirasa memang bagus dan penting, akan diusulkan dulu di rapat kerja tahunan kami.”

Kini PBI juga mulai melakukan proses regenerasi baik dalam keorganisasian maupun sisi fungsional seperti para juri. Beberapa cabang yang dulu ada dan sempat mati mulai diaktifkan lagi, ada pula cabang yang benar-benar baru. “Sebenarnya banyak usulan berdirinya cabang-cabang baru atau mengaktifkan cabang lama yang vakum. Namun kami tidak mau tergesa-gesa. Harus ada semacam proses skrening dulu, seperti calon pengurusnya apa benar-benar sudah siap. Jangan buru-buru dideklarasikan, tapi setelah itu vakum lagi. Itu sebabnya, dalam hal seperti ini PBI mungkin kalah progresif dengan EO lainnya. Tidak mengapa, karena PBI pada prinsipnya memang EO non bisnis.”

 

 

Di luar kesibukan mengurus organisasi maupun aktif menjadi juri, Samsul juga seorang kicaumania yang hobinya juga mulai diteruskan kepada putranya. Samsul rajin mengikuti lomba ke berbagai daerah, terutama di lomba-lomba yang digelar oleh EO lainnya. “Jadi kalau urusan sebagai penghobi, sebagai kicaumania, saya juga rajin nyambagi gelaran teman-teman EO lainnya, seperti BnR, Ronggolawe, Radjawali Indonesia, RGN, dan lainnya termasuk independen.

Memang kehadiran ke event EO lain itu tak semata mewakili pribadi, tapi sekaligus juga menjadi wakil PBI untuk terus menjalin komunikasi dan persahabatan lintas dengan sesama EO. “Jadi saya berprinsip baik sebagai pribadi maupun mewakili PBI, kalau urusan hobi dan silaturahmi haruslah tanpa batas, tidak boleh tersekat-sekat hanya karena beda EO.”

 

DUA PUTRA DAN KEPONAKAN. SIAPKAN GENERASI PENERUS

 

Samsul mengaku bersyukur, sebab hingga sekarang PBI masih tetap bisa eksis, tumbuh dan berkembang bersama EO-EO yang lain. Meski dalam frekuensi terbatas, event-eventnya dianggap memiliki prestis tersendiri, sehingga membuat banyak kicaumanai merasa kangen dan menunggu-nunggu gelaran PBI. Banyak daerah yang kini juga memiliki sejumlah event unggulan, seperti Bali Shanti di Bali, Pakde Karwo Cup di Jawa Timur, lalu ke depan juga ada gelaran yang baru seperti Piala Cisadane di Tangerang.

BROSUR DAN JADWAL PIALA PAKUALAM KE-7, KLIK DI SINI

 

DANSATPOM AU. BERSAMA UNSUR LAIN SIAP AMANKAN PIALA PAKUALAM & EVENT PBI LAINNYA

 

KATA KUNCI: h samsulhadi h bagiya rakhmadi pbi

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp