Cucakrowo butuh suasana alami.

CARA KILAT SUKSES BREEDING CUCAKRAWA

 

 

Dalam menangkar cucakrowo, dimulai dengan menyiapkan kandang dan bakalan. Khusus kandang breeding, harus dibikin sesuai habitat asli dari si cucakrowo, yakni alami dan kondisinya sunyi. Hal ini dapat dimaklumi karena cucakrowo tergolong burung sensitif dan gampang stress apabila mendengar suara gaduh.

Menurut Abdul Azis, breeder asal Waru Sidoarjo, satu kandang dibikin dengan ukuran panjang 2,5 meter, lebar 1 meter dan tinggi 2,5 meter. “Seluruh dinding kandang dibikin dari tembok kecuali alas dan atapnya,” papar Azis menjelaskan secara rinci.

Alas kandang, menurutnya, berupa tanah biasa. Sementara atapnya dibiarkan terbuka dengan harapan sirkulasi udara dan sinar matahari berlangsung dengan sempurna.

Agar kandang lebih terproteksi, atap kandang yang terbuka tadi ditutup kawat ram sehingga burung tidak dapat keluar. Antara bangunan kandang satu dengan lainnya dirangkai-rangkaikan (digandeng) dengan pola berjajar hingga menyerupai kamar-kamar. Rangkaian kandang tersebut dibikin dua bangunan yang saling berhadapan.

Di tengah bangunan kandang ada lorong dengan lebar 1,5 meter dan panjang menyesuaikan. Fungsi lorong tersebut sebagai tempat aktivitas bagi sang pemilik untuk merawat, mengontrol, memanen, dan lainnya.

Di atas seluruh rangkaian kandang itu masih harus diberi atap lagi dari kawat ram. Dengan demikian, atap kandang tersebut menjadi rangkap dua, berjarak sekitar 1,5 meter.

“Fungsi atap paling atas selain untuk menjaga sirkulasi udara dan sinar matahari, juga menghindari binatang predator seperti kucing dan tikus masuk ke dalam kandang,” papar Azis menjelaskan.

Masing-masing kandang diberi tiga pintu dengan ukuran yang berbeda, dengan fungsi masing-msing untuk meletakkan pakan, mengontrol, dan memanen. Karena menerapkan konsep alam, di dalam kandang diberi tanaman hidup berupa palem pergu seraya dilengkapi sejumlah tangkringan dari kayu sebagai tempat menghinggap.

Dalam kandang tersebut juga disiapkan kotak tempat sarang. Sementara sarang sendiri dibikin dari ijuk yang diwadahi anyaman bambu.

 

A: PINTU KONTROL, B: PINTU MEMASUKKAN PAKAN, & C: PINTU MEMANEN ANAKAN

 

Berikutnya menyiapkan bakalan cucakrowo yang didapat dari alam atau hasil penangkaran. Cucakrowo jantan harus berumur 1 - 1,5 tahun dan betina 2 tahun. Seluruh bakalan awalnya dimasukkan dalam sangkar masing-masing, 1 sangkar berisi 1 cucakrowo tanpa membedakan jenis kelamiannya.

"Seluruh sangkar itu dikerodong seraya digantangkan dengan posisi saling berdekatan. Seluruh burung di dalamnya kemudian akan saling bersuara dan saling bersahut-sahutan,” terang Azis sembari menggambarkan posisi sangkar yang dimaksudkan.

Dari beberapa bakalan yang digantang tadi, ada yang suaranya “nyetel” dengan ciri saling bersahutan secara kompak. “Nah, kalau sudah demikian berarti kedua burung tersebut berjodoh. Kemudian kedua sangakar tadi diturunkan, bakalan cucakrowo yang ada di dalamnya dimasukkan dalam kandang breeding. Biarkan sejoli cucakrowo berada dalam kandang breeding hingga melakukan perkawinan secara alami,” terang Azis seraya berujar lamanya bakalan untuk bisa nyetel semua saat digantang membutuhkan waktu 3 mingguan.

Selama berada di kandang breeding, sepasang cucakrowo yang sudah berjodoh akan melangsungkan perkawinan. Untuk bisa berjodoh di dalam kandang pada dasarnya ditentukan kondisi cuaca termasuk kecepatan adaptasinya.

 

Kalau kondisi sekitar kandang normal, perkawinan bisa berlangsung cepat. “Sebaliknya kalau burung masih butuh waktu untuk beradaptasi, induk betina akan bertelur 3 bulan kemudian sejak dimasukkan ke dalam kandang breeding,” kata Azis merujuk pada pengalamannya.

Sekali induk betina bertelur, ada 2 butir telur yang dihasilkan. Telur-telur ini pun akan dierami selama 14 hari. “Di dalam kandang juga disediakan pakan rutin berupa voor untuk ayam petelur dengan kadar secukupnya, jangkrik 25 ekor dan kroto secukupnya,” paparnya seraya berujar seluruh pakan harus diganti setiap harinya.

Setelah telur-telur menetas di sarangnya, piyek-piyek itu dibiarkan saja agar diasuh oleh induknya. Terhitung umur 1 minggu di sarangnya, anakan cucakrowo dipanen (disapih) dan dimasukkan ke dalam sangkar tersendiri.

Anakan tadi dipanen beserta sarangnya. Kemudian kotak sarang diberi sarang yang baru. “Terhitung 12 hari usai anakan dipanen, induk betina akan bertelur lagi. Demikian seterusnya,” jelas Azis detail.

Anakan cucakrowo yang baru dipanen dimasukkan ke dalam sangkar tersendiri. Satu sangkar hanya diisi sepasang anakan cucakrowo dari satu kandang. Agar bisa bertahan hidup, tiap-tiap sangkar diberi lampu dop 5 watt sebagai sumber penghangat.

Tiap-tiap sangkar masih diberi perlakuan berupa pengkerodongan secara terus menerus. Dengan perlakuan dop dan pengkerodongan tadi, menjadikan seluruh piyek cucakrowo di dalamnya terasa hangat sehingga bisa bertahan hidup sampai dewasa.

Pemberian pakan dilakukan dengan cara dilolohkan yang tentu membutuhkan bantuan tangan si perawat. Pakan untuk anakan ini dibikin dalam bentuk adonan dengan bahan utama campuran Voor 511, jangkirik dan kroto.

Perawatan demikian dilakukan secara terus-menerus sampai seluruh anakan itu bisa memakan sendiri. “Kalau sudah bisa memakan sendiri, maka kita tidak perlu melolohkannya. Kita cuman menyiapkan pakan di dalam sangkar tersebut,” kata Azis. Umur 45 hari di dalam sangkar, Azis sudah berani melepaskan burung tersebut ke para pemesannya dengan banderol Rp 7,5 juta per pasang.

 

PINTU KHUSUS UNTUK MENGONTROL BURUNG

 

ASINAN HALUS, COCOK UNTUK INDUK, PIYEK, & BURUNG LOMBA

 

[ Pembaca burungnews.com yang budiman, Anda juga bisa ikut mengisi dan memperkaya konten burungnews.com, bisa berupa brosur lomba, hasil lomba, tips, profil, breeeding, dan informasi lainnya terkait hobi burung. Silakan kirim melalui email  naskah dan foto / video pendukung ke burungnews@gmail.com, dan/atau redaksi@burungnews.com. Jangan lupa cantumkan nama dan nomor yang bisa dihubungi, untuk keperluan konfirmasi. Terimakasih. ]

BERITA LAINNYA

KATA KUNCI: cara kilat breeding cucak rowo

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp