JURI SENIOR LEBIH MEMIKAT HATI KICAUMANIA

ARENA PKOG GEBANG JEMBER

Juri Senior, Kunci Pemikat Pemain Kicauan. Apa Alasannya ?

Arena PKOG yang berlokasi di pasar Gebang Jember, memang dikenal sebagai arena tertua di kota Jember. Kunci eksisnya menghadirkan pecinta burung kicauan hingga saat ini, ternyata terletak pada sang pengadil lapangan.

Tak bisa dipungkiri, sebagian besar gantangan khususnya di wilayah Jember, pesertanya didominasi oleh ngekekmania. Hanya segelintir saja arena yang bisa menghadirkan pemain kicauan seperti cucak hijau, murai batu, dan kacer. Padahal, burung kicauan adalah burung yang penuh dengan seni, juga kejelian insting sang perawat jika memolesnya dari usia anakan.

 

 

 

Sangat  disayangkan jika kelas burung kicauan kedepan, akan kalah pamor dari kelas love bird. Pasalnya, perjuangan menjadikan burung ocehan hingga menjadi jawara, sangatlah berat dan sulit. Hal itu diungapkan oleh salah satu sosok kicaumania kawakan yang enggan disebutkan namanya.  “Saya punya love bird di rumah, dan lumayan banyak prestasinya. Tapi jujur saja, rasa bangga saat meraih prestasi, lebih puas saat mengorbitkan burung ocehan. Itu yang saya rasakan,” pungkasnya.

Menurut sosok yang dikenal ahli menebak karakter burung cucak hijau dari trotolan ini, untuk mengorbitkan burung ocehan butuh kesabaran yang extra tinggi. Faktor kesabaran itu terletak pada umur sang rawatan. Menurutnya, untuk melombakan burung ocehan tidak seperti love bird, usia 3 bulan sudah bisa ikut kelas baby dan paud. Tapi untuk ocehan, harus menunggu bertahun-tahun. Jika tidak sabar, bisa saja usia kurang dari setahun sudah diturunkan di arena lomba. Tapi resikonya cukup tinggi.

 

CH SENIOR SIAP TURUN DI M1 SUBDENPOM BC

 

Selain dari umur, juga harus sabar dalam mengisi materi lagu pada burung ocehan. Karena proses mastering ini bisa berhasil dan juga banyak yang gagal terekam sang calon gacoan. “Kalau sudah gagal alias masteran gak ada yang masuk, burung itu jadi burung sayur mas. Nilai jualnya kayak burung pasaran, gak bisa mahal. Percuma merawat dari cindilan kalau sudah gagal master. Itulah yang saya sebut seni. Ada kecewanya tapi gak bikin kapok,” pungkasnya sambil tertawa.

Selain itu, merawat burung kicauan sejak anakan itu seperti  menjadi guru SD dari murid yang sudah diseleksi. Sang guru harus bisa memunculkan bakat trependam dari murid yang Ia didik. Juga harus bisa melatih murid tersebut hingga menjadi murid yang hebat dan berprestasi. Kalau ke burung, seperti mengisi materi lagu, di atas gantangan bisa bongkar lagu, menampakkan gaya khasnya saat membawakan lagu, dan juga membongkar volume yang menjadi penunjang kehebatannya.

 

SELAIN PROVOKATOR PAK JAIS KINI ORBITKAN CH PARIKESIT

 

Jadi sangat disayangkan jika kelas ocehan yang penuh dengan seni dan penguji kesabaran ini, akan terkikis peminatnya dikemudian hari. Salah satu alasan dari banyak pemain kicauan yang enggan turun di arena tertentu, menurutnya terletak pada juri yang bertugas.

“Sekarang banyak juri muda yang bermunculan, tapi hanya bisa menilai love bird saja. Untuk kicauan, masih belum begitu faham. Mungkin karena kurang jam terbangnya, dan tidak didampingi mentor yang berpengalaman saat Ia bertugas di tengah lapangan,” ujar sosok yang juga sering mengorbitkan anis merah di tahun 2000an ini saat ditemui burungnews di kontes Sabtu arena PKOG Gebang (30/3).

 

Burung mau tampil maksi dan stabil di segala cuaca, serta terjaga kesehatannya. Berikan LEMAN'S secara teratur, cukup 1 tetes untuk harian, bisa dicampur pada minuman, atau oleskan pada EF. Sudah banyak yang membuktikannya, jangan sampai ketinggalan...

 

Kehadiraannya di arena PKOG kali ini, bukan untuk mengonteskan salah satu hasil rawatannya. Tapi beliau memang sering nimbrung di arena tertua ini, meski hanya sekedar ngopi dan ngobrol-ngobrol ringan dengan pecinta kicauan. Kadang jika ada burung yang mewah turun di arena ini, beliau tak segan-segan untuk memboyong burung tersebut untuk menjadi koleksinya. “Banyak gaco andalan saya, yang saya dapatkan di arena ini. Tapi kali ini tidak saya bawa, mau saya siapkan di M1 Subdenpom BC.”

Menurut sosok yang sudah pernah berangkat ke tanah suci Mekkah ini, arena PKOG adalah salah satu arena favoritnya. Pasalnya di arena ini, kelas ocehan masih ada dan selalu ada pesertanya mengimbangi kelas love bird. Selain itu, juri yang bertugas di PKOG Gebang, adalah juri-juri senior yang sudah tak perlu diragukan lagi akan integritas dalam menilai burung di atas gantangan.

 

PUTRI TANJUNG REKONDISI PASCA MABUNG

 

Seperti di kontes kali ini, kelas cucak hijau nyaris memenuhi arena gantangan. Kelas ini memang menjadi kelas paling favorit khususnya di wilayah Jember. Meski hanya kontesan rutin hari Sabtu, tapi banyak gaco-gaco hebat turun berlaga. Sebut saja gaco milik Pak Jais yang bernama Parikesit. Empat kali berlaga, gaco pelapis Provokator ini tak sekalipun mengalami kekalahan.

Di kelas murai batu, Hector gaco yang baru 3 bulan di tangan Choi dari Sabar BC, sukses menjadi pemuncak podium di sesi PKOG. Murai batu ekor hitam yang sudah berbulu nyerit ini, dipaksa main karena untuk mempercepat memasuki masa mabung.

 

CHOI SABAR BC JADIKAN ARENA PKOG SEBAGAI ARENA PEMANASAN

 

Selain bawa pulang tropi juara 1 lewat Hector, Choi juga menyabet podium emas lewat LB dewasa Sekar di sesi PKOG. “Rumah saya deket arena ini. Tadi sebenarnya hanya mau bawa Hector biar bisa cepet rontok bulunya. Iseng saja bawa Sekar. Biasanya di sini saya selalu membawa burung ocehan,” kata Choi.

Agus Aston selaku juri senior di PKOG Gebang, menginginkan kelas ocehan kembali bangkit di wilayah Jember. Oleh karena itu disetiap kontesan PKOG Gebang, bonus dan great hadiah dipastikan memanjakan kicaumania. “Untuk kicaumania dan ngekek mania, bisa buktikan apa yang kami berikan dengan datang dan ikut berpartisipasi di kontes PKOG Gebang hari Sabtu pukul 14.00 WIB,” kata Agus Aston.

AGENDA & BROSUR LOMBA, KLIK DI SINI

 

 

ARKANA ANTAR UCUP LB DEWASA TERBAIK

 

SELOK MERAH KONCER DI KELAS PAUD

 

 

 

BERITA LAINNYA

KATA KUNCI: arena pkog gebang jember

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp