H. ARIFIN MENGECEK KONDISI TELUR DI GELODOK ATAS TEMPAT BERTELUR RIO-RIO.

H. ARIFIN MOJOKERTO

Sukses Breeding Burung Rio-Rio Untuk Masteran Murai Batu

Burung rio-rio pernah populer diperlombaan dan masuk dalam kelas burung masteran khususnya kelas murai batu. Di tangan H. Arifin Mojokerto burung ini berhasil ditangkarkan.

Di gantangan lomba burung kicauan dan ngekek love bird, baik latber atau latpres, saat ini sudah tidak ditemukan ada burung rio-rio yang dikonteskan. Pun di kontes besar, juga sudah jarang sekali ada kelas untuk rio-rio. Padahal beberapa tahun yang lalu, masih ada kelas untuk burung ini meski masuk dalam kelas burung campuran.

 

 

RIO-RIO BERCAMPUR DENGAN PERKUTUT, KARENA MEREKA BISA HIDUP BERKELOMPOK.

 

Burung endemik Sulawesi ini, menurut H. Arifin Mojokerto, yang punya toko burung dan pakan burung di jalan Empula, sangat cocok untuk masteran murai batu. Burung rio-rio yang masuk keluarga jalak ini mempunyai kelebihan suara yang nyerecet tajam sehingga sangat tepat untuk karakter suara murai batu.

Lelaki beranak 6 dan bercucu 13 menambahkan akan lebih bagus lagi jika burung rio-rio dimaster terlebih dulu dengan suara burung yang memiliki tembakan dengan speed rapat seperti cililin, tentu hasilnya menjadi lebih dahsyat lagi.

Berdasarkan taksonominya, rio-rio termasuk dalam keluarga jalak, dengan nama spesies Scissirostrum dubium atau dalam literatur perburungan internasional disebut sebagai grosbeak starling.

 

H. ARIFIN SEJAK TAHUN 1977 SUDAH BERKECIMPUNG DALAM DUNIA PERBURUNGAN.

 

Burung rio-rio masih menurut H. Arifin banyak dijumpai di alam di Sulawesi dan pulau atau gugus pulau di sekitarnya. Sepengetahuan lelaki ini, burung tersebut tidak termasuk burung yang dilindungi, tapi kemungkinan bisa saja punah jika terus-terusan dieksploitasi. “Ya, seperti jalak bali, dulu di sini banyak, namun karena tidak dilindungi ya akhirnya punah juga. Syukur sekarang sudah banyak yang berhasil menangkarkannya,” ujarnya.  

Meski sudah puluhan tahun mengeluti dunia perburungan, namun H Arifin mengaku belum terlalu lama menangkarkan rio-rio. Niat awal ingin mengembangkan rio-rio hanya berdasarkan pada rasa penasaran dan siapa tahu bisa juga ikut andil dalam pelestariannya.

 

SUDAH SAATNYA JAGOAN MAU TAMPIL MAKSI. Gunakan Moncer1 dari Super Kicau, asupan paten para juara. Bisa diberikan dengan beragam cara, bisa teteskan langsung pada paruh (bila burung terbiasa dipegang tangan), teteskan pada minuman, oles dan campur dengan makanan atau EF, atau suntikkan pada EF seperti jangkrik.

Untuk tahap awal, berikan setiap hari selama sepekan. Lihat dan perhatikan perubahan yang terjadi. Selanjutnya bisa diberikan mulai H-2 atau sesuai kebutuhan. HATI-HATI BARANG TIRUAN.

 

“Awalnya hanya dua ekor yang terdiri dari jantan dan betina. Mulanya tidak langsung berhasil, sebab rio-rio agak sulit dibedakan mana jantan mata betina jika belum mendalami dengan seksama jenis kelaminnya,” ujarnya.

H. Arifin bisa membedakan mana jantan mana betina berdasar pada paruh dan kepalanya, yang mana jantan lebih besar dan lebih melengkung dibandingkan dengan yang betina. Selain itu, yang lebih penting untuk bisa mengenali jantan dan betina adalah lewat insting kita. Karena itu tidak cukup sekali melihat langsung bisa mengenali jantan dan betina, tapi terkadang butuh sampai berkali-kali.  

 

MEMBEDAKAN PIYIKAN RIO-RIO JANTAN DAN BETINA.

 

Menurut H. Arifin, rio-rio merupakan salah satu burung yang cepat dan pintar menirukan suara burung lain. Kelebihan burung ini yang begitu juga menjadi pertimbangan H Arifin untuk menangkarkannya. Sebab, nalurinya sebagai pembisnis burung, rio-rio akan tetap dicari karena kelebihannya tadi.

“Usaha di dunia burung jangan hanya berpikir seperti pedagang burung, yang mana beli rp 100 ribu, maka akan dijual Rp 150 ribu dengan mengambil keuntungan Rp 50 ribu. Tapi, juga harus berpikir mana burung yang harga jualnya stabil, akan tren, atau mempunyai kelebihan khusus, sehingga nanti bisa menjualnya dengan harga yang tinggi,” pesan lelaki yang menjadi saksi perpindahan Pasar Burung Mojokerto sampai berkali-kali ini.

 

 

Di kandang burungnya, H. Arifin menempatkan rio-rio bersama perkutut dalam sangkar koloni yang cukup besar. Rio-rio milik H. Arifin yang semula sepasang itu sudah beberapa kali menghasilkan piyikan. Piyikan pertama hanya seekor, selanjutnya seekor lagi, dan baru yang ketiga dan keempat kalinya, sepasang jantan dan betina.

“Setelah piyikan berumur sebulan dan bisa dipisahkan dari indukannya, maka tak lama lagi indukannya akan bertelur lagi,” ujarnya.

 

 

Selain suka hidup berkelompok, rio-rio juga sebisa mungkin dibuatkan kandang mirip habitat aslinya. Karena itu di kandangnya, juga disediakan pohon hidup dan juga pohon kering. Yang tak kalah penting adalah disediakan kolam dan sebisa mungkin kandang itu selalu dalam keadaan lembab, bahkan tanahnya berporus sehingga ada serangga-serangga kecil dan juga ada cacingnya.

“Rio-rio itu sejatinya pemakan buah-buahan seperti pepaya dan pisang, tapi sesekali dia juga menyantap serangga. Serangga itulah yang membuat suara rio-rio makin nyerecet,” pungkas H. Arifin, yang tingga di Jalan Swadaya II, Metikan, Kota Mojokerto tersebut.

 

AGENDA & BROSUR LOMBA, KLIK DI SINI

 

 

BERITA LAINNYA

KATA KUNCI: h. arifin mojokerto rio-rio burung rio-rio

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp