INDUKAN EKOR PANJANG EKS PRESTASI DI ADC 88 SPEED BF
VIDIO MURAI BATU EKOR PANJANG INI SUNGGUH MEMUKAU
Yuk Telisik Lebih Lanjut di Sini
Vidio indukan murai batu di sebuah kandang tampil dengan visualisasi yang begitu memukau. Ia tampak melompat dan terbang sambil mengibaskan ekornya yang menjurai panjang. Seperti tarian yang lembut menakjubkan. Milik siapa dan dari mana?
Burungnews pun mencoba menelisik lebih lanjut. Ternyata, itu adalah salah satu indukan milik Arista Gandhi dari Surabaya, yang sejak medio 2019 mengembangkan kandang murai dan kini berjumlah 12 pasang. Hampir semuanya lebih mempertimbangkan pada basik materi suara, berasal dari burung lapangan eks jawara.
Arista awalnya membangun breeding dengan nama ring ADC Speed 88 dari 3 kandang saja. Materi dari jago-jago lapang miliknya. “Alhamdulillah dalam setahun suah jadi 12. Ke depan, ini mau saya kembangkan lagi menjadi 35 kandang.”
ARISTA GANDHI DI HALAMAN DEPAN
Di kalangan kicaumania, Arista Gandhi sesungguhnya bukan nama baru. Bila Anda pernah main, atau setidaknya jadi pengamat love bird, tentu tidak asing dengan namanya. Ia sudah main love bird sejak tahun 2009 yang lalu, bergabung dengan team Love Bird Bonek (LBB) Surabaya.
Tahun 2018, Arista mulai menyukai dan main murai batu, hingga pada pertengahan 2019 merintis breeding. Ia memulai semuanya sendiri, termasuk dalam menjodohkan. “Kan jantannya awalnya burung jagoan saya, jadi kita bukan beli pasang-pasangan yang sudah jodoh,” terangnya.
Pengalaman dari Suud, peternak murai sejak 2005. Buat meloloh, Twister tak perlu dicampur apa pun, piyik sehat cepat besar. Buat jago, kuat main sampai akhir penilaian, volume dan lagu bongkar. (baca SELENGKAPNYA)
Segera merapat di kios-kios / agen terdekat, bila belum ada mintalah untuk menyediakan, biar Anda dan para kicau mania lainnya lebih mudah mendapatkannya. Coba dan buktikan kualitasnya, dan berikan respon melalui hotline 08112663908.
PERNAH GAGAL, INI RAHASIA KEMUDIAN BISA JALAN
Setelah diulik ke belakang, ternyata breeding yang berjalan saat ini adalah upaya yang ke dua. “Yang pertama tahun 2016, tapi waktu itu gagal. Lalu berhenti total main murainya, higga main lagi tahun 2018 dan nekat mencoba breeding lagi setahun kemudian, pertengahan 2019 yang lalu. Artinya, sampai sekarang memang belum genap setahun.”
Pelajaran apa yang bisa diambil dari kegagalan yang pertama, dan kemdudian saat “nekad” mencoba yang ke dua ternyata seakan bisa lancar tanpa kendala yang berarti?
“Tahun 2016 saat pertama mencoba, saya kira kurang fokus. Asal membuat kandang dan memasukkan indukan yang kita anggap sudah jodoh saja. Jadi abai atau kurang memperhatikan lingkungan sekitar kandang, burung pun menjadi tidak atau kurang nyaman. Itu faktor yang bikin gagal saya kira.”
KANDANG BARU, PENGEMBANGAN JADI 35
Nah ini dia, ada kata kunci “kenyamanan”, yuk coba kita telusuri lebih dalam lagi.
Menurut Arista, soal lokasi kandang mau di dalam rumah / indoor atau mau di luar tidak masalah, demikian pula dengan ukurang kandang, bisa menyesuaikan lahan yang tersedia. Asal dibuat nyaman.
Nyaman itu banyak faktornya, mulai dari sirkulasi udara, lingkungan yang tidak bising, juga kerbersihan kandang dan lingkungannya. Membersihkan kandang sebaiknya juga tidak terlalu sering. Kita bisa melakukan bersamaan dengan saat memanen anakan. Karena kalau kandang terlalu sering diubek-ubek, burung bisa terganggu juga, membuatnya tidak nyaman.
“Di tempat saya, saya tambah percikan air, untuk menimbulkan efek suara gemericik, ini menurut saya bisa meminimalkan burung stres. Saya membuatnya dengan cara yang simpel, menempatkan akuarium di dekat kandang.”
Suara percikan air yang gemericik, selain enak didengar (bahkan oleh kita), juga bisa membendung atau mengalihkan suara lain dari luar. Misalnya, suara kembang api atau petasan pas malam tahun baru atau mau lebaran.
Soal gangguan suara, Arista juga mengaku pernah punya pengalaman buruk. Suatu saat, tetangga dekatnya lagi merenovasi rumah. Tentu saja, suara berisik tak bisa dihindari. Sepanjang hari ada suara benturan karena tembok atau lainnya yang sedang dipukul-pukul.
“Kebetulan pas ada induk yang sedang loloh, ya akhirnya dibuang itu anaknya.”
4 INDUK EKOR PANJANG LOKAL, BURUNG LAPANG
Dari 12 pasang indukan saat ini, yang masuk kategori ekor panjang ada 4 pasang. Meski begitu, alasan utama Arista menjadikannya sebagai indukan lebih karena faktor jalur prestasi dan materi suaranya.
“Tentu saja, kita harus mengakui fisik ekor yang panjang juga membuatnya tampak lebih gagah, dan itu adalah nilai lebih yang harus disyukuri.”
Sebagian besar dari indukan breedingnya memang dipilih dari burung yang punya kualitas. “Jodohkan sendiri, jantan dan betina sesuai kualitas, dengan harapan anakan juga bisa prospek juara sesuai keinginan nantinya.”
KOLEKSI TROPI, SEBAGIAN BESAR INDUKAN PERNAH PRESTASI
Indukan ekor panjang milik Arista juga burung lokal Indonesia. “Awalnya dari jagoan yang sudah bosan, sambil saya beli calon indukan baru dari hasil mantau-mantau di lapangan.”
Saat indukan awal yang tiga pasang mulai dimasukkan ke kandang, dua bulan berikutnya sudah mulai produksi, dan relatif lancar sampai sekarang. “Secara umum, untuk kandang dan indukan baru, kalau beruntung 3 -4 pekan sudah bisa bertelur. Kalau punya saya, indukan ke-4 dan seterusnya, paling cepat 5 minggu setelahnya baru bertelur.”
Arista memanen anakan saat usia 5 hari, lalu lanjut loloh sendiri. Anakan kemudian dipasangi ring ADC Speed 88, dan di kaki lainnya dipasang Ring (Silver) PBI. Sementara ini, Arista membandrol anakannya mulai 3 – 5 juta per ekor jantan.
WASPADA dengan produk yang logonya MIRIP, dibaca/dilafalkan dengan cara yang SAMA, tetapi BUKAN produk yang dikeluarkan TOPSONG. Lihat selengkapnya DI SINI.
KENDALA DAN SOLUSI
Pengalaman kurang lebih setahun menjadi breeder murai batu, secara umum memang berjalan lancar. Sambil bergurau, ia pun menyebut kendalanya adalah permintaan yang begitu besar dan panennya masih sedikit, jadi belum bisa memenuhi semuanya, mesti sabar indennya.
”Kendala yang umum kita hadapi adalah, bagaimana mengatur birahi induk, biar antara jantan dan betina bisa berbarengan.”
Kalau pas baru menetas, lalu indukannya birahi, ya anakan akan dibuang. “Karena indukan jantan dan betinanya fighternya tinggi. Nah, nah ini yang perlu kita perhatikan.”
ARISTA GANDHI DAN ANAKAN, BELUM BISA PENUHI PERMINTAAN
Pada kasus ini, pas telur sudah menetas maka pakan yang mengandung efek birahi tinggi harus dikurangi, misalnya ular hongkong.
Selama ini, untuk pakan ternak / indukan di tempat Arista hanya mengandalkan jangkrik cliring madu, ulat kandang, lalau kroto seminggu cukup dua kali, cacing seminggu dua kali.
“Akan lebih bagus juga kalau pakai ikan gatul,” tandasnya.
Pemberian EF dengan ikan gatul atau semacamnya, juga direkomendasikan oleh dua penangkar yang pernah ditulis di burungnews, yaitu NPC BF Cilacap dan Babah Abrakadabra di Metro, Lampung.
BACA: BABAH ABRAKADABRA AJAK PENANGKAR PAHAMI LOMBA, BIAR TAHU KUALITAS BURUNG DAN BISA NAIK KELAS
Buat indukan sangat cocok, menjaga tetap sehat sekaligus menjaga produktivitas stabil. Buat campuran lolohan, anakan lebih sehat, tidak mudah mati, dan cepat bongsor. LEMAN'S, satu-satunya obat burung dengan formula + vitamin.
Lemans bisa dibeli lewat bukalapak, tokopedia, atau hubungi 08113010789, 0822.4260.5493 (Jatim Tapalkuda), 0813.2880.0432 (Jogja dan sekitar), 0815.4846.9464 (Solo Raya dan sekitar), 0813.2799.2345 (Banyumas dan sekitar)
Saat ini, Arista Gandi masih rajin nyambangi dari lomba ke lomba. Selain untuk terus menjaga silaturahmi dengan banyak kicaumania khususnya murai mania, juga sambil mantau-mantau yang sekiranya bisa buat calon indukan.
Ingat, Arista sedang mengembangkan breedingnya menjadi 35 kandang dari 12 kandang eksisting saat ini. Nah, Anda yang pengin kenal lebih dekat, selain bisa berteman atau inbox melalui akun Arista Gandhi, juga bisa menghubungi melalui telepon / WA 856-4604-0779.
Arista Gandhi bersama rekannya juga memiliki dan mengelola chanel You tube sendiri, yaitu Sobat Murai. Anda bisa masuk untuk menonton unggahan vidio dan menjadi subriber-nya. [singgih, maltimbus, konfirmasi berita 08170251279]
POSTINGAN FB ARISTA GANDHI:
