TUTUK KURNIAWAN, TOKO PERBURUNGAN ERA 2.000-AN

TUTUK KURNIAWAN

Meski Tak Tahu Persis Masalahnya, Saya Emosi Juga Dengar Keluhan Peternak Jalak

Tutuk Kurniawan, salah satu tokoh besar perburungan di era 2.000an. 4 kali menggelar even Kapolri Cup, yang dikenal sebagai salah satu even paling kolosal yang pernah ada. Lama tak muncul, ia berkomentar spontan terkait Permen dan nasib peternak jalak.

Sudah lama sekali Tutuk mengaku tak turun ke lomba burung, padahal ia adalah salah satu tokoh yang pernah membuat gelaran lomba paling spektakuler. Mulai dari Menparpostel Cup di Prambanan, hingga 4 kali Kapolri Cup di lapangan Akpol Semarang. Terakhir, even ini bahkan digelar dua hari, Sabtu dan Minggu. Rekor lomba 2 hari ini belum pernah terulang sampai sekarang.

Meski begitu, Tutuk tetaplah seorang kicaumania sejati. Terbukti ia tetap memelihara burung. “Ya, masih ada 12 ekor berbagai jenis, ada murai, cucak hijau, jalak suren, itu murai dan cucak hijaunya saya beli lumayan juga loh, burung juara meski even lokal, ha ha ha,” ujarnya saat secara tiba-tiba burungnews.com mampir ke kediamannya, di jalan Veteran Semarang.

 

 

FOTO STOK JALAK, SERING DIKIRIM KE TUTUK

 

Tutuk masih suka jalan-jalan ke pasar, ngobrol dengan para pedagang, beli pakan seperti kroto dan keperluan burung lainnya. Tak hanya di Semarang, kalau pas ke Solo misalnya, juga sering menyempatkan diri mampir ke pasar Depok. Di pasar-pasar itu Pak Tutuk masih cukup dikenali oleh para pedagang.

“Beberapa pekan ini, beberapa teman baik dari penangkar, juga dari para pedagang, telepon saya. Minta tolong katanya lagi ada masalah besar. Apa itu namanya, Permen, Peraturan Menteri LHK yang memasukkan beberapa jenis burung termasuk jalak suren jadi burung dilindungi. Mereka sendiri juga sebenarnya bingung Permen itu apa, tapi hal yang pasti dan langsung dirasakan harga burung jadi jatuh, bahkan pembelinya pada membatalkan. Jadi burung yang seharusnya sudah dilepas, sudah jadi uang, atau paling tidak kadang dibarter sama burung dari daerah tujuan, sekarang tidak bisa. Lha..., mereka mengaku perlu duit buat makan dan keperluan lainnya. Terus harus bagaimana coba,” ujar Tutuk mencoba menirukan dengan nada gregetan.

Seperti halnya para peternak dan pedagang di pasar, Tutuk sebenarnya juga merasa tidak tahu persis permasalahan Permen. “Tapi, jujur emosi saya ikut teraduk-aduk juga dengar keluhan para peternak dan pedagang. Saya merasa aneh dan lucu juga ini kebijakan Ibu Menteri, masa burung yang sudah puluhan tahun berhasil diternak, dalam jumlah yang besar pula, tiba-tiba masuk status dilindungi, disebut burung langka. Lha, ini menyangkut urusan perut orang banyak je. Masa urusan sosial kemasyarakatannya tidak ikut jadi pertimbangan.”

 

BREEDING menjadi harapan dan masa depan lomba burung di tanah air. Para kicaumania semakin sadar untuk meninggalkan burung tangkapan alam, dan beralih ke burung hasil breeding. Pemerintah juga semakin ketat dalam mengawal regulasi terkait lingkungan hidup.

Ingat breeding, ingat TOPSONG BREEDING. Cocok untuk indukan, juga untuk lolohan basah baby. Tersedia dalam kemasan 1, 5, 10, 15, dan 25 kg. HOTLINE 0813.2941.0510.

 

Di usianya yang sudah cukup tua, Tutuk ternyata masih bisa bercerita dengan runtut dan lancar, meneruskan keluhan para pedagang dan peternak jalak. “Jadi itu di pasar-pasar, disebutkan setiap minggu setidaknya masuk seribu anakan jalak. Pada saat masih normal, paling sehari burung kembali dikirim ke daerah tujuan, sampai ke luar pulau, pokoknya hampir seluruh daerah di tanah air. Sekarang sudah beberapa pekan numpuk itu. Bisa dilihat baik di pasar Karimata Semarang, juga di Pasar Depok Solo. Lebih banyak lagi tentu di pusatnya Klaten sana.”

Tutuk mengaku sempat diminta untuk ikut turun tangan, ada yang berharap bisa jadi semacam bapak angkat bagi anakan jalak, biar perputarannya tetap jalan, tidak terhenti. “Lalu saya tanya, berapa puluh atau ratus burung yang perlu saya urus. Saya kaget dan shock sekali karena disebutkan jumlahnya 12 ribu ekor, dan sekarang mungkin sudah terus bertambah. Mohon maaf, bukan masalah duitnya ya, tapi kebayang gak bagaimana mengurus burung sebanyak itu. Jadi ini masalahnya pada sistem dan kebijakan yang perlu dibenahi.”

Menurut Tutuk, Permen itu maksudnya tentu baik. “Bu Menteri dan para pembantunya tentu orang-orang pinter. Saya kira yang dilarang itu kan seharusnya para pemburu, pemikat, perusak hutan, yang nyata-nyata mengganggu populasi dan habitan burung di alam. Lha ini para penangkar kan sebaliknya, mereka malah membuat burung jadi berkembangbiak, jadi banyak, lebih dari itu juga sudah menciptakan ribuan pekerjaan. Kalau tiba-tiba nganggur, terus siapa yang akan mengurus, ya burungnya, ya peternaknya, ya pedagangnya.”

 

Lihat burung mau tampil bagus dan stabil, pasti langsung ingat MONCER1, dari Super Kicau Grup yang terpercaya.

 

Apalagi juga dengan fakta yang ada, burung yang masuk status perlindungan pun tidak ada jaminan jumlahnya lantas jadi banyak. Lha daya dukung lingkungan juga terus menurun, entah itu karena perubahan peruntukan, pemakaian pupuk dan pestisida secara masif, dan polusi.

Tutuk pun berharap bu Menteri dan jajarannya segera menemukan solusi dan tegas, itu aturannya mau bagaimana, sebab sekarang sepertinya malah nggantung. “Semakin cepat keputusannya semakin baik, kalau nggantung terus seperti sekarang akan semakin ruwet masalahnya. Tidak mungkin orang lapar disuruh sabar terus kan.”

KATA KUNCI: tutuk kurniawan lomba burung kapolri cup permen 20/2018 peternak jalak

MINGGU INI

AGENDA TERDEKAT

Developed by JogjaCamp