PANITIA DAN JURI YANG BERTUGAS DI ARENA SUBDENPOM BC JEMBER
ARENA SUBDENPOM BC JEMBER
Akankah Kelas Paud Ditiadakan di Arena Barometer Blok Timur Ini?
Dalam seminggu ini, ramai sekali diperbincangkan oleh para ngekek mania tentang dihapusnya kelas paud dan baby di salah satu gantangan daerah Jombang, tepatnya di arena Garda BC. Berita itu meluas setelah ditulis oleh media burungnews yang selalu meliput lomba di arena Garda BC.
Tapi dengan dihapusnya 2 kelas tersebut, Panitia Garda BC menggantinya dengan kelas love bird Poin, love bird M3 dan love bird umum. Aturan untuk mengikuti tiga kelas tersebut sudah disosialisasikan terlebih dahulu, dan tertulis di banner besar yang berada di sekitar arena, sehingga mudah dipahami peserta ngekek mania. Bahkan dengan adanya berita itu, beberapa gantangan di area Solo Raya sudah ada yang siap menerapkannya.
WAWAN. SEBAGAI JURI HARUS BERANI TEGAS DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN
Inti dari dihapusnya 2 kelas tersebut, karena untuk menentukan batasan umur masih sangat rancu dan sulit dipahami peserta. Kendati panitia sudah memahami karakter usia love bird, tapi banyak dari peserta yang tidak terima ketika kemenangan yang sudah di depan mata, akhirnya gugur setelah panitia menyatakan usia gacoannya melebihi batas yang ditentukan untuk mengikuti kelas paud. Adu argumenpun sering terjadi di tengah lapangan.
Hal seperti itu sering terjadi di arena Subdenpom BC Jember. Arena yang menjadi barometer di blok timur ini, sering mendiskualifikasi love bird yang turun di kelas paud, karena sudah tidak sesuai dengan kategori paud yang ditetapkan. Apalagi aturan untuk kategori kelas paud di arena ini sangat ketat. Tidak hanya dilihat dari warna hitam di kaki dan jumlah helai sayap yang masih utuh, Wawan selaku panitia yang mengecek kelas paud, juga tidak menerima love bird yang bulu halusnya sudah rontok atau jatuh. “Apapun alasannya, kelas paud di arena Subdenpom BC tidak boleh ada bulu yang sudah rontok,” ujar wawan dengan nada tegas.
Dengan ketegasannya itu, Wawan sering mendapat kata-kata kurang nyaman didengar dari peserta yang kecewa karena gaconya didiskualifikasi. Bahkan ada peserta yang tidak terima dengan keputusan juri Subdenpom BC ini, sampai berbuntut panjang dengan memprovokasi peserta yang lain, seperti menulis status di media sosial. “Seperti itu sudah sering kami rasakan. Tapi jika kita tidak tegas, berarti kami bukan juri,” kata Wawan yang juga menekuni breeding love bird.
Menyangkut apa yang sedang ramai diperbincangkan tentang dihapusnya kelas paud di arena Garda BC, Wawan mengacungi jempol untuk gantangan yang berani mengambil keputusan tersebut. “Kalau panitia dan juri sudah merasa tidak nyaman karena sering adu argumen dengan peserta, keputusan seperti itu saya rasa jalan yang tepat. Daripada arenanya kehilangan peserta yang benar-benar membawa love bird paudnya tapi dikalahkan dengan paud siluman, mending diganti saja kelasnya,” kata Wawan.
Tapi untuk Subdenpom BC yang pesertanya masih stabil di kelas paud, belum berani mengambil keputusan untuk menghapus kelas paud. Tapi tidak menutup kemungkinan, jika banyak peserta yang menginginkan hal itu diterapakan di arena Subdenpom BC, Wawan beserta panitia yang lainnya akan menerapkan kelas tersebut. “Kami selaku penyedia arena, akan menuruti kemauan peserta agar merasa nyaman. Jika pesertanya banyak yang menginginkan hal itu, nanti kami musyawarahkan dengan juri dan panitia,” jelasnya.[Vilman K-Conk]
BERITA LAINNYA
KATA KUNCI: subdenpomn